Serpihan 8

4K 316 35
                                    

Serpihan 8

Isn't it amazing how a person who was once a stranger, suddenly meant the world to you? -Zhang Yixing-

***

Seoul - 22.19

Dia kembali. Tanpa aba-aba dia datang lagi. Bagai badai yang tak pernah memberi kode pada alam sebelum mereka muncul. Ia pun sama. Muncul tanpa pemberitahuan. Bahkan sebelum Chen selesai menata hati.

Alam itu lucu ya. Mereka yang dilihat tenang saja, bisa memunculkan badai begitu tiba-tiba. Alam seakan pura-pura tak tahu badai akan muncul. Atau mungkin... malah ia benar-benar tak tahu bagaimana memberitahukannya pada manusia bahwa badai itu hendak datang.

Dan gadis di depannya ini lebih lucu dibanding alam dan badai tadi. Tanpa tanda peringatan. Tanpa ada yang namanya pusaran angin. Gadis itu berhasil meluluhlantakkan semuanya. Bahkan jeruji tajam yang mengurung namanya di sudut hati Chen pun hancur.

"Saya akan langsung mengatakan maksud pertemuan kita malam ini."

Chen berucap lemah. Tepat setelah pelayan yang tadi menghampiri meja mereka dan mencatat pesanan dari Mei-mei pergi.

"Saya mohon dengan sangat, tolong jangan batalkan kerjasama dengan EO kami." Dirinya menunduk sopan saat mengatakan permintaannya.

Ah... Bahkan sekarang pun Chen ingin memutuskan kerjasama itu saja. Ia ingin pergi sejauh mungkin setelah tahu siapa si fotografer yang bekerjasama dengannya itu.

"Itu hal yang mudah. Tapi-" Chen mendongak kembali. Tak sengaja bertemu pandang sebelum akhirnya membuang pandangan ke arah lain. "-asistenku tak menghendakinya."

"Ottokhae-yo?"

Chen tersenyum lemah. Jika itu setengah jam yang lalu, dia akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan rasa simpatiknya. Sayangnya, itu berbeda setelah sosok Mei-mei lah yang duduk di depannya.

"Dia menyuruhku untuk tak mempedulikannya. Karena anda orang yang jahat. Anda telah menyakiti hatinya. Terlebih lagi, itu yang pertama baginya."

Tanpa sadar, Chen meremas celananya. Bibirnya terkatup begitu rapat. Telapaknya sudah basah oleh keringat. Dan barang sedikit pun, ia tak sanggup menatap mata itu. Bahkan mendengar tuduhan -yang benar- membuat Chen bungkam.

"Kau menghindari tatapanku?"

Chen mendongak. Lagi-lagi suara lirihnya membuat Chen kembali adu tatap dengannya. Bedanya, kali ini ia tidak menghindar. Meski dua bola mata itu dengan pedih mendakwanya. Chen masih menatapnya nyalang.

Barangkali lebih baik jika Mei-mei tak pernah tahu dirinya yang sekarang. Barangkali lebih baik jika malam ini dihapus saja dari kumparan waktu. Barangkali... ah, barangkali akan sangat lebih baik jika keduanya tak pernah saling mengenal sebelumnya. Karena pada akhirnya, tak akan ada kisah tentang Chen yang tersakiti hatinya. Yang lantas membuang kesakitan itu dengan menjadi dirinya yang sekarang.

Si brengsek Chen.

"Kau berubah." Chen masih memandang gadis di hadapannya nyalang. Gadis yang telah berhasil memporak-porandakan hatinya. Yang lantas menghilang tanpa berniat bertanggung jawab.

Yang kini tengah terpampang nyata di depannya. Bukan ilusi semata yang menghantuinya bertahun-tahun silam.

"Kukira kau akan menjadi lelaki baik. Yang menghabiskan dirinya hanya pada satu wanita saja." Ia tersenyum masam. "Ternyata aku salah. Kau sangat berbeda dibanding yang pernah kutemui beberapa tahun silam."

"Aku tak tahu kau akan berubah seperti ini."

***

Dubai - 14.23

Sasaeng Fans [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang