Chapter 37

65 4 0
                                    

Aku terduduk lemas disofa ini. Aku masih membayangkan perlakuan kak Gres terhadap ku saat itu. Aku tak habis pikir kalau ini semua gara gara Azka. Ya! Azka penyebab mata ku buta dan segalanya. Hari hari ku sudah berubah menjadi gelap.

"Revi." Tian tiba tiba langsung memeluk ku.

"Kamu kenapa? Kamu baik baik aja kan sayang?" Tanya Tian. Aku masih bergeming. Aku lelah dengan semuanya. Aku ingin balik seperti dulu. Aku ingin bisa melihat lagi.

"Revi? Rev..." Panggil Tian. Aku masih bergeming. Tian menepuk pipi ku. Aku masih bergeming.

"Rev kamu kenapa sih?" Tanya Tian. Suaranya terdengar cemas.

"Ini pasti gara gara Azka." Ucap Valen.

Aku langsung terkesiap. Aku takut Tian dan Valen membonyoki Azka. Aku mencari Tian disamping kanan ku. Tapi tidak ku temukan. Ya Tuhan! Tolong lindungi Azka. Bagaimana pun juga aku tetap mencintainya dan menginginkannya ada disamping ku.

"Tian!!" Pekik ku.

"Tian... Tiann kamu dimana?" Teriak ku. Aku meraih tongkat yang selalu menemani ku belakangan ini. Aku bangkit untuk berjalan keluar mencari keberadaan Tian.

Dengan susah payah aku berjalan. Bukan! Bukan karna kaki ku sakit atau apa. Karna aku tidak terbiasa berjalan dengan keadaan gelap seperti ini. Ya! Aku tidak sepenuhnya menyalah kan Azka dan Kak Gres. Bahkan aku tidak dendam kepada mereka. Biar saja Tuhan yang akan balas semua perbuatan kak Gres. Sampai sekarang aku tidak tahu dimana keberadaannya. Aku menanyakan soal ini ke papi. Tapi papi hanya bilang dia sedang diamankan oleh kepolisian.

"Tian..." Pekik ku. Aku tidak tahu ke arah mana aku berjalan. Yang ku tahu aku tetap berjalan ditrotoar.

Aku terus berjalan. Aku tidak ingin Tian dan Valen kalap dan terus memberi bogem mentah taj henti kepada Azka. Tak lama aku mendengar suara pukulan.

Buggh!!

Buggh!!

Bughh!! Bugghh!!

"Tian, Yan jangan Yan." Ucap ku. Aku berjalan menuju arah suara pukulan yang ku dengar.

Tiba tiba tangan ku diraih oleh seseorang. Aku merasa nyaman dengan genggamannya. Yang menggenggam tangan ku tiba tiba terjatuh. Aku pun ikut terjatuh, aku terduduk ditrotoar.
Aku penasaran siapa yang ada dipangkuan ku. Ku raba wajahnya. Matanya, hidungnya yang mancung, bibir tipisnya yang robek sedikit diujung.

"Apa ini Azka?" Tanya ku.

"Iya. Ini aku Rev." Ucapnya tertatih.

"Bibir kamu--." Ucap ku terpotong. Karna satu jari yang ku rasa itu jari telunjuk mendarat dibibir mungil ku.

"Aku gapapa kok." Ucap Azka. "Sekarang kamu pulang sana. Tuh! Pulang sama Tian." Lanjutnya. Azka mencoba berdiri. Aku membantunya untuk berdiri.

"Kamu pulang ya! Hati hati." Ucapnya lagi. Aku masih tercengang. Azka masih saja baik, padahal perlakuan ku tadi mungkin sudah menyakiti hatinya.

"Ayok kita pulang." Ucap Tian dingin. Tian mengenggam tangan ku erat. Sangat erat hingga membuat aku meringis.

"Yan. Sakit." Ucap ku meringis. Tapi Tian bergeming. Malah mempererat genggamannya. Aku langsung menepis lengannya.

"Kamu kenapa sih Yan? Sakit tau gak?" Ucap ku langsung pergi meninggal kan Tian.

☆★☆

Aku sedang duduk disofa depan TV. Dirumah ini terasa sepi. Papi dikantor, Mas Daffa dikantor juga, Mas Revo kuliah, bunda dibutiknya. Aku merasa bosan, lebih baik aku ke kantor papi.

Meet And Greet Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang