Chapter 19

54 7 0
                                    

Tokkk tokk tokk

Yampun Siapa sih yang ketuk pintu. Ini tuh masih jam 3 pagi. Dengan malas aku berjalan membuka pintu.

"Selamat pagi mba. Saya disuruh pak Bayu untuk merias mba." Ucap Perempuan dihadapan ku.

"Yampun mba. Ini tuh masih jam 3 pagi. Saya masih ngantuk." Ucap ku sambil menguap.

"Tapi mba. Saya disuruh pak Bayu." Ucap perempuan itu. Aku memutar bola mata malas.

"Okey. Tunggu Saya mandi 30 menit ya mba." Ucap ku. Aku berjalan menuju kamar mandi. Terpaksa harus turutin apa kata Papi.

Benar saja aku keluar dari kamar mandi setelah 30 menit kemudia. Lalu aku memakai kebaya yang dibawakan oleh mba itu. Apa aku terlihat cantik? Dengan memakai kebaya warna merah disertai manik manik yang lucu. Jarang jarang aku pakai kebaya seperti ini.

"Aduh mba. Ini roknya ribet banget. Saya gak punya ruang buat jalan. Aduhh!!" Ucap ku. Sambil berjalan bolak balik didalam kamar.

"Semua kebaya memang roknya seperti ini mba. Mari duduk dimeja rias. Saya akan merias mba." Ucapnya.

Pertama - tama penata rias itu mempercantik rambut ku. Kini aku sudah seperti putri cantik. Lalu setelah itu penata rias merias wajah ku. Memakai kan ku bedak, eye shadow, mengukir alis, maskara, airliner, dan juga lips gloas tidak lupa memakaikan blush on.

Aku menatap diri ku dicermin. Ya Tuhan! Aku tidak menyangka kalau aku memiliki wajah berparas cantik macam ini.

"Baik mba sudah selesai kalau gitu Saya permisi." Ucap penata rias itu. Aku mengangguk.

Aku segera mengambil ponsel dan memotret diri ku. Ya Tuhan tidak menyangka begitu cantiknya aku. Aku terus menuju diri ku sendiri. Aku mengupload foto tadi di Instagram.

Setelah itu aku meletak kan ponsel ke sembarang tempat. Aku melihat jam yang berada dinakas. Sudah jam 5 pagi. Memangnya acara dimulai jam berapa sih? Aku terasa lapar. Aku memutuskan untuk turun ke bawah dan bersarapan. Dengan sudah payah aku turun dari tangga. Aku masih mengenakan sandal jepit berbentuk minions. Flat shose ku ada dirak sepatu bawah.

Akhirnya Sampai juga ditangga bawah. Padahal masih jam 5 sudah ramai aja. Aku masuk lewat pintu belakang. Dan tujuan ku adalah meja makan.

"Yampun ini Revi? Sudah besar sekali dia." Ucap ibu - ibu lebih tua dari Papi. Aku tidak begitu mengenal saudara Papi. Hanya beberapa saja. Tidak banyak.

"Iya aku Revi." Ucap ku sambil tersenyum.

"Yaudah Tante mau siap siap dulu." Pamit ibu - ibu itu. Aku mengangguk.

Aku duduk dikursi favorit ku. Lalu mengambil beberapa lembar roti dan mengoleskan dengan selai coklat.

"Eh non Revi. Mau minum susu?" Tanya bi Odah. Aku mengangguk.

Sudah 5 lembar roti dan dua gelas susu yang ku minum. Rasanya belum kenyang juga. Aku memutuskan untuk pergi ke kamar Mas Daffa.

Tokk tokk tokk

Tak lama pintu itu terbuka dan menampakan wajah tampan milik Mas Daffa. Dia menatap ku lekat lelat. Seperti tidak percaya kalau ini aku. Aku pun seperti tidak percaya kalau yang dihadapan ku ini Mas Daffa.

Mas Daffa menarik lengan ku untuk masuk kedalam kamarnya Dan menutup kembali pintunya. Mas Daffa masih menatap ku. Dia kenapa sih?

"Mas?" Tanya ku.

"Eh? Mmpp... kenapa Rev?" Tanya Mas Daffa gugup.

"Mas yang kenapa? Natap aku gak kedip." Ucap ku.

"Eh itu.. kamu...  kamu cantik Hari ini." Ucap nya. Aku tersenyum. Mas Daffa saja terpesona melihat kecantikan ku. Gimana dengan yang lain? Hehe. Sombong dikit gapapa deh.

"Makasih Mas." Ucap ku. Mas Daffa mengangguk.

"Bahkan kamu lebih cantik dari pada Anida."

"Mas? Ngomong apaan sih. Kalau kan Nida denger nanti Mas dimarahin lo." Ucap ku.

"Tapi Mas serius Rev." Ucap Mas sambil menangkup kedua pipi ku. Mas Daffa mencium kening ku. Cukup lama seperti yang dinikahan nikahan gitu. Mas Daffa menggenggam tangan ku menuju ke arah pintu.

Mas Daffa sudah memakai kemeja beserta dasi dan tuxedo. Terlihat gagah dan tampan. Aku tidak terlalu memujinya. Sudah sering melihat Mas Daffa memakai pakaian seperti ini.

"Daffa? Ini pacar mu nak?" Tanya budeh Ririn.

"Bukan budeh, ini Revi." Jawab Mas Daffa. Aku tersenyum.

"Ya ampun dikiran pacar mu Daf. Kok Revi secantik ini yaa? Bukannya dia tomboy gitu?" Tanya budeh Ririn.

"Memang, tapi hari ini Revi berubah jadi perempuan feminim." Jawab Mas Daffa. Budeh Ririn mengangguk.

"Kalau gitu Daffa mau ke halaman dulu budeh." Pami Mas Daffa. 

Mas Daffa masih menggenggam tangan ku. Entah kenapa berubah benar dia. Dia mengajak ku duduk dibangku taman.

"Mas ngapain duduk disini?" Tanya ku.

"Kamu mau foto gak sama Mas?" Tanya Mas Daffa. Siapa yang tidak mau kalau foto bersama laki laki tampan macam dia. Aku mengangguk. Mas Daffa meminta tolong ke Paksi untuk mengambil gambar diri ku dan Mas Daffa.

Paksi itu sepupu ku. Dia adalah Anak dari adik Papi. Kalau tidak salah nama ibunya itu Budeh Maryam. Namanya islam sekali ya? Hehe.

Mas Daffa merangkul ku dan tersenyum aku pun ikut tersenyum. Ckrekk. Sudah selesai pemotretan pertama. Mas Daffa memegang pinggang ku posesif. Aku mengalungkan kedua tangan ku dilehernya dan kening Kamu menempel. Ya Tuhan! Macam foto prawedding saja. Ckrekk. Sudah selesai. Mas Daffa berterima kasih kepada Paksi. Paksi memang laki laki yang tidak banyak bicara. Entah kenapa aku tidak tahu.

"Sumpah foto yang kedua itu macam prawedding." Ucap ku sambil tertawa.

"Iya juga ya. Haha."

Mas Daffa sibuk dengan ponselnya. Matahari mulai muncul. Aku rasa ini sudah jam 6 lewat. Aku mengajak Mas Daffa untuk duduk ditempat saksi akad nikah Papi. Sudah mulai ramai. Aku duduk disamping Mas Revo. Dan sekarang aku diapit oleh dua laki laki tampan.

"Kemana aja sih lo berdua?" Tanya Mas Revo.

"Dihalaman depan." Jawab ku.

Aku melihat ke arah pintu dan itu adalah keluar dari bundanya Tian. Tapi kemana Tiannya ya? Mungkin dibelakang. Aku melihat ke arah kamar Papi yang sudah terbuka dan menampakan Papi. Papi terlihat gagah. Papi duduk disampimg Tante Mirna.

"Bisa dimulai? " Tanya penghulu. Papi dan Tante Mirna mengangguk.

"Baik. Bismillahirahmannirahim. Saya nikah kan dan kawin kan Bayu Pradiksa bin Yoga Pradiksa dengan Mirna binti Tuti dengan seperangkat Mas kawin seberat 15 gram dan uang sebesar 50 juga rupiah dibayar tunai." Ucap pak penghulu.

"Saya terima nikah dan kawinnya Mirna binti Tuti dengan seperangkat mas kawin tersebut dibayar tunai." Papi mengucapnya dengan lantang dan satu tarikan nafas.

"Bagai mana para saksi sak?" Tanya pak penghulu.

"SAH!!" Jawabnya serentak.

"Alhamdulillah birabbil alamin." Pak penghulu membacakan Dia untuk Papi dan Tante Mirna. Setelah itu Papi memakaikan cincin ditangan Tante Mirna begitu juga Tante Mirna. Papi mencium kening Tante Mirna. Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah ya Pi. Batin ku.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Meet And Greet Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang