Chapter 41

42 5 0
                                    

Aku sudah siap, aku sudah mengenakan sweater berwarna biru pastel serta hotpans berwarna putih. Aku memilih memakai converse. Setelah itu aku memakai syal berwarna putih dan kupluk berwarna putih.
(Kupluk= penutup kepala)

Sejak kapan aku jadi suka dengan warna putih? Warna putih memang bukan warna kesukaan ku. Tapi, jika dengan pakaian aku selalu berdominan dengan warna putih.

Aku melihat diri ku dicermin. Menurut ku ini sudah keren. Aku segera keluar kamar dan berkumpul dengan keluarga ku diruang depan TV.

Aku melihat Mas Revo dan Tian sedang duduk disofa depan TV. Aku memilih duduk diantara mereka. Lebih tepatnya ditengah - tengah.

"Rev." Panggil Tian. Aku menoleh.

"Ada apa?" Tanya ku.

"Maaf soal itu." Ucapnya menunduk. Aku mengerutkan kening. Soal itu? Soal mana?

"Yang mana?" Tanya ku.

"Soal aku pukulin Azka. Kamu pasti marah besar?" Ucapnya dengan penuh merasa bersalah.

"Lupakan." Ucap ku sambil tersenyum dan menepuk bahunya.

"Revi, emang lo diajak apa?" Tanya Mas Revo. Aku langsung melototi Mas Revo.

"Harusnya Revi yang nanya gitu. Ini kan ulang tahun Revi. Pastinya dong Revi diajak. Mas kali yang gak diajak." Ucap ku sambil menyilangkan kedua tangan ku didepan dada.

"Hehe. Iyaa iyaa." Ucap Mas Revo mencubi pipi ku. Aku meringis kesakitan.

"Sakit Mas." Aku langsung memukulinya. Tapi nihil Mas Revo sudah memasang kuda - kudanya untuk berlindung.

"Sudah siap anak anak?" Tanya Papi. Papi seperti bicara dengan anak anak kelas 1 SD. Mungkin papi merindukan saat aku, Mas Daffa dan Mas Revo kecil. Aku juga merindukan masa - masa itu. Stop Revi, bukan waktunya galau galauan.

"Baik, Kita bawa dua mobil aja Yak. Revo dan Daffa kamu satu mobil. Biar Tian dan Revi satu mobil sama Papi dan Bunda." Ucap Papi.

"Okey." Ucap kami serentak. Aku dan Tian langsung masuk ke dalam mobil milik Papi. Aku dan Tian duduk dikursi penumpang dibelakang.

Tidak ada pembicaraan selama diperjalanan. Aku menyibuk kan diri dengan mendengarkan lagu dari ponsel ku. Serta membuka aplikasi yang sudah lama tak ku buka buka. Aku membuka line. Ada banyak pesan yang belum ku baca disana. Aku membuka pesan dengan Azka. Karna pesannya Azka berada di paling awal.

Azka Anggara : Kamu udah bisa melihat lagi? Aku mau kita ketemu hari ini.

Salshabilla : Aku tidak bisa. Hari ini waktunya aku berkumpul dengan keluarga. Mungkin lusa kamu bisa temuin aku.

Azka Anggara : Baik lah.

Aku menatap Tian. Sejak tadi Tian tidak banyak bicara. Ada apa dengannya? Aku menggenggam tangan Tian. Membuatnya menoleh dan menatap ku lekat lekat. Tatapannya sendu. Membuat ku mengernyit.

"Ada apa?" Tanya ku berbisik. Karna aku tidak ingin papi dan bunda mendengarnya.

"Tidak." Jawabnya.

"Yan, aku bisa lihat tatapan kamu dan sikap kamu belakangaan ini. Kamu kenapa? Jujur Yan sama aku." Ucap ku. Tian malah mengalungkan pandangannya ke arah luar jendela.

Hei? Aku bukan paranormal yang tahu segalanya apa yang dia rasa. Aku manusia biasa, yang butuh penjelasan jika aku tidak mengerti.

Aku membuka ponsel ku. Aku mencoba menghubungi Valen dan Andre. Mungkin dia tahu ada apa dengan Tian.

Meet And Greet Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang