Serpihan 24

2.8K 241 37
                                    

Serpihan 24

There are good days. There are bad days. It doesn’t matter. Be there everyday. –Han Yoora-

***

Seoul – 14.24

“Kenapa diam saja?” umpat Sehun marah.

Seungjae mendongak. Lantas menjawab dengan lirih setelah keheningan cukup lama menyelimuti keduanya.

“Anda benar…”

Sehun mendengus kasar. Lalu mengusap wajahnya frustasi. Benar, tebakannya benar seratus persen.

“Siapkan mobil. Ayo kita pulang…” Dirinya lantas berjalan cepat kembali ke tempatnya tadi.

Tapi Seungjae dengan cepat menghalangi jalannya. “Tuan Oh Sehun…”

“Kalau begitu serahkan kuncinya padaku…” tangannya menengadah. Ditatapnya Seungjae tak sabaran.

“Tuan Lee Sooman mengancam akan memecat saya jika Anda tidak masuk ke dalam…”

Sehun berkedip pelan. Ia tatap lelaki itu nyalang. Penuh dakwaan. “Ancaman seperti itu bukan yang pertama kali kan?” katanya sinis. “Dan ancaman seperti itu tak pernah terjadi karena campur tangan Appa…”

“Jadi… minggir sebelum aku makin murka.” Tatapannya begitu tajam. Setajam ucapannya pada sekretaris yang dulunya bekerja jadi tangan kanan sang Ayah.

“Istri Anda akan terluka jika Anda tak masuk…”

Ucapan itu… berhasil membuat Sehun berhenti. Lantas terdiam mematung. Dengan lemah, ia berbalik menatap Seungjae kembali.

“Maksudmu… Via…” Pemuda itu sejenak meneguk ludah, tak sanggup berkata-kata lagi. Dirinya meneguk ludah dengan susah payah. Pahit. Sepahit kenyataan yang hendak menyapanya nanti.

“Tuan Lee Sooman sudah tahu semuanya…” ucap Seungjae kemudian. Menjelaskan apa yang tersirat di sini. Juga makna tersembunyi di balik pertemuan yang telah direncanakan ini.

“Atas izin siapa Via terlibat di sini?” tanyanya sarkatik. “ATAS IZIN SIAPA HA?!”

Seungjae tertunduk dalam. Lantas berbisik. “Lebih baik Anda masuk sekarang… Anda pasti sudah tahu dengan jelas tabiat Tuan Lee Sooman…”

Lelaki itu kontan terkesiap. Palu sudah diketukkan. Hakim sudah memutuskan. Tak ada yang bisa lagi melawan dakwaannya.

***

Seoul – 14.29

Jemari Taeil yang tinggal sejengkal sudah menyentuh pinggang Wendy, untuk nanti ia angkat sebagai koreo buatan Shim Jaewon. Namun, jemari itu dengan cepat menjauh kembali. Dan mulai terdengar nafas berat dari lelaki itu.

Wendy mengerut, ia kira lelaki itu mendesah karena koreo yang diberikan untuk duet mereka terlalu berat. Nyatanya… Ada sosok lain yang mengganggunya.

Yang kini melemparkan tatapan tajam beracun lewat belakang punggungnya.

Sunbae… kau akan tetap di situ terus?” tanyanya terlihat jelas menahan amarah.

Lelaki yang diajaknya berbicara hanya mengangkat bahu singkat. Lalu tersenyum datar. Tapi di mata Taeil itu senyum mematikan.

“Lanjutkan saja… Aku kan tidak mengganggu…”

Terdengar Taeil kembali mendengus. Wajahnya memerah. Dan boleh dibilang ia sudah berada di titik kesabarannya. Waktu comeback-nya dengan Wendy sebentar lagi. Konsep bak drama musical yang diambil oleh kedua rekan duet itu, mengharuskan dirinya berlatih keras dalam beberapa koreo. Termasuk koreo intens semacam membawa tubuh Wendy terbang dan berdansa dengan tangan melingkari pinggangnya.

Sasaeng Fans [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang