Aku sudah sampai dibandara Halim. Walau tidak menunggu sampai take of tapi aku harus tetap mengantarnya masuk kedalam.
"Sudah, tidak usah mengantar kami. Kau adalah orang sibuk." Ucap Ayah Henry. Aku tersenyum.
"Ibu dan Bapak hati hati ya." Ucap ku sambil mencium punggung tangan mereka.
"Kamu juga hati hati ya Nak." Ucap Ibu Henry aku mengangguk.
Aku masuk kedalam mobil ku. Aku menyalakan mesin mobil lalu menancap gas menuju kantor ku.
Kalian bertanya bagaimana Henry? Aku sudah melihatnya. Ya, walau hanya dari foto. Henry sangat tampan. Rambutnya yang coklat terang serta matanya yang sipit. Hidung mancung dan bibir yang merah muda.
Henry lebih tua dari ku, aku dan dia berbeda 3 tahun. Henry meninggal dunia karna kecelakaan. Aku sangat berterima kasih kepada Henry sudah mendonor kan matanya pada ku.
Akhirnya aku sampai di kantor ku. Aku langsung masuk kedalam ruangan ku. Aku harus menyelesaikan kerjaan ku yang menumpuk.
☆★☆
Aku melihat jam yang melingkar dilengan ku sudah pukul 11.30. Dikit lagi jam makan siang. Aku meraih ponsel ku berniat mengajak Azka untuk makan siang bersama.
"Hallo."
"Ya. Ada apa?"
"Apa kita bisa makan siang bersama?" Tanya ku.
"Sepertinya bisa. Biar ku jemput kau."
Sambungan terputus. Ya, kalian tahu lah betapa sibuknya dia. Aku mendengar suara derap langkah. Aku menatap pintu ruang kerja ku. Tak lama pintu itu terbuka dan menampak kan Tian dengan wajah lesunya. Ada apa dengan Tian, ya?
"Revi." Panggilnya manja.
"Apa?" Tanya ku.
"Tidak." Jawab nya. Aku memutar bola mata.
"Aku ingin makan siang bersama Azka. Apa kau mau ikut?" Tanya ku.
"Boleh." Jawabnya.
Ponsel ku berdering kembali. Terdapat panggilan masuk dari Azka.
"Hallo."
"Aku sudah diparkiran."
"Baik lah. Aku segera kesana."
Sambungan terputus. Aku meraih tas ku dan memasukkan ponsel ku kedalam tas. Aku menarik lengan Tian.
"Apa kita berangkat sekarang?" Tanya Tian. Aku mengangguk.
Aku berjalan lebih dulu membiarkan Tian jalan dibelakang ku. Tidak ada pembicaraan, hanya terdengar derap langkah dari sepatu kami.
Sesampainya diparkiran aku langsung mencari keberadaan Azka. Akhirnya bertemu juga, aku langsung memeluknya. Dia tersenyum lalu mengacak acak rambut ku.
"Ayok lah. Aku lapar." Ucap Tian. Aku dan Azka tertawa melihat kelakuan Tian.
Aku dan Azka masuk kedalam mobil. Tapi aku duduk dibangku penumpang dibelakang. Ini pinta Tian, untung saja Azka pengertian.
"Yan, kenapa sih?" Tanya ku saat Tian menyandarkan kepalanya dibahu ku.
"Gak enak badan ajah." Jawab Tian. Aku memegang dahi Tian. Panas. Aku melihat Tian memejam kan matanya.
"Ka, bagaimana ini? Tian demam." Ucap ku.
"Kita bawa ajah kerumah sakit." Ucap Azka.
"Tapi kan--." Ucap ku terpotong.
"Kamu lebih milih makan dari pada saudara kamu yang sedang sakit?" Tanya Azka.
"Yaudah deh." Jawab ku.
Azka memutar balik kearah rumah sakit tempat Azka bekerja. Tak pusing pusing mempunyai pacar sebagai dokter.
Tak perlu waktu lama. Mobil Azka sudah terparkir didepan RS. Azka membantu ku membawa Tian masuk kedalam rumah sakit.
Tian dibaringkan dibankar lalu masuk kedalam ruangan.
"Maaf, ibu tidak bisa masuk. Silahkan tunggu diluar." Ucap salah satu Sustet itu. Aku hanya mengangguk.
Aku duduk dikursi tunggu. Hanya 15 menit Azka pun keluar dan langsung menarik ku masuk keruanganya.
"Belakangan ini apa pola makan Tian tidak teratur?" Tanya Azka. Aku menggeleng.
"Aku tidak tahu." Jawab ku.
"Bagaimana bisa?" Tanya Azka.
"Memangnya kenapa dia?" Tanya ku.
"Jelas saj dia terlihat pucat dan lemas karna tidak ada asupan." Ucap Azka. Yang benar saja? Aku tidak terlalu memperhatikan Tian. Mungkin karna jauh dari orang tuanya, pola makannya tidak teratur. Aku mengeluarkan ponsel ku lalu menelpon bunda.
"Hallo. Assalamualaikum."
"Ya, waalaikum salam."
"Bun, Tian sedang sakit."
"Apa? Kenapa bisa?"
"Aku juga tidak tahu, bun. Lebih baik bunda kerumah sakit sekarang."
"Dimana alamatnya?"
"Biar ku kirim lewat pesan nanti."
"Baik kalau gitu segeralah. Asslamualaikum."
"Waalaikum salam."
Sambungan terputus. Aku langsung mengetik pesan alamat rumah sakit ke bunda. Setelah terkirim aku langsung menelpon Mas Daffa.
"Assalamualaikum, mas."
"Ya, waalaikum salam. Ada apa telpon dek?"
"Aku ingin izin hari ini. Karna aku harus merawat Tian."
"Memangnya Tian kenapa, dek?"
"Dia sedang sakit Mas."
"Oh, baik lah. Jaga Tian baik baik."
"Iya. Kalau gitu sudah dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikum salam."
Sambungan terputus. Aku memasukan ponsel ku kedalam tas. Aku menatap Azka, Azka juga menatap ku.
"Kau lapar?" Tanya Azka.
"Tidak ada selera untuk makan." Jawab ku.
"Makan, jangan sampai kau sakit." Ucapnya penuh perhatian. Aku hanya bisa mengangguk.
"Ayok kita makan." Ajak Azka. Azka menarik lengan ku lembut.
Sesampainya dikantin Rumah Sakit. Kami memilih tempat untuk duduk. Seusai mendapatkan tempat duduk, aku dan Azka memesan makanan.
Hening, tidak ada pembicaraan. Kami sedang sibuk sama pikiran masing masing. Aku sibuk memikirkan Tian. Apa yang membuatnya seperti ini? Pola makan tidak teratur. Apa dia rindu dengan Bunda ya? Bisa saja. Tapi kalau dia rindu dengan bunda dia selalu curhat dengan ku dan meminta ku untuk menemaninya berkunjung kerumah bunda.
"Bagaimana kalau pernikahan kita dipercepat?" Ucap Azka membuat ku kembali ke alam nyata.
"Kenapa begitu?" Tanya ku.
"Tidak apa. Hanya saja aku ingin mempercepatnya." Ucap Azka. Aku menimang nimang jawaban Azka.
"Kalau gitu kau datangi saja orang tua ku." Ucap ku. Azka mengangguk.
Tak lama pelayang membawa makanan. Kami sibuk memakan makanan masing masing. Terkadang Azka menceritakan pekerjaannya. Serta menceritakan pasien pasien yang terlihat lucu dimatanya. Aku hanya mengangguk dan tersenyum menjawab perkataan Azka.
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet And Greet Jadi Cinta
Подростковая литератураHai guys! Kenalin gue Revi Salshabilla. Gue siswi kelas 11 disekolah Merah Putih. Dicerita ini gue tuh gak nyangka banget karna Gue bisa cinta sama orang yang baru aja ketemu saat meet and greet Fahijal Gammy. *** Hai Guys! Gue Azka Anggara. Gue...