Chapter 13

64 5 0
                                    

Kini aku sedang berada didalam mobil bersama Azka. Kami akan menuju kos milik teman Mas Revo. Kini Azka sudah membaik. Wajah yang murung sudah berubah menjadi lebih banyak senyum. Aku ikut senang melihatnya. Azka memang tampan, manis, baik dan... Eh? Apa yang sedang aku pikirkan coba. Segera ku tepis pemikiran itu jauh jauh.

"Heh! Ngelamun aja. Kesambet loh!" Azka mengibas ngibaskan tangannya didepan wajah ku. Aku tertawa.

"Apaan sih. Siapa yang ngelamun  coba?" Aku memberi senyum pepsodent kepada Azka.

"Yeh! Masih aja ngeles. Udah jelas jelas kamu ngelamun. Orang dari tadi aku perhatiin Kok." Ucap Azka. Eh? Sejak kapan Azka ngomong aku kamu kaya gini? Gapapa deh biar keliatan akrab mungkin.

"Ciee. Kamu merhatiin aku." Azka dan aku tertawa bersama. Aku melihat Azka tertawa seperti sedang tidak ada masalah didalam kehidupannya. Senyuman dan Rasanya begitu ikhlas. Azka benar benar tegar. Kalau aku ada diposisi Azka mungkin aku tidak akan makan, tidak mau keluar kamar, tidak mau bicara dengan orang orang.

"Rev." Panggilnya. Aku menoleh.

"Gimana jawabannya? Udah bisa nentuin?" Tanya nya. Astaga aku Sampai lupa kalau Azka sedang menanti jawaban ku.

"Ka, aku gak tau harus Jawab apa. Kayanya jawaban aku sama kaya yang kemarin. Aku gak ada rasa sama kamu, Ka. Emangnya kamu mau kalau kita pacaran gak dilandasin cinta? Aku gak mau nyakitin hati kamu." Ucap ku. Azka menghembuskan nafas dengan kasar.

"Yaudah kalau gitu Rev." Ucap nya.

"Kamu bisa cari yang lebih dari aku. Nia? Iya Nia suka sama Kamu. Coba aja kamu deketin. Mungkin itu lebih baik." Saran ku.

"Tapi aku maunya kamu Rev. Peduli setan Nia suka sama aku. Aku maunya kamu." Azka meninggikan suaranya.

"Tapi, Ka aku gak bisa. Aku gak suka sama Kamu." Ucap ku. Entah kenapa setelah mengucapkan kata kata barusan hati langsung sakit. Dada ku sesak. Apa maksudnya ini?

"Aku bisa buat kamu jadi cinta sama aku." Ucapnya Tak mau kalah.

"Gimana caranya, Ka. Percuma, kamu tuh Buang energi tau gak? Bagaimana pun usaha kamu buat luluhin hati aku itu gak akan mempan." Aku pun tidak mau kalah.

"Okey, Rev Okey." Ucapnya. Aku memilih diam karna aku tau emosi Azka sedang tidak terkendali. Akhirnya aku dan Azka Sampai dikosan itu. Aku turun dari mobil dan berjalan dibelakang Azka.

Sudah 1 jam aku, Azka dan kak Farel mengobrol. Ralat Azka dan Kak Farel yang mengobrol. Dari tadi aku hanya diam kadang ikut tertawa atau hanya sekedar tersenyum. Kak Farel adalah teman kuliahnya Mas Revo.

"Yaudah gue pamit kak. Takut kemalaman pulangnya." Azka pamit dengan kak Farel aku pun mengikutinya.

"Ciee Revi. Pacarnya ya?" Tanya Kak Farel saat aku ingin berpamitan.

"Ihh. Kak Farel apaan sih. Itu temen Kok." Jawab ku sambil tersenyum. Kak Farel hanya mengangguk.

"Gimana kamu setuju buat ngekos ditempat kak Farel?" Tanya ku. Azka mengangguk. Hanya mengangguk? Huh--.

Aku dan Azka berjalan pulang. Selama perjalanan tidak ada pembicaran.  Hening, sepi, sunyi seperti keadaan hati ku sekarang. Wkwk curhat.

Tak terasa sudah Sampai didepan rumah ku. Aku menoleh menatap Azka tapi tatapan Azka fokus ke depan. Aku membuka pintu dan keluar dari mobil Azka. Aku masih berdiri didepan rumah menunggu mobil Azka melesat jauh. Sekiranya sudah tidak terlihat lagi mobil Azka. Aku pun berlari melewati taman samping dan naik masuk kedalam kamar ku. Rasanya mengapa sesakit ini melihat Azka dengan wajah seperti itu. Rasanya juga sakit karna diabaikan. Mata ku Rasanya pedas. Tak terasa air mata ku turun ke pipi.

Aku meraih ponsel ku. Mencoba menghubungi nomer Azka. Tak kunjung dijawab juga. Sudah puluhan kali aku menghubungi nomernya. Aku membuka aplikasi bbm dan menulis status disana.

'Rasanya diabaikan itu sakit ya. Tolong bantu Jawab apa maksud dari rasa yang gue rasain sekarang *sad*.'

Aku membuka aplikasi Instagram aku memposting foto mata ku yang dengan air mata mengalir dipipi dan sembab. Apa arti dari ini Semua? Aku tidak bisa menjawab karna aku saja tidak mengerti apa maksud rasa ku ini.

☆☆☆

Sudah 2 jam lebih aku menangis Tak henti. Aku merasa mata ku lelah. Dan aku yakin banget sekarang muka aku udah kaya monster menakutkan. Aku memilih untuk tidur dan semoga aja besok lebih baik.

☆☆☆

Matahari menyinari bumi. Aku menyibak tirai jendela membuat cahaya matahari masuk. Mata ku menyipit akibat sinar matahari yang menusuk retina ku.

Aku sedang mempersiapkan peralatan sekolah. Setelah itu aku memakai sepatu dan turun menuju meja makan.

"Eh? Non Revi. Itu matanya kenapa Non?" Tanya bi Odah.

"Ini? Gapapa Kok. Semalem kecolok bi." Jawab ku. Bi Odah hanya memberi jawaban Oh.

Aku duduk dikursi meja makan dan melahap sarapan yang sudah disiap kan bi Odah. Papi, Mas Daffa dan Mas Revo duduk dikursi meja makan.

"Astagfirullah Rev. Itu mata kamu kenapa?" Tanya Mas Daffa. Papi dan Mas Revo ikut menoleh dan menatap mata ku. Aku sudah berusaha nutupin wajah dengan rambut ku. Tapi tetap aja masih kelihatan juga.

"Ini? I--ni kecolok Mas." Astaga kenapa gugup sih Rev kalau curiga Gimana? Semoga engga semoga engga.

"Gak mungkin. Kok bisa kecolok dua dua nya?" Tanya Papi. Tuh kan curiga. Ya ampun. 

"Pasti kamu abis nangis ya?" Tanya Mas Daffa. Aku pun mengangguk.

"Ya ampun Revi. Apa sih yang buat kamu nangis Sampai kaya gini." Tanya Mas Daffa mendekati ku dan menangkup kedua pipi ku.

"Ada masalah apaan lo sampe nangis gitu?" Tanya Mas Revo.

"Cerita dong sayang. Jangan dipendam sendiri aja." Ucap Papi. Yampun pi kalau aja ini bukan masalah cowok udah aku sharing sama kalian.

"Pi, mungkin ini masalah Anak remaja dan Revi gak akan berani kalau sharing ke kita. Mungkin Revi mau sharing sama yang seumurannya." Ucap Mas Daffa. Ya ampun Mas, kamu Emang selalu ada buat aku dan tau aja apa yang aku mau.

"Jadi begitu? Papi boleh bicara sesuatu sama kalian?" Tanya Papi. Aku menatap Mas Daffa dan Mas Daffa juga begitu. Kayanya aku tau Papi mau bicara apa.

"Silahkan pi." Jawab Mas Daffa.

"Iya jadi gini. Papi punya calon mama Baru buat kalian dan Papi akan menikahi mama Baru kalian minggu ini." Ucapnya. Mas Revo tersedak dan batuk batuk. Memang cuma Mas Revo aja yang belum tahu soal ini. Kasihan, makanya Jangan pacaran mulu.

"Serius pi?" Tanya Mas Revo. Papi mengangguk.

Semuanya menjadi hening. Tidak ada canda dan tawa sejak Papi bicara seperti itu. Aku memutus kan untuk berangkat sekolah. 

"Pi, aku berangkat dulu ya." Pamit ku. 

"Revo juga nih pi. Ada jam pagi saolnya."

"Kalau gitu Daffa juga berangkat ya pi."

"Assalamualaikum." Kami bertiga mengucap salam kompak. 

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Meet And Greet Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang