Serpihan 30

2.7K 226 30
                                    

Serpihan 30

Ketika kebenaran menamparmu begitu keras, di situ kau diuji untuk terus bertahan. –Ricky Kim-

***

Seoul – 09.32

“Mungkinkah… Krystal unnie sedang hamil?”

Kelopak matanya dengan cepat terbuka kembali. Lelaki itu seketika menatap nanar pada gadis di depannya.

“Bagaimana kau tahu?” tanyanya tercekat. Meski sedikit kecewa mendapati Wendy tak jadi menciumnya, tapi ia sadar kini fokusnya bukan lagi hal itu.

“Darimana… kau tahu?” tanyanya lagi, begitu hati-hati.

Wendy kembali menghadap ke depan. Memandang kosong ke arah layar laptop di hadapannya. “Dari temanku.” Bisiknya lirih.

“Teman yang mana?” Chanyeol kembali meringsek, mendekat. Tanpa sadar menyodorkan tanya yang begitu menuntuk, seakan mendesak.

Gadis itu menoleh pada Chanyeol, hanya sejenak. Sebelum kembali menatap ke depan dan menghela nafas panjang. “Ada… Dia bekerja paruh waktu di suatu majalah gossip.”

Lagi, Wendy menghela nafas kembali. Chanyeol jadi harap-harap cemas dibuatnya. “Salah satu pekerja di sana menangkap basah Krystal tengah mengunjungi salah satu dokter kandungan. Dia jua tahu tentang perjodohan Oppa dengan Krystal Unnie. Lalu—“

Gadis itu berhenti. Mengambil nafas dalam sebelum kembali melanjutkan. “—mereka menyimpulkan kalau Krystal tengah mengandung anak Oppa. Itu sebabnya kalian dijodohkan.”

Dengan sigap, Chanyeol memutar kursi milik Wendy. Untuk sepenuhnya menghadap pada dirinya. Kedua pasang itu saling beradu tatap. Dan Chanyeol begitu nanar menatap ke depan.

“Temanmu itu dimana sekarang?”

Banyak pikiran yang mengutus untuk segera memberi penjelasan pada gadis di depannya. Namun, ia malah melakukan hal lain. Ada gadis lain yang butuh dilindungi.

“Siapa namanya? Katakan pada Oppa…”

***

Seoul – 12.44

Dengan langkah setengah berlari, Via menuruni satu persatu anak tangga. Bukan, ia tak memilih lift. Karena akses yang memudahkan itu malah akan membawa Via ke malapetaka.

Laju langkahnya pun semakin kencang. Kala suara teriakan dari seorang lelaki –tanpa disebut siapa pun kalian sudah tahu- menyapa telinganya. Via berhenti di salah satu ruangan, masuk ke sana dan duduk meringkuk. Bersembunyi.

Satu tangannya memberangus mulut dan bibirnya. Memaksa dirinya yang sudah sesenggukan sejak tadi untuk diam dan bungkam. Atau tidak Sehun mungkin akan menangkapnya.

“VIA!!”

Teriakan itu terdengar kembali. Via semakin mengatupkan bibirnya begitu rapat. Merapal dalam hati agar sengguknya sampai tak terdengar keluar.

“Via!”

Suaranya terdengar menjauh. Dan kala itu juga, bekapan pada mulutnya terlepas. Tangis Via pun pecah. Kesakitannya bahkan sampai ke lubuk hati.

“Via?”

Suara lain, memanggilnya lebih lembut. Milik seorang lelaki, tapi ia yakin itu bukan milik Sehun. Bukan miliknya yang begitu ia kenali.

“Via?”

Suara itu memanggil kembali. Memaksa Via untuk mendongak demi mengetahui si pemilik suara.

Sasaeng Fans [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang