Chapter 34

54 3 0
                                    

Aku merasa suhu tubuh ku tidak stabil. Nafas yang tidak memburu dan cukup dingin sekali malam ini. Aku mencoba menarik selimut hingga menutupi tubuh mungil ku sampai leher. Aku memejamkan mata ku merasakan sakitnya kepala ku. Aku rasa aku demam akibat hujan hujanan tadi sore. Akhirnya aku terlelap.

☆★☆

Tian POV

Aku merasa perasaan ku tidak enak sejak tadi. Aku terus mundar mandir kebingungan. Entah karna apa aku juga tidak tahu. Aku memutus kan untuk ke kamar Revi melihat keadaannya.

Aku memutar kenop pintu lalu terbuka lah pintu itu. Ku lihat Revi sedang tidur dibawah balutan selimut tebalnya. Ku lihat tubuh mungilnya menggigil dan giginya gemertak. Aku segera memegang dahinya. Panas. Aku turun kebawah mengambil air hangat dan handuk kecil. Lalu kembali lagi ke kamar Revi.

Ku celupkan handuk kecil itu membuatnya basah. Lalu kuperas dan ku letak kan didahi Revi. Revi masih mengigil. Aku segera mengambil selimut tebal dan menyelimutinya.

Aku menatap Revi yang sedang terlelap. Besok aku akan mulai kehilangan dirinya. Kehilangan sosok penyemangat hidup ku. Revi adik ku. Lalu tersisa lah aku, bunda, Mas Revo, dan Mas Daffa. Aku menghela nafas gusar.

Aku mencium punggung tangannya. Lalu mengecup pipinya. Setelah itu aku keluar kamarnya dan membiarkan Revi istirahat.

☆★☆

Revi POV

Matahari mulai menyinari kamar ku. Aku memang sengaja semalam tidak menutup tirai jendela. Aku menggeliat malas diatas ranjang. Aku merasakan sesuatu yang lembut didahi ku. Aku meraihnya dan ternyata handuk kecil yang sudah dingin. Ku lihat aku memakai dua selimut. Siapa yang memakaikannya? Aku mencoba berfikir siapa yang melakukan ini.

"Bagaimana keadaan mu?" Tian yang tiba tiba masuk kamar ku membuat ku terlonjak kaget.

"Ngagetin ajah." Ucap ku.

"Lagian bengong mulu. Sampe gak sadar aku ada disini." Tian duduk ditepi ranjang sebelah ku.

"Abis aku bingung siapa yang meletak kan handuk dan memakaikan ku selimut tebal satu lagi?" Ucap ku. Sambil mencoba berfikir kembali.

"Siapa hayoo??" Tanya Tian. Aku menatap Tian, yang ditatap hanya tersenyum senyum.

"Siapa?" Tanya ku. Tian menggedikkan bahu. Aku menyilangkan kedua tangan didepan dada sambil melototi Tian.

"Semalem aku yang memakaikan selimut tebal. Dan juga yang mengompres mu. Karna saat itu aku benar benar tidak tahu lagi bagaimana caranya agar kamu tidak demam tinggi." Ucap Tian. Aku langsung tersenyum kepadanya.

"Terima kasih Yan." Ucap ku. Tian mengangguk lalu menempel kan punggung tangannya pada kening ku.

"Sudah tidak panas. Kamu bisa siap siap dan kita semua akan berangkat menuju pesantren." Ucap Tian. Aku mengangguk.

Aku langsung masuk kedalam kamar mandi. Setelah selesai dengan ritual mandi ku. Aku langsung berpakaian. Pakaian yang ku pakai adalah pemberian dari papi kemarin. Aku memakai baju lengan panjang dan rok panjang serta memakai jilbab yang diberikan Nathan. Terlihat sangat sholehah.

Membicarakan tentang Nathan aku jadi teringat kembali akan Nathan. Aku harus izin dulu dengannya sebelum berangkat. Sebaiknya ku telpon saja dia sekarang.

"Hallo." Ucap ku saat telpon terhubung.

"Hallo."

"Nath, aku cuma mau sampai kan ajah sama kamu. Kalau aku hari ini otw ke pesantren."

Meet And Greet Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang