Chapter 25

52 5 0
                                    

Tidak ada pembicaraan diantara aku dan Nathan. Aku merasa lelah dan kantuk ku mulai datang. Aku mencoba mencari posisi nyaman untuk tidur. Aku melirik Nathan yang masih serius mengemudi mobilnya.

"Kita mau kemana sih?" Tanya ku. Sudah satu jam lebih Nathan hanya mengajak ku keliling saja.

"Kenapa? Kamu mau tidur?" Tanya Nathan. Aku mengangguk.

"Tidur dirumah ku mau?" Tanya Nathan. Aku menggeleng. Bisa bisa nanti Kak Nida memberi tahu Mas Daffa kalau aku tidur dirumahnya.

"Lalu Kamu ingin tidur dimana. Besok kan kamu harus sekolah." Ucap Nathan."Memangnya kamu ada masalah apa sih?" Tanya Nathan. Apa aku beri tahu saja ya? Mungkin lebih baik.

"Rey mencintai ku." Ucap ku. Langsung membuat mata Nathan membulat.

"Bagaimana bisa? Apa kamu dekat dengan Rey?" Tanya Nathan.

"Jelas aku dekat. Rey itu ssudara ku." Ucap ku.

"Bagaimana bisa dia mencintai mu sedangkan status kalian adalah saudara." Ucap Nathan.

"Entah." Aku menggedikan bahu.

"Apa kamu tidak cemburu Nath?" Tanya ku.

"Jujur saja aku cemburu. Tapi apa boleh buat?" Ucap Nathan.

"Aku tidak akan pernah mencintai Rey." Ucap ku. Lalu Nathan menoleh dan memeluk ku.

"Lalu kita akan kemana?" Tanya Nathan.

"Entah."

"Aku ada ide. Kalau kau ngantuk lebih baik mau tidur." Ucap Nathan lalu kembali melajukan mobilnya. Akhirnya aku mulai tertidur.

☆☆☆

Cahaya matahari masuk ke dalam ruangan yang aku tempati. Aku masih ingin tidur. Tidur ku belum puas. Aku menarik selimut dan menutupi seluruh tubuh ku.

"Sayang." Suara Nathan memaggil ku. Aku hanya bergumam tidak jelas. Aku mengerjap kan mata dua kali. 

"Morning." Ucap Nathan lalu tersenyum. Aku membalas senyumannya.

"Morning too." Jawab ku dengan suara khas bangun tidur.

"Aku dimana?" Tanya ku.

"Kamu ada divilla milik ayah ku." Ucap Nathan.

"Kamu tidak berbuat macam macam kan?" Tanya ku.

"Tidak akan. Semalam saja aku tidur dikamar sebelah." Ucap Nathan.

"Baik lahh. Terasa dingin sekali ya disini." Ucap ku sambil menarik selimut untuk menghangatkan ku.

"Ya jelas lah sayang. Ini kan dipuncak." Ucap Nathan. Aku mengangguk. Aku mencari letak ponsel ku. Tidak ada disamping ku. Aku melihat dinakas juga tidak ada.

"Kamu mencari apa?" Tanya Nathan.

"Ponsel ku." Jawab ku.

"Oh.. ini." Nathan menyodorkan ponsel ku. Ponsel yang diberikan oleh Azka beberapa bulan yang lalu saat setelah meet and greet Ijal Gammy.

Aku membuka ponsel ku. Ada banyak notif disana. Panggilan Tak terjawab 265. Pesan baru 118. Tidak lain kalau yang menelpon ku itu Papi,Mas Daffa, Mas Revo, Tante Dinda, Tante Mirna, Gita, juga Rey. Begitu juga dengan Pesan.

"Ada apa?" Tanya Nathan memecahkan hening.

"Mereka mencari ku." Jawab ku.

"Segera lah pulang." Ucap Nathan.

"Tidak." Aku menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku benci suasana rumah." Jawab ku.

"Tapi kalau mereka tahu kamu  disini bersama ku. Aku akan dipandang jelek oleh mereka. Dan yang paling aku khawatirkan adalah mereka tidak merestui hubungan kita." Ucap Nathan. Benar juga apa yang Nathan katakan tapi aku malas pulang.

"Yasudah antar aku kerumah Tante Dinda lalu antar ku pulang ke rumah." Ucap ku. Nathan mengangguk.

Selama diperjalanan tidak ada pembicaraan. Nathan sibuk mengendarai mobil. Aku hanya memandang ke arah luar jendela. Perasaan ku tidak enak. Seperti sesuatu akan terjadi. Aku segera menepis pikiran buruk ku.

Akhirnya aku dan Nathan Sampai dipekarangan rumah Tante Dinda. Nathan membuka kan pintu untuk ku. Kenapa sih harus membuka kan pintu dulu. Aku juga bisa hanya membuka pintu saja. Aku mengetuk pintu rumah Tante Dinda. Terdengar suara derap langkah dan akhirnya pintu itu terbuka menampak kan wajah cemas Tante Dinda.

"Ya ampun sayang kamu tuh kemana ajah sih?" Tanya Tante Dinda. Tante Dinda memeluk ku sangat erat. Aku tidak membalas pelukan Tante Dinda.

"Aku kesini mau ambil koper sama tas aku tan." Ucap ku dingin.

"Kamu mau kemana sayang?" Tanya Tante Dinda. Aku langsung menerobos masuk ke dalam rumah Tante Dinda dan berjalan menuju kamar ku. Aku menarik koper ku lalu menggendong tas ku.

Saat Sampai didepan kamar Rey aku melihat Rey sedang terbaring lemah disana. Didahinya ada handuk kecil yang ku tahu Rey sedang dikompres. Apa dia sakit gara gara aku ya?

"Rev... Revi... Jangan pergi." Aku mendengar Rey menyebut nyebut nama ku. Matanya masih terpejam. Mungkin Rey mengigau. Aku tidak lagi peduli dengan Rey. Aku segera berjalan keluar dan berpamit dengan Tante Dinda.

"Tan aku pulang ya. Assalamualaiku." Ucap ku. Aku Tak mencium punggung tangannya. Katakan saja aku Anak durhaka. Jika kalian sedang dalam ke adaan seperti ini kalian pasti akan membenci Siapa pun yang ada didekat kalian.

"Wa'alaikum salam."

Aku masuk ke dalam mobil Nathan. Aku melirik ke luar jendela. Nathan masih berbicara dengan Tante Dinda. Aku keluar dari mobil dan langsung menyeret Nathan.

"Yaudah Tante Nath pulang dulu. Assalamualaikum." Pamit Nathan.

Saat sudah didalam mobil Nathan menatap ku tajam. Apa apaan dia berani - beraninya menatap ku dengan tatapan seperti itu.

"Apa?" Tanya ku.

"Masih nanya apa? Revi dengar ya aku gak suka kamu bersikap seperti ini mengerti?" Nathan meninggikan suaranya. Membuatku takut, Nathan bagaikan macan yang mau menerkam mangsanya. Aku memilih untuk diam. Nathan masih menatap ku dengan tajam. Aku memilih untuk memalingkan wajah ku ke arah luar jendela.

"Cepat jalan. Aku ingin pulang." Ucap ku tanpa menatap ke arahnya.

Nathan menyalakan mesin dan melesat jauh dari pekarangan rumah Tante Dinda. Aku tahu perbuatan yang tadi ku lakukan itu tidak sopan. Tapi bagaimana lagi. Aku sedang kesal, marah, benci dan sebagainya. Mungkin dengan cara itu ku bisa lampiaskan.

Aku melirik Nathan. Rahangnya mengeras dan tangannya memegang stir sangat kuat hingga membuat urat - urat miliknya terlihat. Kalau sedang seperti ini Nathan sedang marah besar. Tak lama akhirnya Sampai dipekarangan rumah ku. Aku membuka pintu sendiri karna Nathan tidak membuka kan pintu untuk ku. Aku membanting pintu mobilnya. Lalu mengeluarkan koper ku dari bagasi mobilnya dan berjalan masuk kedalam rumah. Aku tidak mengucap kan sepatah kaya pun untuk Nathan. Kan sudah ku bilang saat keadaan seperti ini pasti melampiaskannya ke orang yang berada didekat ku. Sekali pun orang yang paling ku sayang.

"Assalamualaikum." Ucap ku dan langsung masuk ke dalam. Aku duduk disofa depan TV.

"Revi?" Suara Mas Daffa terdengar aku menoleh.

"Kamu kemana aja semalam? Kamu tidur dimana?" Tanya Mas Daffa.

"Aku kabur. Aku tidur dirumah Melly."

"Ada apa?" Tanya Mas Daffa. Aku mengerutkan kening. Maksudnya ada apa itu apa?

"Apanya yang ada apa?" Tanya ku balik.

"Ada masalah apa Sampai kamu memutuskan untuk kabur dari rumah Tante Dinda dan memilih bermalam dirumah Melly?" Mas Daffa menjelaskan panjang lebar.
"Akan ku ceritakan nanti." Jawab ku.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Meet And Greet Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang