Chapter 15

57 6 0
                                    

Sejak saat kejadian didanau itu aku menjadi punya semangat hidup kembali. Terasa hidup ku lebih berwarna karnanya. Aku yakin kalau Nia tau soal ini dia bakal marah besar. Aku dan Azka merahasiakan soal ini. So? Gak ada yang tau kalau aku ini kekasihnya Azka.

☆☆☆

Aku sedang duduk bersama Azka ditaman belakang. Sedang bercanda tawa. Tiba - tiba Nia datang bersama para Azklovers.

"Dasar murahan. Bisa bisanya lo ngerebut Azka dari gue. Dasar gak laku lo." Nia langsung memarahi dan mencaci mami ku.

"Jaga ya omongan lo. Dia bukan perempuan murahan. Dia jauh beda sama lo." Azka membela ku.

"Kan Azka Jangan kaya gitu dong sama kak Nia. Kan kasihan kak Nia nya." Ucap salah satu Azklovers.

"Yang kaya gini lo kasianin? Gila ya?" Ucap Azka menyeringai. "Kalian semua tuh terhasut sama dia. Kalo kalian tetep mau jadi azklovers mending gausah terpengaruh sama omongan dia dan relain gue bahagia sama Revi." Lanjut Azka.

"Eh? Gak bisa gitu dong. Ini karna salah lo juga mereka protes. Mereka gak mau penggemar mereka nyakitin orang yang sayang sama lo. Ya gak guys?." Semua azklovers setuju. Azka mengacak rambutnya frustasi.

"Ni, gue gak bermaksud ngerebut Azka. Kalau ini akan berakibat ke persahabatan kita lebih baik gue ninggalin Azka. Demi persahabatan kita." Ucap ku.

"Tapi Rev--." Kalimat Azka ku potong.

"Tolong, aku mohon sama kamu. Kamu harus bisa aku yakin kamu bakal lebih bahagia sama Nia." Dadaku kembali sesak. Mata ku juga mulai pedas. Aku berlari meninggal kan mereka semua. Aku memutuskan kembali ke kelas dengan air mata yang megalir dipipi. Baru dua hari aku pacaran dengan Azka tapi, udah kaya gini ajah.

"Lah? Lo kenapa?" Tanya Valen saat aku baru Sampai dikelas. Aku masih bergeming.

"Rev jawab. Siapa yang udah buat lo kaya gini?" Tanya Valen lagi. Aku memeluk Valen isakan tangis ku pecah. Membuat Tian dan Andre menghampiri ku.

"Mungkin dia butuh ketenangan Len. Jangan langsung tanya tanya." Ucap Andre.

"Iya bener tuh. Tapi gue gak tega liat dia nangis Ndre. Apa sih masalahnya sampe kaya gini banget dia." Ucap Tian. Aku mengusap air mata ku dengan kasar. Aku melepas pelukan Valen.

"Gue gak papa Kok." Ucap ku sambil tersenyum masam.

"Yakin? Gak mungkin. Tadi aja lo nangis sampe sesegukan gitu." Ucap Valen. Tian dan Andre mengangguk.

"Serius gue gapapa." Ucapku. "Gausah ngeliatin gue kaya gitu deh. Udah balik ke tempat duduk masing masing aja." Ucap ku. Mereka bertiga masih menatap ku. Aku tahu kalau mereka bertiga udah kaya gini itu tandanya marah.

"Okey. Gue mau cerita sama kalian tapi gak disini." Ucap ku pasrah.

"Dimana?" Tanya Tian. 

"Dirumah gue gimana." Tanya ku. Valen dan Andre mengangguk setuju kecuali Tian.

"Loh? Yan, lo gak mau ikut?" Tanya ku.

"Bukannya gak mau ikut Rev. Tapi kan lo tau sendiri, Kalo bokap lo tau gue temen lo gimana?" Tanyanya. Iya juga sih. Saat Trio Somvlak main dirumah Papi selalu gak dirumah, makan dari itu Papi gak tau kalau Tian itu teman aku.

"Gue punya ide." Ucap ku sambil menjentikkan jari.

"Apa?" Tanya mereka serentak. Aku membisik kan satu satu apa ide yang ada didalam kepala ku.

"Bagus juga." Ucap Valen.

"Nah, tumben amat Lu pinter" Ucap Andre.

"Boleh deh boleh." Ucap Tian. Aku tersenyum dan bertos ria dengan mereka bertiga. Valen tertawa sambil mengacak acak rambut ku. Tian merangkul ku, aku merangkul Valen dan Valen merangkul Andre. Indahnya persahabat ku, walau gak selalu bahagia, selalu ada marah, kesal, jail, senang.

☆☆☆

Kini aku sedang ada diparkiran. Sedang rapat dengan trio somvlak. Hehe. Rapat soal bagaimana kendaraan mereka tidak terpajang dipekarangan rumah ku.

"Gini aja deh. Kita semua nitip kendaraan dirumah Tian. Abis itu kerumah guenya baik taxi." Ucap ku.

"Gak cocok itu, ngabisin ongkos Rev." Kata Valen.

"Trus gimana?" Tanya ku.

"Mending dirumah Tian aja kan banyak makanan tuh." Ucap Andre.

"Yee! Lo mah makanan mulu." Aku menjitak kepala Andre. Tian dan Valen pun ikut menjitak.

"Yaudah dirumah Tian aja. Yuk!" Ucap ku.

"Kasian banget naik motor sendiri." Ucap Tian meledek ku.

"Gak Kok Yan. Gue bawa motor." Ucap Andre. Seperti biasa Andre membawa motor besarnya.

"Loh? Mobil lo kemana?" Tanya Valen.

"Gue jual Len. Ya ada dirumah lah. Gue lagi mau pake motor aja." Ucap Andre.

"Udah cepet nanti keburu sore." Ucap ku. Aku memakai jaket ku dan helm. Lalu menyalakan mesin motor ku. Mobil Tian dan Valen sudah menancap gas lebih dulu. Aku dan Andre mengikuti dibelakang mereka. Serasa mengawal Valen dan Tian. Huek.

Hanya membutuhkan waktu 15 menit aku sudah Sampai dirumah Tian. Aku mematikan mesin motor dan membuka helm. Tian dan Valen keluar dari mobil menghampiri ku dan Andre.

"Ayok." Ucap Tian aku berjalan dibelakang Tian. Tian mengetuk pintu rumahnya. Tak lama wanita milik Papi membuka kan pintu. Hei? Ini calon mama Baru ku.

"Eh? Ada Revi. Makin cantik aja kamu sayang." Aku tersenyum dan mencium punggung tangan Tante Mirna. Begitu juga dengan Valen dan Andre.

"Eh? Si duo ganteng ada juga. Mau main ya nak? Masuk yuk." Ucap Tante Mirna. Tian masuk lebih dulu aku mengikutinya dibelakang dan seterusnya hingga Valen.

"Mau minum apa Nak? Biar Tante buatin." Tawarnya.

"Jus jeruk aja tan." Ucap Andre. Hanya Andre yang menjawab dasar Emang cuma Andre yang malu maluin kalau main kerumah orang.

"Kalau cerita disini nanti ketahuan bunda gue. Kita cerita diroof top aja. Sekalian gue juga mau cerita sama kalian." Ucap Tian. Aku mengangguk.

"Kalian ke roof top duluan aja. Gue mau bilang bunda nanti minumnya dianter ke roof top abis itu gue ganti baju dulu." Ucap Tian lagi. Aku mengangguk dan berjalan ke arah tangga untuk menuju roof top rumah Tian.

Akhirnya aku Sampai diatap rumah Tian. Untung saja cuaca tidak terlalu panas. Bukannya tidak terlalu panas Revi ini tuh mendung. Hehe

15 menit kemudian Tante Mirna datang membawa 4 gelas berisi jus jeruk beserta makanan ringan. 

"Nih, minumnya cemilannya juga. Kalau mau makan turun aja ya." Ucap Tante Mirna. Aku dan Valen hanya tersenyum.

"Aduh!! Tante Mirna makasih. Nanti kalau Andre udah laper Andre turun Tan tenang aja." Ucap Andre. Aku dan Valen memberi pelototan kepada Andre. Tante Mirna tertawa.

"Yaudah kalau gitu Tante turun dulu ya." Kami bertiga mengangguk.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Meet And Greet Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang