Serpihan 9

3.9K 309 31
                                    

Serpihan 9

Tell her that you love her, because if she is gone tomorrow, she will never know. -Wu Yifan-

***

Changsa - 2008

Kaki itu melangkah dengan cepat. Menapaki tanah basah yang semalam diguyur hujan deras. Membuat beberapa bercak cokelat dari tanah menghiasi sepatu putih yang tengah dikenakannya.

Peluh sebesar biji jagung bergerak turun melewati dahinya. Nafasnya mulai tak beraturan akibat berlari begitu kencangnya. Dan wajahnya mulai memucat karena mulai kehabisan tenaga. Namun, lelaki dalam balutan seragam basket warna jingga itu, tak mau memelankan laju larinya barang sedikit pun.

Tidak sebelum ia melihat gadis yang kini jadi fokus di otaknya baik-baik saja.

"Oh, Yixing..."

Langkahnya terhenti, tepat setelah ia membuka gerbang sebuah rumah. Dan seorang gadis yang menjadi satu-satunya alasan ia berlari begitu kencang, menyapanya senang.

Keningnya berkerut dalam. "Apa ini? Kau bilang-" Dirinya menggeleng tak percaya melihat gadis itu baik-baik saja sekarang. "-kau bilang baru saja kecelakaan?"

Lima belas menit yang lalu, saat pemuda itu tengah sibuk mendrible bola di lapangan, seseorang meneleponnya dengan nada panik. Mengatakan bahwa ia tengah kesakitan karena mengalami sebuah kecelakaan mobil.

Dan ia berlari kencang setelahnya. Tapi apa ini? Gadis itu bahkan lebih pantas dikatakan baik-baik saja dibanding tengah sekarat.

"Cara ini ampuh juga." Gadis itu malah mengangkat bahunya santai. "Zhang Yixing datang menemuiku, di tengah jadwalnya yang super duper sibuk."

Lay kecil melangkah mendekat. "Kecelakaan itu-"

"-hanya bohong saja. Untuk menarikmu kesini." Potong gadis itu cepat.

Tangan gadis itu terulur. Lalu bergerak cekatan mengusap peluh di sekitar wajah Lay dengan handuk bersih. Namun, Lay dengan kasar menepisnya.

"Jangan pernah bermain-main dengan sebuah kecelakaan." Katanya dingin. "Tak tahukah kau betapa takutnya aku saat mendengar kau kecelakaan?"

Yilei -gadis itu- terdiam. Tak tahu menahu bahwa rencananya akan menimbulkan kemarahan besar pada diri Lay. "Aku hanya meminta sedikit perhatianmu..." balasnya lirih dengan wajah tertunduk.

Lay mendengus sebal. "Jangan pernah mengulanginya lagi. Karena kau tak tahu apa yang akan kau lakukan saat itu benar-benar terjadi padamu."

Yilei tersenyum tipis. "Kalau begitu tak ada alasan lain untuk Zhang Yixing memilih hal lain dibanding diriku..." candanya pelan.

"Huang Yilei..."

Yilei kembali menunduk dalam. "Aku mengerti." Ucapnya lirih. "Tak akan ku ulangi lagi. Aku janji."

***

Beijing - 10.15

Lay terdiam. Ia berhenti melangkah saat bayang masa lalu itu menghampiri benaknya. Kemudian menghantui sejak ia turun dari pesawat dan kini tengah berjalan keluar bandara. Hendak menuju mobil taksi yang sudah menunggunya

Semua kata-kata yang ia ucapkan pada Leyi, mengingatkannya pada Yilei. Dan karena itulah, ia sama sekali tak tenang telah meninggalkannya sendirian di Dubai.

Dan kini, Lay mulai membalik badan. Mengambil langkah cepat tuk berniat kembali ke sana. Dubai.

Baru saja ia berbalik, gadis yang dicarinya ternyata berdiri tak juah di depannya. Tepat setelah ia berbalik dan hendak berlari kembali. Tatapannya memandang Lay terluka.

Sasaeng Fans [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang