Chapter 24

54 6 0
                                    

Aku sudah berada dirumah Tante Dinda. Kini aku sedang duduk disofa depan TV bersama Gita. Aku sedang menunggu Rey. Gita bilang Rey sedang berkumpul dengan temannya di basecamp.

Aku membuka ponsel ku. Berniat untuk menelpon Rey agar segera pulang tetapi terdengar suara ketukan pintu. Aku menatap Gita, Gita juga menatap ku.

"Biar aku saja yang membuka kan pintu." Aku berdiri lalu berlari kecil menuju pintu. Aku membuka pintu. Aku tersenyum melihat Siapa yang ada dihadapan ku.

"Revi?" Wajahnya terkejut. Senyumku masih mengembang.

"Haii." Ucap ku sambil melambaikan tangan ku.

"Apa lo kembali untuk gue?" Tanya Rey. Aku menggeleng. Aku kan kembali hanya mengungsi untuk menghindar perbuatan Tian.

"Lalu?" Tanyanya lagi.

"Nanti gue ceritain. Mending lo mandi dulu sana." Ucap ku. Rey berjalan menuju kamarnya sedangkan aku kembali duduk disofa depan TV.

"Kak Revi sama Kak Rey ada apaan sih? Kalian kelihatan kaya orang pacaran." Ucap Gita. Aku langsung menoleh menatap wajah Gita.

"Aku sama Rey gak ada apa apa Kok. Ya kita cuma saudara ajah. Masa Iya pacaran kan gak mungkin." Jujur ku. Gita hanya mengangguk.

Aku sedang menunggu Rey membersihkan tubuhnya. Tidak biasanya Rey mandi selama ini. Aku mencoba untuk pergi ke kamarnya.

"Ta, aku ke kamar Rey dulu yaa." Ucap ku. Lalu meninggal kan Gita yang masih serius dengan film diTV.

Tokk tokk tokk

Aku mengetuk pintu kamar Rey. Tidak ada jawaban. Aku khawatir dengan Rey didalam sana. Aku memutuskan untuk menerobos masuk ke dalam kamar Rey. Ini bukan nerobos namanya kan sebelumnya aku mengetuk pintu. Jadi aku masuk dengan sopan.

Aku terkejut melihat Rey sedang duduk di atas ranjangnya dengan kepala yang ditundukan dan kedua lututnya sebagai bantal.

"Rey?" Panggil ku sambil menepuk punggung Rey. Rey masih bergeming. Aku benar benar khawatir. Terlihat jelas sejak pulang tadi Rey seperti tidak semangat.

"Rey lo Kenapa sih?" Tanya ku. Rey mengangkat kepalanya dan menatap ku. Matanya memerah dan berair. Aku yakin sekali dia menangis. Tapi, aku sangat mengenal Rey dia tidak pernah sesedih ini saat ada masalah.

"Rey? Kalo lo mau cerita silahkan. Kalau gak juga gapapa gue gak maksa." Ucap ku. Rey meletak kan kepalanya lagi diatas ke dua lututnya. Kali ini posisi kepalanya miring mengbadap ku. Aku menatap Rey nanar. Entah hal apa yang membuat Rey sesedih ini. Aku memeluk Rey mencoba menenangkan Rey. Tubuhnya hangat sekali. Aku meregangkan pelukan dan memegang dahi Rey. Panas sekali. Aku membaringkan Rey dan menarik selimut agar menutupi tubuhnya.

"Sebentar ya Rey. Gue buatin bubur sama teh hangat dulu." Ucap ku. Baru dua langkah berjalan tangan ku digenggam oleh Rey. Mau tidak mau aku membalik badan menjadi menatap Rey.

"Jangan tinggalin gue. Suruh Gita aja buat bikinin bubur sama teh hangatnya." Ucap Rey dengan terbata bata. Aku mengangguk.

"Gimana gue bisa ngasih tau Gita buat bikinin bubur kalau lo malah megangin tangan gue." Ucap ku. Akhirnya Rey melepas genggamannya.

Aku keluar dari kamar Rey dan mencari keberadaan Gita. Aku menoleh melihat jam di dinding 7.30. Biasanya kalau jam jam segini Gita sedang berada dikamarnya. Aku memutuskan untuk pergi ke kamar Gita. Aku mengetuk pintu kamar Gita dan Akhirnya terbuka.

"Ada apa Kak?" Tanya Gita.

"Aku boleh minta tolong gak Ta?"

"Apa?"

"Buatin Rey bubur sama teh hangat ya. Tadinya aku yang mau buatin itu tapi Rey ngelarang aku dan dia nyuruh kamu buat bikinin bubur untuknya." Ucap ku panjang lebar. Gita mengangguk.

"Yaudah kalau gitu Kak. Gita buatin dulu ya?" Ucap Gita langsung menuju dapur. Aku kembali ke dalam kamar Rey. Aku duduk ditepi ranjang Rey. Tepat disamping Rey berbaring.

Mata Rey terpejam apa dia tidur? Aku benar benar penasaran apa yang terjadi dengan Rey. Biasanya saat aku ada dirumahnya dia terlihat senang.

"Rey." Panggil ku. Mata yang tadinya terpejam kini terbuka dan menatap ku.

"Apa lo gak mau cerita?" Tanya ku. "Lo gak kaya biasanya. Dan anehnya lo gak pernah sesedih ini saat ada problem." Lanjut ku.

Rey masih bergeming. Dia menggenggam tangan ku dan menatap ku. Tatapannya intens. Aku memberanukan diri untuk menatapnya lama lama juga.

"Jangan tinggalin gue ya." Ucap Rey. Aku mengangguk. "Apa yang sedang lo rasain Hari ini?" Tanya Rey. Kenapa dia berbalik bertanya kepada ku.

"Gue lagi senang karna---" Ucapan ku dipotong Rey.

"Karna lo baru jadian sama Nathan?" Tanya Rey. Aku mengangguk.

"Lo tau dari mana?" Tanya ku sambil mengerutkan kening. Rey mengambil ponselnya yang ada diatas nakas. Dia menyodorkan ponselnya ke arah ku. Aku merespon dan melihat apa isi ponsel Rey.

Line

[Picture]

Ini pacar baru gue. Namanya Revi. Cantik ya. Baru aja jadian tadi.

Pesan yang ku baca tadi adalan pesan dari Nathan. Dan picture yang tadi Nathan kirim adalah foto ku bersama dengannya saat foto box.

"Kenapa lo bisa kenal Nathan." Tanya ku.

"Ehm." Rey berdeham lalu duduk sambil bersandar. "Nathan itu sahabat kecil gue. Dan Sampai sekarang gue masih sahabatan. Dan gue benar bener ngerasa sakit saat melihat foto itu. Lo udah khianatin gue Rev. Lo tau kan gue sayang dan cinta sama lo. Kenapa lo malah pacaran sama Nathan?" Ucap Rey panjang lebar. Aku menunduk, sepertinya Rey benar benar sedih dan sakit saat mengetahui aku berpacaran dengan Nathan. Aku menatap Rey, kini Rey menatap lurus dan pandangannya kosong.

"Rey." Panggil ku dan dia langsung mendongak. "Rey lo sadar gak sih? Kita ini saudara Rey. Dan gue gak mungkin saling mencintai. Gimana kalau Tante Dinda dan Papi tahu kalau nanti kita pacaran?" Ucap ku. Aku sedikit kesal karna Rey belum bisa menghilangkan rasa itu.

"Terserah lo aja. Yang penting susah buat gue melupakan lo." Rey benar benar keras kepala. Aku memutuskan untuk kabur dari rumah Tante Dinda. Aku masuk ke kamar ku mengambil jaket ku dan ponsel ku.

Aku berlari keluar rumah Tante Dinda. Entah aku ingin kemana sudah berjalan setengah jam yang lalu dan tidak kunjung Sampai. Aku mengeluarkan ponsel ku lalu menelpon Nathan.

"Hallo."

"Kenapa sayang?"

"Jemput aku di halte bus dekat rumah Rey."

"Siap."

Sambungan terputus. Aku beruntung sekali mempunyai pacar yang tidak banyak bertanya tapi menurut saja dengan apa yang ku katakan.

Tak lama akhirnya mobil Nathan terparkir dihadapan ku. Mobil sport berwarna putih yang sangat terlihat elegant. Nathan berlari ke arah ku.

"Cepat masuk." Katanya lalu membuka kan pintu untuk ku. Aku pun masuk kedalam mobil Nathan. Nathan juga masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobilnya lalu melesat menjauh dari halte bus dekat rumah Rey.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Meet And Greet Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang