Side Story - Wu Qian

866 71 22
                                    

Side Story – Wu Qian

Do not judge my story by the chapter you walked in on. –Wu Qian-

***

-Qian pov-

23.54

Pertemuan tidak terduga, sering salah diartikan manusia sebagai takdir. Tapi, hati-hati, pertemuan tidak terduga itu bisa saja sebuah jebakan.

Kala itu waktu hampir menunjukkan tengah malam. Di sebuah rumah sakit yang ada di salah satu kota besar di China, Qingdao, aku bekerja sebagai seorang dokter. Dan disitulah pertama kalinya aku bertemu dengan seseorang.

“Qian, oppa kesayanganmu sedang sekarat sekarang…”

Aku yang waktu itu tengah merekap catatan kesehatan milik beberapa pasien yang aku ampu, menoleh cepat. Dengan wajah penuh tanda tanya, aku menatap teman seangkatanku itu.

“Itu… anggota EXO yang paling kamu sukai… siapa itu—“

“—sekarang dimana?” Tanpa perlu penjelasan lebih lanjut, aku tahu pasti siapa yang tengah dibicarakannya.

“Ruang UGD.”

Cepat aku berlari keluar. Meninggalkan sekumpulan kertas yang berserakan di meja milikku. Juga temanku yang mungkin uring-uringan karena aku lupa mengucap terima kasih atas informasi berharga yang dia bawa.

Sampai di ruang UGD, sudah ada dua perawat dan seorang dokter senior yang menunggui pasien tersebut. Tidak heran jika melihat siapa dia sebenarnya.

Dia bukan hanya anggota –atau mungkin bisa disebut mantan- EXO yang aku sukai. Dia juga anak lelaki satu-satunya keluarga Huang. Keluarga kaya pemilik rumah sakit tempatku bekerja sekarang.

Melihat betapa berkuasanya embel-embel yang dibawa oleh lelaki yang kini terbaring dengan mata tertutup di salah satu ranjang UGD, wajar kalau beberapa dokter tengah mengantri untuk merawatnya. Mereka ingin terlihat baik di depan satu-satunya pewaris tahta keluarga Huang.

Aku berbalik arah dengan wajah lesu. Kalau begini, tidak ada kesempatan untuk merawatnya. Jangankan merawat, sekedar bertatap muka pun merupakan hal yang mustahil.

“Hubungi Tuan Huang sekarang. Katakan kalau anaknya terluka parah dan akan aku obati secepatnya.”

Mendengar perkataan dari dokter senior tersebut, cepat aku kembali. “Jangan…” teriakku reflek. Lantas membuat perhatian semua orang tertuju padaku.

“Tuan Huang tidak akan suka kalau mengetahui anaknya dalam keadaan seperti ini.” Jelasku dengan kepala tertunduk. Malu. “Tuan Muda bisa dalam masalah kalau sampai Tuan Huang marah…”

Semua orang terlihat menyetujui apa yang aku katakan. Dan tanpa terduga, dokter seniorku menyuruhku untuk merawat lelaki itu diam-diam.

***

00.25

Lama kutatap wajah terlelap itu. Luka lebam yang hampir menghiasi setengah wajahnya, lantas tak membuat ketampanannya hilang. Begitulah bagiku. Masih bagai mimpi, orang yang selama ini hanya bisa kutatap di layar TV, tengah berada tepat di depanku.

“Apa ada masalah yang serius?” Ucapan dari seorang perawat yang membantuku, membangunkanku dari lamunan panjang.

Tergeragap aku menatap ke arahnya. Hampir lupa memberi penjelasan dari hasil pemeriksaan yang kulakukan terhadap ‘Tuan Muda’.

“Untungnya tidak ada luka serius.” Jelasku sembari kembali melihat hasil pemeriksaan yang kubawa. “Hanya beberapa jarinya yang tergeser.”

Perawat itu mengangguk-angguk. “Mungkin efek dari dia memukul seseorang terlalu keras.”

Sasaeng Fans [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang