Serpihan 31 (c)
Untuk menjadi pria yang baik, aku harus bisa memahami semua ekspresi yang ia buat. –Oh Sehun-
***
Kanada – 22.51
Lelaki itu meneguk kembali wine-nya sampai habis. Lalu meracau lagi pada lelaki lain yang menemaninya.
“Pernikahanku besok.” Gumamnya lemah. “Hatiku serasa mau meledak jika mengingat hari itu sebentar lagi.”
“Sebentar lagi adalah hari bahagiaku…”
Kris –lelaki yang menemaninya- tersenyum tipis menanggapi. ‘Sebentar lagi adalah hari kematianku.’ Bisiknya dalam hati. Perih.
Begitu keras ia berusaha. Segala cara ia lakukan untuk menang dari lelaki di hadapannya tersebut. Tapi apa daya, jika sosok yang ia perjuangkan malah menutupi jalannya.
“Rasanya gugup sekali. Tapi di waktu bersamaan pula, ada perasaan meledak-ledak senang. Gadis itu akan jadi milikku.”
‘Dan gadis itu tak akan pernah jadi milikku.’ Batin Kris –lagi-.
Andai saja, lelaki di depannya ini adalah sosok jahat yang menikahi Eve untuk kepentingan bisnis. Andai saja, ia melihat lelaki di depannya tengah berselingkuh dan tak mencintai Eve dengan tulus. Andai saja, lelaki di depannya ini adalah seorang yang brengsek.
Sayangnya, Ken bersih. Terlalu bersih malah dibandingkan dirinya. Dia lelaki tampan nan mapan. Kris hampir tak percaya ada lelaki semulus dia yang tak punya goresan sedikit pun. Lelaki yang bila ditilik kembali, memang yang paling pantas bersanding bersama Eve si gadis hebat itu.
Dan kenyataan barusan, menampar Kris dengan keras. Sudah. Tak ada lagi celah apalagi jalan untuknya merusak itu.
“Besok datanglah bersama gadis yang kau cintai.” Ucap Ken tiba-tiba. Membuat Kris seketika bangun dari lamunan.
“Gadis yang sering kau ceritakan itu, bawa dia bersamamu Kevin…” ulangnya. “Aku ingin gadis itu yang menangkap buket bunganya…”
Kris tersenyum masam tak kentara. ‘Bagaimana bisa dia yang menangkap buket-nya, jika dia sendiri yang melemparkannya nanti.’
“Aku juga ingin kau segera menyusul jejakku. Lalu… kita bisa saling memamerkan keluarga kita masing-masing.”
‘Orang yang ingin kujadikan keluarga, sudah jadi milikmu, Ken.’
Lelaki itu kembali menuangkan wine ke gelasnya. Hendak meneguknya kembali. Namun, dengan cepat Kris merebutnya.
“Sudahlah… Jangan minum lagi.” Katanya tegas. Ken menatapnya agak tidak suka.
“Besok hari pernikahanmu, Ken. Kalau kau mabuk-mabukan begini—“ Kris menghela nafas panjang, seakan tak kuat untuk melontarkan lanjutannya. “—kau tak bisa jadi pengantin pria yang tampan bagi Eve nanti.”
H minus satu perayaan, Kris menyerah. Biarlah… Biarlah Kris mengalah. Toh, memang ia sudah terlambat dari awal. Biarlah dua sobatnya itu mengenyam kebahagiaannya. Biar ia menatap itu –dengan luka sayatan- dari kejauhan.
***
Beijing – 17.36
Untuk menjadi lelaki yang baik baginya, setidaknya aku harus bisa mengartikan semua ekspresi yang dia buat. Sayangnya, semua itu terasa abu-abu kini. Aku tak bisa membaca garis wajahnya.
“Luhan? Ada apa?”
Yoora dengan bingung bertanya. Pasalnya, ketika ia sedang menunggu taksi lewat untuk membawanya ke tempat ia bekerja, Luhan tiba-tiba muncul di depannya. Sembari menunggangi mobil kesayangannya, lelaki itu hanya terdiam cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasaeng Fans [2]
FanficKetika sang bintang terkenal sudah vakum dari dunia entertainer-nya. Ketika mereka yang dulunya lelaki, kini berubah jadi pria sejati. Ketika pernyataan tentang "aku menyukaimu" kini berubah jadi "menikahlah denganku". Apakah Sasaeng masih bertebar...