Kini Aku sedang duduk diruang tv bersama Papi dan Mas Daffa. Mas Revo kemana? Biasa lah dia sedang pacaran. Huh! berasa Jonezz. Emang jonez. Eh?
"Revi." Papi membuka percakapan.
"Iya pi?" Jawab ku.
"Lain kali Papi Gak mau Ya kamu bolos bolos lagi. Kalau sekali lagi kamu bolos Papi pindahin sekolah kamu ke pesantren." Loh? Papi kenapa marah gini sama Aku.
"Tapi pi--" Ucap ku terpotong.
"Papi ga mau dengar alasan." Ucapnya lalu pergi meninggal kan Aku dan Mas Daffa. Mas Daffa memeluk ku. Aku menangis di dada bidangnya.
"Kenapa Papi berubah Mas?" Tanya ku. Mas Daffa mengusap punggung ku.
"Mas juga gak tau. Papi bilang sih kalau Papi mau cari pengganti mami." Aku tersentak mendengar rentetan kalimat yang dikeluarkan Mas Daffa.
"Apa? Siapa yang akan Papi nikahkan?" Tanya ku. Mas Daffa menggedik kan bahu.
"Revi Gak setuju kalau Papi nikah lagi." Ucap ku.
"Kamu harus ikhlasin Papi sama perempuan lain. Kamu tau Gak? Kalau laki laki yang ditinggal kan istrinya dia Gak akan bisa bertahan lama untuk sendiri. Berbeda dengan perempuan. Kalau perempuan ditinggal suaminya dia akan bertahan untuk hidup tanpa pasangan. Ya emang ga semua laki laki mencari pasangan lagi. Hanya laki laki yang kuat yang bisa bertahan hidup sendiri." Ucap Mas Daffa panjang lebar.
"Tapi Mas gimana kalau istri Papi jahat kaya ibu tiri yang difilm? Revi takut." Ucap ku.
"Gak semua ibu tiri itu jahat Revi. Gak boleh nethingan. Percaya sama Mas kalau Papi bakal dapetin istri yang baik." Ucap Mas Daffa meyakin kan.
"Yaudah Mas Aku mau ke kamar." Ucap ku. Dan berjalan menuju kamar.
Aku melihat mobil milik Papi keluar dari pekarangan rumah. Mau kemana sih Papi malam malam gini? Akhirnya Aku memutuskan untuk mengikuti Papi. Aku mengambil jaket dan kunci motor. Aku berjalan mengendap endap lewat belakang saat Sampai di garasi Aku mendorong motor hingga keluar dari pekarangan rumah.
Kalian mau tau kenapa Aku mengendap endap? Karna Aku Gak mau Mas Daffa tau kalau Aku ikutin Papi.
Mobil Papi masih terlihat Aku Segera menyalakan mesin motor dan membuntuti Papi. Jarak motor ku dan mobil Papi cukup jauh. Kalau dekat dekat Aku takut Papi tau.
Sepertinya Aku tahu ini jalan. Seperti arah kerumah Tian. Mungkin pacar Papi rumahnya dekat dengan rumah Tian. Mobil Papi berhenti didepan rumah--. Astaga! Itu kan rumah Tian. Gak mungkin kalau pacar Papi tante Mirna. Tante Mirna itu bundanya Tian.
Aku mengendap endap mencoba untuk mendengar apa yang dibicarakan Papi didalam rumah Tian. Aku mengintip dari jendela.
Benar saja Papi sedang duduk bersama Tante Mirna. Aku mencoba terus mendengar apa yang dibicarakan Papi.
"Sebaiknya kita mempercepat pernikahan." Ucap Papi.
"Kenapa emangnya Mas?" Tanya Tante Mirna.
"Aku punya Anak perempuan dia nakal sekali. Sering bolos sekolah dan pulang telat. Aku rasa dia butuh perhatian lebih. Karna Aku dan kakaknya sibuk dengan urusan masing masing Sampai tidak ada waktu untuknya." Ucap Papi. Aku Gak nyangka kalau Papi bakal buka aib Aku ke orang lain.
Tiba tiba ada yang sekap mulut ku dari belakang. Aku digiring menuju taman belakang rumah Tian. Aku mencoba menyingkirkan tangan yang sedang menyekap mulut ku. Akhirnya dia pun melepas kannya dan ternyata yang menyekap ku adalan Tian.
"Ihh! Lo apa apaan sih Yan. Hampir kehabisan nafas gue." Ucap ku.
"Lo ngintip bokap gue sama nyokap gue pacaran Ya?" Tanya Tian menggoda ku.
"Apaan sih?" Aku berjalan duduk dibangku taman. "Gue cuma mau tau Siapa perempuan yang bakal dinikahin sama Papi. Dan ternyata Tante Mirna. Gue ga habis pikir kalau kita bakal jadi saudara tiri Yan." Ucap ku dengan wajah datar dan suara rendah.
"Gue juga ga nyangka Rev. Gue bisa apa? Ini demi kebahagiaan nyokap. Apa pun gue lakuin." Ucap Tian. Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya.
"Kita harus ikhlasin." Ucap Tian. Aku hanya bisa mengangguk.
"Yan."
"Iya?"
"Lo harus ilangin rasa cinta Lo ke gue." Kata ku.
"Gue lagi belajar Kok Rev." Jawab Tian tersenyum masam. Aku mengangguk.
"Oh Iya Yan. Coba deh liat Papi gue udah pulang belum?"
"Bentar Ya gue liat." Ucap Tian. Tian berjalan ke arah teras rumahnya. Belum Sampai teras Tian melihat Papi Revi sedang berpamitan dengan bundanya. Tian melambaikan tangan menyuruh ku untuk mendekat. Aku pun mendekat dan melihat Papi sedang berjalan menuju mobilnya.
Saat Papi sudah memasuki mobilnya dan menghilang dari pekarangan rumah Tian. Aku pun keluar dari tempat persembunyian.
"Yan. Gue pulang Ya." Pamit ku.
"Yakin berani pulang sendiri?" Tanya Tian.
"Yaelah. Santai. Masih sore gini." Ucap ku.
"Gak. Lu ga boleh balik sendiri apalagi ini malem. Bahaya." Ucapnya. "Bentar gue sambil jaket sama kunci motor dulu." Lanjutnya dan masuk kedalam rumah melewati pintu belakang. Akhirnya Aku pun terpaksa menunggunya.
Tian keluar sudah mengenakan jaketnya dan bersiap mengantar ku pulang.
"Alasan apa lagi kali ini?" Tanya ku.
"Cuma bilang sama bunda mau cari angin." Jawabnya. "Yaudah yuk. Nanti keburu kemalaman." Ucapnya. Aku pun baik ke atas motor ku dan menyalakan mesinnya. Tian juga baik ke atas motor gedenya dan menyalakan mesin motornya.
Aku menancap gas begitu pulang Tian. Aku berjalan didepan dan Tian dibelakang. Baru pertama kalinya Aku keluar malam dan bawa motor. Pernah sih keluar malam. Tapi Gak cuma berdua kaya gini dan sepi jalannya.
"Rev. Lo takut Ya?" Tanya Tian dengan suara sedikit di naikan.
"Gak ko Yan. Emang kenapa?" Tanya ku.
"Dari pada takut mending kita balapan aja." Usul Tian. Menarik juga ajakan Tian.
"Okey." Jawab ku.
Aku menaikan gas hingga 90 km. Aku tidak ingin kalah dengan Tian. Kalau soal balapan ini sih kecil. Aku udah sering banget diajak nonton balapan sama Mas Revo dan diajarin trik trik balapan. Jadi ga diragukan lagi kalau nanti Aku yang menang. Haha.
Akhirnya Aku yang menang dalam perlombaan ini. Tian belum paham bagaimana trik balapan. Aku melepas helm.
"Yeyy! Gue menang." Teriak ku menjulurkan lidah. Kiri Aku sudah sampai di dekat rumah.
"Cewek cewek bisa banget balapan." Ucap Tian sambil tersenyum.
"Bisa dong. Apa sih yang gak bisa Kalo sama Revi mah." Aku tertawa Tian pun ikut tertawa.
"Yaudah. Sana gih masuk. Nanti dicariin Papi loh." Ucapnya.
"Ihh apaan sih? Papi Papi aja manggilnya. Dia kan belum resmi jadi Papi Lo."
"Iyaa. Maksud gue Om Bayu."
"Yaudah gue masuk Ya Yan. Makasih udah mau anterin gue malam malam gini. Jadi ngerepotin kan." Pamit ku.
"Gue gak merasa direpotin Kok Rev. Santai aja." Ucapnya. Aku hanya membalas dengan senyuman. Aku kembali memakai helm ku dan mendorong motor hingga garasi.
Akhirnya Sampai juga. Aku membuka helm lalu merapikan rambut ku. Seperti tadi Aku mengendap endap baik ke atas kamar. Aku bersyukur punya kamar yang kalau masuk ga harus lewat pintu depan atau belakang. Karna kamar ku berada di taman samping.☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet And Greet Jadi Cinta
Teen FictionHai guys! Kenalin gue Revi Salshabilla. Gue siswi kelas 11 disekolah Merah Putih. Dicerita ini gue tuh gak nyangka banget karna Gue bisa cinta sama orang yang baru aja ketemu saat meet and greet Fahijal Gammy. *** Hai Guys! Gue Azka Anggara. Gue...