Akhirnya kami pun Sampai ditaman dekat SMP. Walau memang ada sedikit kecelakaan saat dipertengahan jalan. Aku terjatuh dari sepeda. Mungkin karna aku terlalu lemas dan tidak kuat lagi untuk mengayuh. Akhirnya Tian memboncengku. Tian dan aku menaiki si melati. Kalian masih ingat kan? Sepeda berwarna putih milik ku. Lalu sepeda yang dipakai Tian sudah dibawa pulang oleh pak Bin. Pak Bin adalah supir dirumah ku.
"Kalo gak kuat tuh bilang. Jangan dipaksa. Kalo drop gimana? Besok kan kamu harus pergi ke pesantren." Ucap Tian. Aku mendongak menatapnya.
"Kamu ikut anterin aku kan?" Tanya ku. Tian mengangguk. Aku tersenyum.
"Foto dong!!" Ajak ku.
Valen memegang ponsel ku sisanya aku, Tian dan Andre berpose. Aku berdiri diantara Andre dan Tian. Mereka merangkul ku. Lalu kami tersenyum bahagia dan ckrek.
Gaya gaya yang konyol membuat kita tertawa hingga perut sakit. Aku bakal kehilangan momen momen seperti ini. Aku gak akan bisa lihat Andre, Tian dan Valen.
Aku duduk di bangku taman dibawah pohon sambil menatap hasil foto tadi. Tak terasa aku meneteskan air mata. Katakan saja aku cengeng. Kalian bayangkan bagaimana rasa meninggalkan orang yang kita sayang. Itu terasa sakit dan sulit.
"HEII." Mereka bertiga mengagetkan ku. Aku langsung menyeka air mata yang mengalir dipipi.
"Hai." Jawab ku.
"Ihh! Lo kenapa Rev. Jangan sedih." Ucap Andre lalu memeluk ku dari samping. Aku tersenyum lelu mengusap kepalanya lembut.
"Andre modus dah." Ucap Tian. Aku menatap Tian."Gue serius Yan. Kalo lagi kaya gini udah gak bisa bercanda lagi." Jawab Andre. Aku menatap Andre. Matanya merah dan berkaca kaca, begitu juga dengan hidungnya merah.
Saat itu juga aku memeluk Andre. Pelukan yang sangat erat. Air mata Andre jatuh tepat dibahu ku. Dan saat itu juga aku menetes kan air mata. Tidak ada tanda tanda Valen Dan Tian akan memeluk ku. Aku masih bergeming didalam pelukan Andre.
Akhirnya Andre melepas pelukannya dan menangkup kedua pipi ku. Andre menatap ku lekat lekat. Membuat ku menjadi merinding.
"Rev, lo tau kan Kalo gue Anak satu satunya?" Tanya Andre. Aku mengangguk.
"Gue udah anggap lo sebagai adek gue sendiri. Gue emang keliatan gak pernah care sama lo. Karna gue bingung dan gak bisa jadi Kakak yang baik." Lanjutnya. Aku masih bergeming menunggu kalimat selanjutnya.
"Gue selalu iri sama Tian. Kenapa Tian bisa memperlakukan lo sebagai adik. Sedangkan gue enggak." Tuturnya. Aku mengusap punggung Andre.
"Buat gue disini tuh gak ada yang gak care sama gue. Gue tau kok dari tatapan lo ke gue itu lembut banget. Tatapan yang sering dipakai sama Mas Daffa." Ucap ku. Andre menoleh menatap ku.
"Tapi, tetap ajah gue gak sebaik Tian, Mas Daffa ataupun Mas Revo." Jawab Andre.
"Lo emang gak sebaik mereka. Tapi lo bisa berubah menjadi lebih baik." Ucap ku.
"Lagi ngomongin gue yaa?" Valen tiba tiba sayang langsung duduk disamping ku.
"Geer lo yee!" Aku menoyorkan kepala Valen.
"Ihh? Songong banget nih Anak." Ucap Valen. Lalu menjitak ku hingga beberapa kali. Pusing yang aku rasa setelah ini.
"Sakit Len." Ucap ku sambil mengerucutkan bibir dan mengusap bagian kepala yang tadi terkena jitakannya Valen.
Valen langsung menarik bahuku agar mendekat ke arahnya lalu dicium lah puncak kepala ku. Mereka memang benar benar seperti Kakak ku sendiri. Aku menatap Valen. Valen hanya tersenyum sehingga membuat kedua matanya menyipit. Lalu mencubit hidung ku hingga merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet And Greet Jadi Cinta
Teen FictionHai guys! Kenalin gue Revi Salshabilla. Gue siswi kelas 11 disekolah Merah Putih. Dicerita ini gue tuh gak nyangka banget karna Gue bisa cinta sama orang yang baru aja ketemu saat meet and greet Fahijal Gammy. *** Hai Guys! Gue Azka Anggara. Gue...