Serpihan 15
To tell you the truth, I don’t have much to offer. But, I’d still give you everything I’ve got, even if it’s barely a thing at all. –Jung Soojung-
***
Seoul – 23.48
Well, kadang kejujuran dan kebenaran adalah hal yang seringkali sulit terungkap. Karena besarnya kamuflase yang menutupi semuanya. Tapi, jika semua terus bungkam. Lantas mau dibawa kemana cerita ini nanti?
Mei-mei masih bertahan di sana. Menatap lelaki yang tengah terlelap dengan nafas satu-satunya. Ditemani cahaya temaram dari lampu meja berbentuk salah satu tokoh superhero terkenal.
“Kajima…” gumam Chen pelan dalam tidurnya.
Gadis itu menghela nafas pelan. Lalu perlahan meletakkan satu tangannya ke atas dahi Chen. Menyibak rambut coklatnya sembari mengusap keringat dingin yang menghiasi dahinya. Dalam sekejap, raut lelaki yang tengah terlelap tadi perlahan mengendur. Tercipta senyum tipis di sana.
Mei-mei pun perlahan menarik tangannya dari sana. Kemudian tangannya kembali bergerak meraih handuk basah yang ia rendam di air dingin. Khusus ia persiapkan dari tadi untuk mengompres Chen yang terlelap.
Pelan-pelan, diletakkannya handuk basah tersebut ke dahi Chen. Lelaki itu sempat bergidik sebentar. Kemudian, kembali menghela nafasnya satu-satu.
Gadis itu tersenyum tipis. Perlahan beranjak dari duduknya. Membiarkan kakinya yang telanjang menapaki dinginnya lantai apartemen. Berkeliling ruang remang itu.
Ia berhenti tepat di depan kaca besar yang ada di sana. Menatapi pantulan dirinya. Mei-mei lantas mendengus pelan. Geli dengan dirinya sendiri. Melihatnya dalam balutan kemeja besar Chen yang kedodoran di tubuhnya.
***
Seoul – 07.17
“Perjalanan bisnis?”
Sehun mengangguk menjawabi pertanyaan sang istri. Jemarinya sibuk mengoleskan selai kacang ke atas roti panggangnya.
“Kenapa mendadak sekali?” Via bertanya kembali, sembari menyodorkan kopi hitam pada Sehun.
“Tanya saja kepada Aboenim-mu… Kenapa dia begitu keras pada anak lelakinya yang notabene adalah pengantin baru.” Sehun memutar bola matanya lelah. Lalu diteguknya kopi hitam favoritnya yang sudah jadi kewajiban di tiap pagi datang.
“Berapa lama?”
“Dua hari satu malam.” Jawabnya pelan dengan mulut yang dipenuhi dengan roti selai kacang. “Di Singapura…” tambahnya.
Buru-buru Sehun meraih cangkirnya kembali. Menengguk kopinya cepat untuk melancarkan roti yang mengganjal tenggorokannya. “Ah… Aku tak tahu kenapa pihak sana ingin aku yang membintangi iklan untuk produk terbaru mereka.”
Dirinya menggeleng sok lelah. “Apa karena aku begitu tampan? Apa pesona seorang Oh Sehun ini masih berdampak sebesar ini meski sudah menikah?” tambahnya penuh kepercayaan diri tinggi. Via mendengus pelan menanggapi.
“Aku tak percaya menikahi lelaki seperti ini. Auh…” Ia menggeleng jengah. Terlalu bosan mendengar celotehan ke-over-narsis-an-nya hampir tiap hari. Meski beberapa di antaranya berhasil membuahkan tawa sebenarnya.
“Ini pasti sulit bagimu… Karena si tampan Oh Sehun kini milik Miranda Savia kan?” Sehun malah semakin gencar menambah kenarsisannya. Sembari menyuap potongan rotinya yang terakhir, Sehun beranjak meraih koper yang baru saja selesai Via tata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasaeng Fans [2]
أدب الهواةKetika sang bintang terkenal sudah vakum dari dunia entertainer-nya. Ketika mereka yang dulunya lelaki, kini berubah jadi pria sejati. Ketika pernyataan tentang "aku menyukaimu" kini berubah jadi "menikahlah denganku". Apakah Sasaeng masih bertebar...