Serpihan 4
A person who truly loves you is someone who sees the pain in your eyes, while everyone else believes in the smile on your face. -Byun Baekhyun-
***
"Karena jika kau sakit... itu membunuhku..." rapal lelaki itu kembali. "Itu membunuhku sampai ke ulu hati."
Baekhyun menunduk dalam, setelah ia merapalkan kembali kalimat-kalimatnya. Berulang-ulang bagai kaset rusak. Menegaskan lagi dan lagi pada perempuan di hadapannya. Bahwa ia harus lakukan ini.
Mengapa? Bukankah cinta itu saling memiliki? Mengikat satu sama lain tanpa peduli yang lain? Lalu... untuk apa ia melepasnya? Bukankah, dia mencintai wanita itu melebihi dirinya sendiri? Bagaimana bisa perpisahan yang tak kan kembali menjadi ujung dari semua ini?
Jawabannya sederhana. Karena memang ini jalannya. Ada konsep tentang bersua yang nantinya akan berpisah. Entah ia akan bersua kembali, tergantung dari usaha masing-masing.
Bukan berarti Baekhyun tidak berusaha. Ia berusaha. Begitu keras malah. Lebih keras dibanding usaha lelaki manapun. Tapi, itu semua tak semudah membalikkan tangan. Banyak sekali batu tajam yang harus ia terjang.
Dan Baekhyun tak mungkin membawa Taeyeon menerjang batu itu bersamanya. Karena Baekhyun tak ingin ia ikut merasakan sakit itu. Lelaki itu selalu mengucapnya berulang kali, aku sakit melihat dia sakit. Lukanya adalah racun yang membunuhku perlahan.
Maka dari itu, ia hanya bisa menyuruhnya menunggu. Sampai dirinya berhasil menyingkirkan semua ukiran tajam penyayat hati yang mengirisi sampai mati. Ia akan membawa gadis itu saat tak ada lagi hal yang bisa melukainya.
"Untuk itu-" Baekhyun kembali mendongak, mengunci sepasang selaput coklat kopi memabukkan miliknya. "-tunggu sebentar saja."
"Untuk saat ini... anggap sarapan bersama dan memandang satu sama lain tanpa suara sebagai suatu kecukupan." Tangan kanannya meringsek maju, meraih jemari kecil itu untuk digenggamnya lembut. "Kita pelan-pelan saja..."
Seseorang pernah bertanya? Kapan si lelaki pembuat onar atau dia yang selalu bertingkah dimanapun berada akan berubah? Kapan lelaki berisik yang kekanakan macam Baekhyun akan beranjak dewasa?
Itu mudah. Saat ia jatuh cinta. Mendestinasikan hidupnya pada seorang wanita. Saat itulah, dia berubah dewasa.
***
Kanada - 11.27
"Tony, lebih kuatkan tumpuan kaki." Lelaki berwajah campuran Asia-Amerika itu berteriak pada salah satu muridnya. "Yeah, Andy... Good job." Lalu diacungkannya jempol kanan sebagai apresiasi atas keberhasilan murid lainnya yang berhasil melakukan slam dunk.
Yup, dia Kris. Atau mungkin lebih senang dipanggil dengan Wu Yifan. Nama asli cina-nya yang diberikan langsung oleh sang ibu yang berasal dari Cina. Ayahnya? Hanya seorang anak orang kaya Amerika yang manja, yang 'dulu' pernah menelantarkan ia dan Ibunya.
Ia mengakhiri karier boyband-nya beberapa tahun silam dan memutuskan untuk solo karier. Dari mulai bermain film, casting peran sana-sini, jadi model majalah, sampai mengeluarkan beberapa single -yang kurang booming-, Kris akhirnya memantapkan hati untuk menjadi seorang pelatih saja.
Bukan suatu kebetulan belaka ia menjadi seorang coach di salah satu club basket terkenal di Kanada. Perlu adanya proses yang panjang hingga dirinya bisa masuk ke sana. Salah satu alasan terbesarnya, karena ia dulu mantan murid terbaik club itu.
"Joey, bayangkan saja kau tengah terbang. Don't be afraid." Sarannya lagi pada murid lain. Pandangannya beralih, dari rentetan murid-muridnya kisaran umur 12 tahun ke atas, menuju ke deretan penonton yang beberapa diisi oleh orang tua dari muridnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasaeng Fans [2]
FanfictionKetika sang bintang terkenal sudah vakum dari dunia entertainer-nya. Ketika mereka yang dulunya lelaki, kini berubah jadi pria sejati. Ketika pernyataan tentang "aku menyukaimu" kini berubah jadi "menikahlah denganku". Apakah Sasaeng masih bertebar...