Serpihan 32(d) END – Bagian 2
Tidak ada ending yang bahagia kan? Karena kita tahu akhir dari kehidupan itu kematian. Tapi mengapa orang selalu menyukai ‘happy ending’? Saat mereka tahu bahagia itu sementara dan tidak abadi. –The Writers-
***
Beijing – 11.46
“Kau sedang apa?”
Luhan yang beberapa bulan belakangan selalu menyendiri di atap gedung saat jam makan siang menjelang, terkaget mendapati ada orang lain yang juga tengah menggunakan tempat menyendirinya.
Lelaki tersebut tengah bersandar di pagar, sembari memandang kosong ke bawah. Mungkin sama persis seperti Luhan ketika menyendiri di sana.
“Hanya memikirkan ini dan itu.” Lelaki yang ditanyainya pun menjawab pelan. Luhan melangkah mendekat. Dan memposisikan diri tepat di sebelahnya. “Kau sendiri?”
Luhan mengangkat bahunya pelan. “Hanya ingin memikirkan ini dan itu.” Jawabnya dengan nada yang dibuat sama.
“Aish… Dasar tidak kreatif.” Lay, lelaki yang merebut tempat menyendiri Luhan, mengumpat pelan.
Keduanya saling pandang. Kemudian tertawa renyah. Tak jelas apa yang ditertawakan.
Tawa Luhan yang pertama berhenti. Lelaki tersebut menatap kosong ke depan. Sementara Lay masih tertawa tak jelas.
“Aku sudah membakar foto Han Yoora.” Ucapnya tiba-tiba. Membuat Lay seketika mematung. “Aku sudah mengucap selamat tinggal, pada cinta tak terbalasku…”
Meski kenyataannya itu bukan ‘cinta tak terbalas’, biarlah Luhan menganggap demikian. Karena pada akhirnya, bukan dia pemilik hati itu.
Lay mendengus pelan. “Baguslah…” Lantas berkomentar singkat.
Luhan memang tak pernah mengumbar apapun tentang kisah sedihnya bersama Han Yoora. Tidak pula Lay yang notabene adalah teman dekatnya sekalipun. Lelaki itu tak sengaja mengetahuinya, saat dia tak sengaja memasuki ruang dengan berpuluh foto wajah Yoora di dalamnya.
‘Jadi… gadis yang selama ini Ayahmu maksud adalah… stylist kita? H-h-han Yoora?’
Waktu itu Lay begitu syok. Sampai tergeragap. Lelaki itu hanya sebatas tahu Luhan pernah punya cinta tak terbalas selama ia kuliah. Tapi tak pernah menyangka sedikit pun bahwa gadis tersebut Han Yoora.
Lay, kembali menghela nafas panjang. “Aku… memanggil Leyi dengan sebutan Yilei lagi.” Kini, gantian dirinya yang mencurahkan unek-uneknya.
Luhan menoleh cepat. Terdiam menunggu lanjutan kisahnya.
“Entah ini sudah yang ke berapa…” desahnya frustasi. “Meski dia selalu bilang baik-baik saja, aku tahu dia tidak baik-baik saja.”
Tangan kanan Luhan terulur. Diremasnya pundak Lay pelan. Ikut menenangkannya lewat gerakan tersebut.
Bibirnya terbuka, hendak melayangkan komentarnya. Namun tertutup kembali saat ponselnya berdering keras. Luhan maupun Lay, keduanya berdecak keras. Hendak mengutuk siapapun yang menelepon di waktu yang sangat tidak tepat.
“Wu Yifan…” gumam Luhan jengah kala melihat ID pemanggil pada layar ponselnya.
Lay bergerak mendekat, ikut melihat. “Jawab saja… Dia susah-susah melakukan panggilan luar negeri dengan kita.”
Luhan menggeser tombol hijau cepat. Tak lupa memencet tombol speaker agar Lay bisa ikut mendengar.
“Chingu-yaaaa…” sapa Kris lantang tepat ketika panggilannya dijawab.
![](https://img.wattpad.com/cover/66214404-288-k342749.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasaeng Fans [2]
FanfictionKetika sang bintang terkenal sudah vakum dari dunia entertainer-nya. Ketika mereka yang dulunya lelaki, kini berubah jadi pria sejati. Ketika pernyataan tentang "aku menyukaimu" kini berubah jadi "menikahlah denganku". Apakah Sasaeng masih bertebar...