Chapter 23

47 6 0
                                    

Sejak kejadian tidak sengaja bertemu dengan Nathan. Terus main bareng, gila bareng, makan bareng, dan akhirnya aku sama dia jadian. Sebenernya gak nyangka juga. Baru beberapa jam yang Lalu ketemu dia udah nembak aku aja. Bukan, bukan nembak itu tantangan. Dan terpaksa aku harus menerimanya.

Kini aku sedang dalam perjalanan pulang dari rumah Kak Nida. Aku merasa Hari ini sangat melelah kan. Tapi menyenangkan juga buat ku.

"Hei bengong aja." Mas Daffa membuka pembicaraan lebih dulu. Aku tersenyum.

"Siapa yang bengong sih Mas?" Tanya ku.

"Mas tau kamu kenapa?" Aku mengerutkan kening.

"Emang nya aku kenapa Mas?" Tanya ku.

"Kamu suka ya sama Nathan?" Tanya Mas Daffa. Kalau ditanya seperti ini. Aku masih belum bisa mendefinisikan perasaan ku. Perasaan ini masih abu abu kepada Nathan. Tapi kenapa aku menerimanya? Itu karna boneka yang Nathan beri kalau aku tidak menerima tangan itu aku juga tidak mendapat bonekanya.

"Ditanya malah gak dijawab. Bener kan kamu suka sama Nathan?" Tanya Mas Daffa. Aku menggeleng. Mas Daffa mengerutkan keningnya.

"Kenapa gitu? Padahal Mas tau banget kalau Nathan tuh suka sama kamu." Ucap Mas Daffa.

"Dari mana Mas tahu dia suka sama aku?" Tanya ku.

"Mas juga sama laki laki normal. Keliatan Kok dari sikapnya Nathan ke kamu." Jawab Mas Daffa. Aku hanya ber-oh ria.

Akhirnya aku dan Mas Daffa sudah Sampai didepan rumah. Rasa takut mulai sayang lagi. Aku benar benar takut dengan Tian.

"Mas." Aku menarik lengan Mas Daffa untuk berhenti.

"Kenapa?" Tanya Mas Daffa.

"Aku takut." Ucap ku.

"Hhmm. Trus gimana dong?" Tanya Mas Daffa.

"Aku gak mau tidur dirumah Mas." Jawab ku.

"Trus kamu mau tidur dimana?"

"Antar kan aku kerumah Tante Dinda." Ucap ku.

"Izin dulu sama Papi. Lagian juga kan kamu besok sekolah."

"Aku kerumah Tante Dinda bawa buku pelajaran sma baju Kok."

"Yaudah izin dulu yuk." Mas Daffa menarik lengan ku untuk segera masuk ke dalam rumah.

"Papi." Pekik Mas Daffa.

"Pap--" belum selesai memanggil Papi lagi Papi sudah muncul saja.
"Ada apa Daffa?" Tanya Papi.

"Revi masih trauma pi. Apa dia boleh menginap dirumah Tante Dinda?" Tanya Mas Daffa. Aku melirik Papi. Mukanya terlihat sedang berfikir. Aku dan Mas Daffa menunggu jawaban dari Papi.

"Baiklah. Temani Revi mengambil perlengkapan menginapnya ya diatas." Ucap Papi. Aku tersenyum Mas Daffa pun juga.

"Terima kasih ya pi." Ucap ku sambil memeluk Papi. Papi mengangguk.

"Yaudah ayok Mas kita ke atas." Aku langsung menarik lengan Mas Daffa sekuat tenaga. Jelas saja aku menarik dengan sekuat tenaga tubuh ku bagaikan semut menarik jerapah. Hehe.

Sudah Sampai diatas aku pun langsung mengambil koper dan memasuk kan semua yang aku butuh kan selama nenginap ke dalam koper.

"Loh? Kamu mau menginap berapa tahun?" Tanya Mas Daffa.
"Kok tahun sih Mas? Aku menginap hanya seminggu Kok. Jangan kangen yahh." Ucap ku.

"Gak. Ngapain kangen." Mas Daffa mencibir. Aku menaikan sebelah alis.

Aku melanjutkan mengemas barang barang yang aku perlukan. Benar juga sih kaya Mas Daffa aku ingin menginap berapa tahun. Lihat saja koper ku sudah penuh Sampai sudah ditutup. Begini lah perempuan perlengkapannya banyak. Tidak lupa aku mengemas buku buku pelajaran beserta laptop ku. Aku melirik Mas Daffa dari ekor mata ku. Mas Daffa menggeleng geleng sejak tadi. Haha memangnya kamar ku ini tempat dugem apa?
Akhirnya aku selesai mengemas barang. Aku menurunkan koper ku Lalu menggendong tas yang berisi buku - buku pelajaran serta laptop.

"Udah?" Tanya Mas Daffa aku mengangguk. Mas Daffa membantu membawakan koper.

"Papi."

"Papi... Revi mau berangkat pi." Teriak ku.

"Iya sayang." Papi keluar dari kamarnya dan mendekat ke arah ku.

"Kamu udah mau berangkat?" Tanya Papi. Aku mengangguk.

"Yasudah sana." Ucap Papi. Aku masih bergeming didepan Papi.

"Apa lagi?" Tanya Papi.

"Uang." Jawab ku sambil memberi cengiran kuda. Papi memutar bola mata dan mengeluarkan dompetnya. Aku diberi uang seratus ribuan lima lembar. Aku tersenyum Lalu memeluk Papi.

"Makasih ya pi." Ucap ku. Lalu aku mencium punggung tangan Papi dan mencium pipi kanan kiri.

"Assalamualikum." Ucap ku. Aku berjalan menuju mobil Mas Daffa.

Aku sudah duduk dikursi penumpang samping kursi pengemudi. Mas Daffa memasuk kan koper ku kedalam bagasi mobil.

"Sudah siap?" Tanya Mas Daffa yang baru saja masuk ke dalam mobil. Aku mengangguk.

"Yakin?" Tanya nya. Aku mengangguk.

"Serius?" Tanya nya lagi. Aku mencubit lengan Mas Daffa.

"Mas cepet ayok jalan." Pekik ku.

"Iyaa yuk jalan." Ucap nya sambil tertawa. Cih! Tertawa memang ada yang lucu apa.

Mobil Mas Daffa sudah menjauh dari pekarangan rumah. Tidak ada yang berbicara. Aku pun menyibuk kan diri untuk membuka ponsel. Banyak sekali notif. Ada line dari Nathan aku segera membukanya.

Line

Nathaniel: hai bidadari ku :*

ReviShal: hai juga :)

Nathaniel: Kok gak ada embel embelnya sih sayang? :(

ReviShal: Iya Maaf.

Nathaniel: kamu lagi apa?

Revishal: lagi didalam mobil.

Nathaniel: dari tadi belum Sampai rumah juga?

Revishal: apaan sih? Udah lah. Aku ini mau nginap dirumah Tante aku.

Nathaniel: Ohh. Kenapa nginep sayang?

Revishal: gapapa aku lagi kangen aja sama Tante jadinya nginep deh.

Nathaniel: Yaudah. Besok Kamu sekolah kan sayang? Kirimin alamat rumah Tante kamu biar besok sekolah Kamu aku jemput.

Revishal: Iya nanti aku kirim. Udah dulu ya. Bye.

Nathaniel: bye sayang :*

Aku tersenyum senyum sendiri saat sehabis chat dengan Nathan. Ya tuhan aku tidak boleh ada rasa dengan Nathan. Bisa dikata murahan aku kalau aku baru saja putus dengan Azka langsung pindah ke Nathan. Tidak aku tidak boleh suka dengan Nathan. Pacaran ku ini hanya taruhan. Tidak boleh dilandasi cinta.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Meet And Greet Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang