Chapter 20

48 6 0
                                    

Aku menyalami Papi dan Tante Mirna. Begitu juga dengan Mas Daffa dan Mas Revo.

"Selamat ya pi." Ucap ku sambil menyalami Papi.

"Makasih sayang." Papi menciumi kedua pipi ku dan kening ku.

"Tante Selamat ya." Ucap ku kepada Tante Mirna.

"Makasih sayang." Ucap Tante Mirna mencium kedua pipi ku.

"Kalau boleh tau Tian kemana ya tan?" Tanya ku.

"Tian dihalaman depan dari pas mulai akad nikah dia disana." Aku hanya beroh ria.

Akhirnya aku memutuskan untuk menghampiri Tian. Aku melihat Tian sedang duduk bersama Valen dan Andre. Tian kelihatan sibuk menelpon seseorang. Aku menepuk bahu Tian. Dia menoleh Lalu tersenyum dan memeluk ku. Kenapa dia? Aneh sekali.

"Alhamdulillah lo Akhirnya mau keluar juga. Kenapa sih lo ditelponin gak diangkat angkat?" Tanya Tian.

"Ya gue Emang dari tadi tuh udah keluar kamar. Ohh berarti yang lo telponin itu gue dari tadi?" Tanya ku. Tian mengangguk.

"Astaga Tian. Gue lupa hp Gue ada dikamar." Ucap ku sambil memberi cengiran kuda.

"Yah! Yaudah gapap yang penting lo sekarang udah bisa nerima semuanya." Ucap Tian. Aku tersenyum.

"Eh! Makan yuk! Gue laper nih." Ucap Andre sambil memegang perutnya. Kamu bertiga tertawa melihat kelakuan Andre.

"Yaudah sama makan. Gue udah kenyang." Ucap ku.

"Makan apaan emang lo?" Tanya Tian.

"Tadi makan 5 lembar roti sama Dia gelas susu." Jawab ku.

"Ya ampun Anak laper dasar lo." Ucap Tian sambil mencubit pipi ku.

"Yaudah Len, Ndre. Lo aja yang makan. Gue disini sama Revi." Ucap Tian. Andre memberi acungan jempol dan menjauh dari bangku taman.

"Rev." Panggil Tian. Aku menoleh.

"Kamu cantik hari ini." Ucap Tian. Tunggu? Sejak kapan Tian ngomong aku kamu. Tapi gapapa lah.

"Makasih. Kamu juga tampan." Ucap ku berbalik memuji. Dia tersenyum. Aku mengedarkan pandangan ku. Sampai akhirnya terhenti pada laki laki memakai tuxedo abu abu. Dia sedang berdiri menatap ku. Hei? Dia itu Azka. Kenapa dia bisa ada disini? Apa Dia diundang?

"Azka lagi?" Tanya Tian.

"Eh? Itu... Kok Azka bisa ada disini? Apa dia diundang?" Tanya ku.

"Iya dia undang. Karna mamanya Azka sahabat mama aku." Jawab Tian.

"Jadi?" Tanya ku.

"Jadi? Apa?" Tanya nya balik. Aku kembali menatap Azka. Tatapan kali ini berbeda dengan tatapan pertama. Tatapan sekarang tajam dan dingin.

"Samperin yuk!" Ajak Tian. Entah kenapa aku menuruti apakata Tian. Logika dan hati tidak sejalan.

"Hallo Tante." Sapa Tian kepada mama Azka.

"Eh Tian. Kamu makin tampan aja nak." Ucap mama Azka. Aku menatap Azka dan dia juga menatap ku. Tapi tatapannya masih tajam dan dingin. Membuat dada ku terasa sesak.

"Ini Siapa Yan? Pacar Kamu?" Tanya mama Azka.

"Bukan. Ini saudar tiri aku. Namanya Revi." Ucap Tian.

"Rev." Tian menyenggol ku dengan lengannya. Aku pun menoleh.

"Revi kenalin ini Tante Dhea mamanya Azka." Ucap Tian. Aku bersalaman dengan Tante Dhea.

"Azka. Apa kabar lo?" Tanya Tian.

"Baik." Jawabnya singkat dan dingin.

"Mari Tante Saya antar ketemu sama bunda." Ucap Tian. Dan sekarang tinggal lah aku berdua dengan Azka.

"Ka." Panggil ku.

"You okey?" Tanya ku. Dia mengangguk Lalu berlenggang pergi meninggalkan ku. Benar benar sakit. Rasanya.

☆☆☆

Azka POV

Aku harus berpura pura dingin terhadapnya. Revi maafin aku, aku harus ngelakuin ini supaya kamu benci sama aku dan aku bisa meninggal kan mu. Batin ku.

"Ka." Panggilnya.

"You okey?" Tanya nya. Aku mengangguk dan pergi menjauh dari nya. Sebenarnya aku ingin memeluknya saat ini tapi aku harus melakukan.

Aku memilih untuk mengambil minum. Aku melihat Revi dari ekor mata ku. Dia masih berdiri disana. Wajahnya sendu. Dada ku terasa sesak melihatnya sedih.

☆☆☆

Revi POV

Apa salah ku Ka? Kamu jadi berubah kaya gini. Aku butuh kamu. Aku memutuskan untuk kembali ke kamar. Aku berlari, karna rok ini tidak memberi ku ruang Akhirnya aku terjatuh. Semua mata tertuju pada ku. Baju kebaya yang ku kenakan motor karna aku terjatuh ditanah basah. Dengan susah payah aku bangun dan berlari kembali naik ke kamar ku.

Aku menutup dan mengunci pintu kamar ku. Aku bersandar dibalik pintu dan akhirnya menjatuhkan diri ku dilantai. Aku menangis mengingat kejadian tadi. Azka kenapa begitu tega melihat ku seperti ini.

"ARRGGHH!!" Erang ku sambil mengacak acak rambut ku. Bedak, maskara dan airliner ku sudah luntur karna air mata.

Aku menatap diri ku dicermin. Rasa kesal, marah, sedih sedang menghantui ku. Aku menfhancurkan benda yang ada didekat ku. Dan sekarang kamar ku seperti kapal pecah.

Aku tidak pernah merasakan patah hati sebelumnya. Kalian masih ingat kan kalau aku ini belum pernah pacaran. Dan Azka adalah pacar pertama ku.

Tokk tokk tokk

"Rev buka pintunya. Ini gue Tian." Suara Tian dari balik pintu. Kedengarannya suara Tian sangat cemas.

"Rev, ayok dong keluar." Ucap Tian lagi. Aku masih bergeming. Aku tidak ingin bertemu dengan Siapa pun saat ini.

"Kalau lo gak keluar juga. Gue bakal dobrak pintu kamar lo." Ucap Tian lagi.

☆☆☆

Tian POV

Aku melihat Revi berlari. Apa lagi yang Azka lakukan. Tidak ada habis habisnya Azka menyakiti orang yang ku cintai.

Revi terjatuh ditanah basah yang membuat bajunya menjadi motor. Aku ingin membantunya untuk bangun. Tapi banyak orang yang menghalangi ku. Saat aku ingin mengejarnya dia sudah menutup pintu kamarnya. Aku segera berlari menuju kamarnya.

"Aarrgghh" ku dengar erangnya dari dalam kamar. Aku juga mendengar pecahan kaca dan semacamnya. Sepertinya Revi benar benar kacau. Aku tidak akan pernah memaafkan Azka.

"Rev buka pintunya. Ini gue Tian." Teriak ku dari balik pintu kamar Revi.

"Rev, ayok dong keluar." Aku memohon agar Revi keluar.

"Kalau lo gak keluar juga. Gue bakal dobrak pintu kamar lo." Ucap ku lagi. Aku sudah memasang kuda kuda untuk mendobrak pintu kamar Revi. Saat ingin memberi serangan Akhirnya pintu kamarnya terbuka. Astaga! Revi benar benar terlihat kacau. Rambut yang berantakan, dengan make up yang berantakan pula. Dan sekarang kamarnya seperti kapal pecah. Aku segera memeluknya. Aku ingin menenangkan orang yang ku cintai. Aku tahu saat ini banyak mata yang menatap Kami berdua. Tapi Tak ku hiraukan. Aku ingin terus berada didekapannya seperti ini. Hangat dan nyaman.

Aku menggiring Revi untuk masuk kedalam kamarnya tanpa melepas pelukan kami. Aku menutup pintu kamar Revi. Tak enak hati kalau dilihat banyak orang jadi aku memutuskan untuk masuk ke dalam kamar.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Meet And Greet Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang