Chapter 16

60 5 0
                                    

Saat sedang mengobrol kecil bersama Andre dan Valen  Akhirnya Tian pun datang. Rambutnya basah, dia menggunakan kaos polo dengan celana pendek selutut. Perfect. batin ku.

"Sorry ya lama. Gue mandi dulu. Abisnya gerah banget gue." Ucapnya.

"Jadi?" Tanya Tian.

"Jadi penyebab gue nangis tadi itu gara gara Azka--." Ucap ku dipotong oleh Tian.

"Tuh kan bener apa kata gue. Lagian lo tuh ngapain coba deket sama dia. Dia gak baik buat lo." Ucap Tian.

"Iya Rev, kalau dia baik gue bakal restuin hubungan lo dah. Masalahnya ini dia tuh gak baik." Ucap Valen. Andre mengangguk.

"Kalian tau dari mana kalau Azka itu gak baik?" Tanya ku.

"Lagi waktu lo gak masuk. Azka tuh nembak Nia ditengah lapangan pas istirahat. Dan disitu muka Azka keliatan bahagianya banget. Lo liat aja di instagram banyak yang upload video sewaktu Azka nembak Nia. Terserah sih lo mau percaya atau gak. Ada buktinya Kok." Ucap Andre.

"Iya, mending udah deh mulai sekarang jauhin Azka. Dia gak baik buat lo. Sejak lo deket sama Azka lo jadi berubah lo bukan Revi yang kuat lagi." Ucap Tian. Benar juga sih kata Tian aku berubah menjadi lemah saat aku mulai dekat dengan Azka. Keputusan ku sudah bulat sepulang dari rumah Tian aku bakal cek instagram. Dan setelah itu menjauh dari Azka.

"Okey, gue percaya sama kalian. Semoga jalan gue kali ini benar ya. Gue bakal ngejauh dan lupain Azka secepatnya." Ucap ku.

"Trus Yan. Lo mau cerita apa? Kaya cewek aja lo curhat." Ucap Andre. Tian menjitak kepala Andre. Andre meringis.

"Rev lo udah tau kalau ortu kita. Bakal nikah minggu ini?" Tanya Tian. Aku mengangguk.

"Tunggu. Maksudnya apaan? Ortu lo berdua? Nikah? Apaan sih maksudnya?" Tanya Andre dengan wajah cengo.

"Iya jadi gini loh Ndre. Nyokap Tian  sama bokapnya Revi tuh mau nikah." Jelas Valen.

"HAH? LO SERIUS?" Tanya Andre. Aduhh! Cowok cowok mulutnya kayak toa nih Andre.

"Lo bisa gak gausah pake toa? Nyokap Gue denger gimana?" Tanya Tian.

"Iya, cowok apa cewek sih?" Tanya Valen.

"Eh? Tapi gue diundang gak? Kali aja diundang kan bisa makan sepuasnya." Ucap Andre.

"ANDRE!!!" Ucap aku bertiga dan memelototi Andre. Andre hanya memberi Dia jadi berbentuk V.

"Kalian berdua bakal diundang Kok." Ucap ku.

"Loh? Emang Iya apa Rev. Bunda gak bilang sama gue." Ucap Tian.

"Baru mau bujuk Papi sih buat undang dua curut ini." Ucap ku sambil memberi cengiran kuda. Tian mengacak acak rambut ku.

"Kalian bakal jadi saudara tiri dong?" Tanya Andre.

"Yaiyalah Andre." Ucap Valen kesal.

"Sabar Len sabar. Siapa suruh milih temen yang kaya gini." Ucap ku sambil tertawa dan dihadiahi jitakan oleh Andre.

"Makan yuk!" Ajak Tian.

"Ayok!" Jawab Andre.

"Eh? Gak jadi deng."

"Jahat banget ih. Php kamyu Tian." Ucap Andre dengan nada lebay.

"Ihh? Apaam sih lo Ndre. Geli gua." Tian bergidik ngeri. Aku dan Valen tertawa.

"Yaudah yuk!" Ucap Tian.  Akhirnya kami pun turun ke bawah untuk makan siang. Baru Sampai dilantai dua Tian merentangkan kedua tangan mengisyaratkan kami untuk berhenti.

"Kenapa Yan?" Tanya Valen.

"Sssttt!! Lo liat tuh dibawah." Ucap Tian menunjuk ke arah ruang tamu. Kami melihat ke arah yang ditunjuk Tian. Oh my god aku gak tau ini lagi mimpi atau gak Papi lagi ngobrol sama Tante Mirna. Tapi, tunggu kenapa Papi gak ngenalin motor aku dihalaman rumah Tian.

"Balik lagi ke atas." Ucap Tian. Kami akhirnya kembali ke atap lagi.

"Rev, mending lo kasih tau secepatnya deh. Lagi juga apa problem nya kalau Papi lo tau kalau kita temenan. Malah mungkin bisa jadi Papi lo sama bunda bakal mempercepat pernikahan." Ucap Tian. Bener juga sih, aku harus akting pura - pura belum tau kalau Papi itu pacaran sama Tante Mirna. Ya! Harus.

"Yaudah deh Yan." Ucap ku.

"Yaudah kita kembali ke bawah buat makan siang." Ucap Tian. Akhirnya Kami turun ke bawah untuk makan siang. Saat sudah Sampai dilantai dasar aku pura pura tidak melihat Papi. Aku menyibukkan diri dengan mengobrol dan bercanda bersama dua curut.

"Bun, aku sama teman teman mau makan dulu ya." Ucap Tian.

"Ah? Iya nak. Kalau gitu kita sekalian makan siang bareng Om Bayu aja." Ucap Tante Mirna.  "Ayok Mas kita makan dulu." Lanjut Tante Tante Mirna.

"Loh? Itu Kok kaya Revi?" Terdengar suara Papi. Aku yang merasa disebut namanya langsung menoleh.

"Loh? Revi Kamu ngapain disini?" Tanya Papi.

"Eh? Papi sendiri ngapain disini? Kok bisa kenal Tante Mirna?" Tanya ku.

"Jadi, nak Revi ini Anak Mas? Dan Mas belum cerita sama Anak Anak Mas?" Tanya Tante Mirna.

"Aku... aku udah cerita sama mereka. Cuma aku belum kenalin kamu ke mereka." Ucap Papi.

"Revi kenalin ini calon mama Baru kamu dan Tian calon saudara tiri kamu." Ucap Papi.

"Aku udah tau." Jawab ku ketus dan berlari keluar rumah Tian. Kalau aja kalian tau Rasanya jadi aku. Aku ini lagi bimbang antara setuju dan tidak setuju. Aku memakai helm ku dan menyalakan mesin motor. Aku menancap gas dan menjauh dari pekarangan rumah Tian. Aku gak tau mau kemana aku sekarang. Kerumah Valen? Kan Valen lagi dirumah Tian. Kerumah Andre? Dia juga dirumah Tian. Huhh!! Aku memutuskan untuk menginap dirumah Tante Dinda. Dia adik dari mama aku. Ya! Lebih baik aku kesana.

Hanya 40 menit aku Sampai dirumah Tante Dinda. Aku membuka helm dan jaket ku. Aku berjalan mendekati arah pintu dan mengetuknya. Tak lama pintu itu terbuka dan muncul lah Gita anak kedua Tante Dinda.

"Kak Revi?" Aku tersenyum. Gita memeluk ku. Aku membalas pelukannya. Sudah berapa lama aku tidak bertemu dengan Gita. Kini dia sudah semakin besar. Dulu masih SD sekarang sudah SMP kelas 9.

"Kakak kesini sendiri?" Tanya Gita. Aku mengangguk.

"Siapa yang datang Ta? Kok gak disuruh masuk?" Teriak Tante Dinda dari dalam menuju ke arah pintu.

"Eh? Kamu Rev? Sama Siapa kesini?" Tanya Tante Dinda.

"Sendiri Tan." Jawab ku.

"Yaudah ayok masuk." Aku pun masuk kedalam. Tante Dinda mempersilahkan ku duduk.

"Mau minum apa?" Tanya Tante Dinda.

"Eh? Apa aja deh Tan."

"Yaudah bentar dulu ya." Ucap Tante Dinda. "Gita temani Kakak mu dulu." Teriak Tante Dinda.

"Baik ma."

"Rey mana Ta?" Tanya ku.

"Kak Rey belum pulang. Kak Rey bilang dia akan pulang telat karna ada latihan basket sore ini." Aku ber-oh ria. Hening, tidak ada yang bicara diantara aku dan Gita. Gita sedang sibuk dengan ponselnya.

"Lagi ngapain sih Ta? Chat sama pacar ya?" Tanya ku. Pipi Gita merona. Dan dia tersipu malu. Tak lama Tante Dinda datang membawa segelas air berisi jus alpukat. Yey! Tau aja Tante Dinda soal kesukaan ku.

"Revi, Tante gak bisa nemenin kamu nih. Tante ada acara sama temen temen Tante. Kamu ditemenin sama Gita aja. Paling gak lama lagi Rey sampe rumah." Ucap Tante Dinda. Aku mengangguk dan mencium punggung tangan Tante Dinda begitu juga Gita.

"Assalamualaikum." Ucap Tante Dinda.

"Wa'alaikumsalam." Ucap aku dan Gita serentak.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Meet And Greet Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang