Serpihan 27
Mencoba mencari apa yang terasa hilang. Mencoba menunggu debaran yang tak kunjung datang. Mencoba menampik kata yang tak boleh kuucapkan. Masihkah kita terus bersama? –Yoon Sena-
***
Seoul – 09.25
“Ap-ap-apa katamu?” Mata Nyonya Jung membulat sempurna. Ditatapnya wajah sang dengan raut campur aduk perasaan. “Kau hamil?”
Krystal yang menyadari bahwa dirinya baru saja membawa keluar topik yang salah, langsung mengatupkan bibir rapat-rapat. Sempat ia melirik Kai yang berdiri tak jauh darinya. Wajahnya pias.
“Kau—“ Nyonya Jung beralih menatap Kai, sembari mengarahkan telunjuknya tepat ke wajah tampan itu.
Kai tersenyum getir. Rautnya bahkan lebih menyedihkan dibanding terdakwa tembak mati sekalipun. “Eomonim saya—“ Dengan sigap ia bersimpuh. Memohon ampun agar tak dieksekusi saat itu juga.
“—saya… saya…”
Banyak alasan yang sudah terangkai apik di otaknya. Namun semuanya terhenti di tenggorokannya. Bagai ada yang menjahit bibir Kai untuk tak dapat membela diri.
Tangan Nyonya Jung perlahan terangkat. Mata Kai refleks tertutup. Karena ia tahu bahwa mungkin sedetik kemudian sang calon ibu mertua –yang selamanya hanya akan sampai pada tahap calon- siap memutilasinya.
Tapi…
Detik berlalu. Tak ada pukulan, jambakan, tamparan, atau bentuk penyiksaan lain yang mampir di tubuh Kai. Lelaki itu pun takut-takut membuka matanya kembali. Lantas mendongak menatap wanita yang berdiri di depannya.
Bukan tatapan murka atau marah, melainkan senyum penuh arti yang seketika Kai dapatkan. Tangan yang masih melayang di udara, secara perlahan mendarat di puncak kepalanya. Dan mulai mengelusnya pelan.
Kai mengernyit bingung. Sudah selesaikah proses eksekusinya?
“Soojungie… benar-benar hamil?” tanya wanita itu lembut.
Tak kentara, Kai meneguk ludahnya sendiri. Sepertinya proses eksekusi belum sepenuhnya rampung.
“N—n..ne…” jawabnya terbata. “Maafkan saya, Eomonim.” Tambahnya pelan, setengah tercekat.
Nyonya Jung menggeleng. “Untuk apa minta maaf?” serunya, “Harusnya itu ‘kau telah bekerja keras’ dan ‘selamat’…”
Cepat Kai mendongak –kembali-, matanya melebar menatap wanita itu tak percaya. “Ne?” tanyanya tak yakin. Kupingnya tak salah dengar kan? Wanita itu bukannya mengumpat tapi memuji kan?
“Bangunlah…” perintahnya kemudian, yang lantas Kai laksanakan tanpa banyak waktu.
Dua tangan Nyonya Jung terulur, meraih pundak Kai yang tingginya sejajar dengan wajahnya. “Inilah yang ku suka darimu…” ucapnya, masih dengan senyum misterius tadi.
“Ne?” Lagi-lagi Kai bertanya tak yakin.
“Kau itu… tak banyak kata tapi langsung bertindak. Pak. Pak. Pak—“ tangan satunya bergerak memperagakan gerak memukul. “—semuanya beres. Seperti suamiku…”
“Ne?” Masih respon yang sama. Karena Kai sama sekali tak tahu maksud ocehan sang calon ibu mertua.
“Kau memang hebat… Kau memang lelaki sejati…” seru Nyonya Jung senang. “Aku sempat desperate karena kau tak kunjung melamar anakku. Ku kira kau bosan? Atau malah kau punya simpanan lain yang lebih hot…”

KAMU SEDANG MEMBACA
Sasaeng Fans [2]
FanfictionKetika sang bintang terkenal sudah vakum dari dunia entertainer-nya. Ketika mereka yang dulunya lelaki, kini berubah jadi pria sejati. Ketika pernyataan tentang "aku menyukaimu" kini berubah jadi "menikahlah denganku". Apakah Sasaeng masih bertebar...