Chapter 31

53 5 0
                                    

Aku sedang duduk diruang TV bersama Tian dan Bunda. Aku mencemili makanan sambil menyaksikan film diTV.

Tokk tokk tokk

Terdengar suara ketukan pintu. Aku dan Tian menatap bunda. Memberi isyarat bahwa bunda saja yang membuka kan pintu. Bunda tersenyum lalu beranjak dari tempat duduk menuju pintu. Aku kembali fokus kepada film yang ku tonton tadi. Sedangkan Tian sibuk memainkan ponsel nya.

"Ehhmm." Aku berdeham. Tian menoleh menatap ku.

"Oh. Chat sama Nia ya? Hahah." Ledek ku. Tian mendengus lalu kembali sibuk dengan ponselnya.
"Udah sedekat apa sih Yan?" Tanya ku.

"Kepo deh. Nanti juga bakal tau sendiri." Jawab Tian. Aku mengerucutkan bibir ku.

"Revi." Aku tersentak saat mendengar suara Papi memanggil ku.

"Iya Pi?" Tanya ku.

"Ikut Papi." Aku mengikuti Papi dibelakangnya. Aku melirik Tian, Tian menatap ku dengan tersenyum. Aku membalasnya.

"Duduk." Papi menyuruhku duduk disofa ruang kerja Papi. Aku mengangguk dan menuruti perintah Papi.

"Revi. Kamu tau kan kalau kamu ini Anak perempuan?" Papi membuka pembicaraan. Aku mengangguk.

"Anak perempuan itu gak baik kabur kaburan dari rumah. Kalau seandainya emang kamu lagi hadapin masalah yang sangat berat selesaikan baik baik. Kabur itu bukan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Kamu hadapi dengan kepala dingin. Mama kamu gak pernah ajarin ke anak anaknya buat lari dari masalah." Papi menarik napas panjang lalu menghembuskan.

"Sebenarnya Papi gak tega masukin Kamu ke pesantren. Tapi ini terbaik buat kamu, nak. Biar disana kamu di didik menjadi perempuan baik dan sholehah. Papi bukannya tidak sayang dengan kamu. Papi benar benar sayang sama kamu. Apa kata mama kamu kalau liat kamu seperti ini? Papi akan dicap gagal mendidik anak." Ucap Papi. Benar juga apa kaya Papi. Aku perempuan tidak baik kabur kaburan. Apa lagi aku sudah tidur dirumah laki laki yang bahkan bukan mukhrim ku.

"Papi mau kamu disana belajar menjadi perempuan yang baik. Mama pasti setuju sama ide Papi yang satu ini." Lanjut Papi.

"Lusa kita berangkat. Siapa kan semuanya apa saja yang kamu bawa. Papi sudah menentukan kamu akan sekolah dipesantren mana." Ucap Papi.

"Kamu boleh keluar." Lanjutnya. Aku mengangguk dan keluar dari ruang kerja Papi.

Aku bahkan tidak dipersilahlan untuk berbicara sepatah kaya pun dengan Papi. Bicara tentang mama membuat dada ku terasa sesak. Aku tidak ditakdirkan untuk melihat mama. Aku hanya bisa melihat mama dari foto keluarga yang terdiri dari Papi, mama, Mas Daffa dan Mas Revo. Tidak ada aku difoto itu. Sakit rasanya tapi bagaimana lagi. Aku belum lahir waktu itu.

Aku kembali duduk disofa depan TV. Aku kembali menyaksikan film yang sempat tertunda karna Papi ingin bicara. Aku mengambil cemilan yang sedang ku makan tadi. Kenapa kantung cemilan ini menjadi ringan. Aku melihat isi kantung cemilan itu dan ternyata sudah kosong. Aku langsung menoleh menatap Tian.
"Apa?" Tanya Tian.

"Dasar orang. Nyebelin banget sih lo." Ucap ku. Aku membuang bungkus cemilan kosong itu ke arahnya.

"Apaan sih?" Tanyanya lagi.

"Apaan Apaan mulu lo. Ini cemilan gue habis gara gara lo kan." Aku menyilangkan kedua tangan ku didepan dada.

"Emang yang ada di sini cuma gua doang. Ada Bunda juga Kok."

"Gak mungkin bunda yang makan. Lo mah nyebelin ah!" Ucap ku lalu pergi meninggalkan Tian dan bunda. 

Aku memutuskan untuk tidur. Aku merasa lelah sekali hari ini. Kenapa sih aku dikelilingi orang orang yang menyebalkan. Macam Tian, Mas Revo, Valen, dan Andre. Tapi aku sayang dengan mereka. Aku selalu rindu Mereka saat mereka tidak ada didekat ku. Aku menarik selimut dan mematikan lampu kamar ku. Aku pun terlelap.

☆☆☆

Cahaya matahari menusuk retina ku. Membuat aku terbangun dari tidur. Aku menggosok mata. Hari ini hari terakhir aku berada dirumah. Aku meraih ponsel ku yang ada dinakas. Aku membuka bbm berniat untuk menghubungi Valen dan Andre agar berkunjung kerumahnya untuk yang terakhir kalinya.

Bbm group

Trio Somvlak.

Shya: main kerumah buat yang terakhir kalinya.

Valen: masih pagi Rev.

Andre: wahh ketauan lu masih tiduran dikasur.

Valen: tuh lu tau!!

Shya: terserah kalian main jam berapa. Gue tunggu.

Andre: okey gua OTW.

Valen: bangke tungguin gua lahh.

Andre: ogah amat gua! Ketemuan dirumah Revi aja.

Andre: GC

Aku melirik jam doraemon yang menggantung cantik didinding. Sudah menunjukan pukul 09.00 pagi. Aku memutuskan untuk mandi.

Setelah aku selesai dengan ritual mandi ku. Aku berpakaian. Aku memakai T-shirt berwarna biru dan rok seatas lutut berwarna putih. Setelah itu aku mengikat rambut ku setengah.

Aku turun ke bawah untuk menghampiri Tian. Aku duduk manis disofa ruang tamu. Sebelum duduk aku membuka pintu lebar lebar. Setelah itu aku sibuk dengan ponsel ku.

"Revi!!" Aku menoleh saat mendengar ada yang menyebut namaku. Ternyata Andre. Benar saja dia datang lebih dulu dibanding Valen.

"Eh? Sini masuk. Kenapa berdiri aja disana." Ucap ku menyuruh Andre masuk. Andre duduk dihadapan ku. Aku tersenyum.

"Bentar yaa gue bangunin Tian dulu." Ucap ku.

Aku menuju kamar Tian. Aku tidak mengetuknya lebih dulu. Benar saja Tian masih berada di alam mimpi. Aku segera membuka tirai jendela yang membuat cahaya matahari masuk.

"Bangun." Ucap ku sambil menarik selimut.

"Aaa.. apaan sih lu ganggu aja." Ucap Tian. Aku mengambil guling lalu ku lempar ke arah wajahnya.

"Apaan sih Rev? Gua masih ngantuk tau gak." Ucap Tian sambil menggosok matanya.

"Emang tidur jam berapa sih semalem?" Tanya ku lembut. Aku duduk ditepi ranjang.

"Mau ngapain sih bangunin aku pagi pagi?" Tanya Tian.

"Didepan ada Andre."

"Ngapain dia?"

"Aku yang nyuruh dia kesini. Mending kamu cepet mandi deh."

"Mandiin." Ucap Tian manja. Aku menjitak kepala Tian. Dia meringis.

"Aku tunggu diruang tamu." Ucap ku sambil berjalan keluar kamar Tian dan menutup pintu kamarnya.

Aku menuju dapur untuk meminta tolong kepada bi Odah. Meminta tolong untuk membuatkan teh hangat untuk Andre, Valen, dan Tian.

"Bi." Panggil ku.

"Iya non? Ada yang bisa bibi bantu?" Tanya bi Odah.

"Tolong buatin teh manis hangat ya untuk 3 orang dan satu jus alpukat." Ucap ku. Bi Odah mengangguk. Aku berjalan untuk kembali keruang tamu.

"Eh? Udah ada Valen toh?" Ucap ku. Saat melihat Valen dan Andre sibuk dengan ponsel mereka masing masing.

"Kapan dateng Len?" Tanya ku.

"Barusan." Jawab Valen tanpa menatap ku. Aku memutar bola mata. Aku juga ikut sibuk dengan ponsel ku.

Hening. Tidak ada pembicaraan antara aku, Valen dan Andre. Mereka masih sibuk dengan ponsel mereka. Tian Akhirnya sayang dan duduk disamping ku. Aku menatap Tian. Dia juga sibuk dengan ponselnya. Aku merasa bosan. Aku memutuskan untuk kembali kedapur membntu bi Odah membuat minum.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Meet And Greet Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang