Side Story - Jia

725 72 17
                                    

Side Story - Wei Jia

Jatuh cinta itu sakit hati yang terbungkus merah hati. -Wei Jia-

***

Manusia jatuh cinta dengan cara yang misterius. Hanya dengan pertemuan tak terduga, mereka jatuh cinta. Hanya dengan berpegangan tangan, mereka jatuh cinta. Bertemu dengannya tiap hari hingga terbiasa, mereka jatuh cinta.

Banyak cara, dan semuanya tersimpulkan dengan satu klausa. Jatuh cinta itu sederhana.

Tapi, satu hal yang ingin aku katakan. Jatuh cinta bukan semurni itu. Mereka berawal dari manipulasi hati. Yang lantas kau anggap sebagai debaran menyenangkan dan kepakan ribuan kupu-kupu di perutmu yang menggelikan.

Manusia terlalu sempit menyimpulkan bahwa jatuh cinta sebagai suatu kebahagiaan. Hingga mereka lupa kata kunci dari jatuh cinta itu jauh dari kata bahagia. Ia adalah sakit hati. Dan kau akan masuk yang namanya kategori jatuh cinta -bukannya manipulasi hati belaka- jika kau sudah sampai pada tahap itu.

***

Klise. Seperti adegan yang sudah terlalu sering menjadi pemanis di drama maupun film. Pertemuan tak sengaja antara tokoh pria dan tokoh wanita. Kala tangan keduanya menjadi bersentuhan hendak menjumput barang yang sama. Lantas beradu mata yang membuat semuanya jadi slow motion.

Adegan biasa. Tapi selalu sukses membuat penonton bersemu merah. Dan memekik manis. Adegan yang kini terjadi pada kedua insan itu di pinggiran kota Beijing.

"Sorry... Aku hanya ingin mengambilkan dompetmu yang jatuh." Suara berat si lelaki menyapa pendengaran. Tangannya mengulurkan benda apa yang membuat keduanya terjebak adegan klise tadi. Lantas melempar senyum singkat sebelum melipir pergi.

"Huang Zitao..." Panggilan lemah dari sang wanita, membuat lelaki yang baru mengambil beberapa langkah itu berhenti. Lalu tak lama membalikkan tubuhnya.

Kacamata hitam yang dipakainya, ia turunkan sedikit. Sejenak dia mengamati wanita itu dari atas sampai bawah. "Kau... mengenalku?" tanya Tao -panggilannya- sedikit ragu.

Lama gadis itu hanya berdiri diam. Tao pun mengulum senyum tipis karenanya. "Kau penggemarku?" tanyanya kembali, dengan penuh yakin.

Melihat gelagat wanita itu yang terdiam setelah melihatnya, ia yakin gadis itu adalah satu dari ribuan penggemarnya yang masih eksis meski bertahun sudah ia keluar dari boyband yang membesarkan namanya.

Tao tersenyum kembali. "Apa yang kau mau?" tanyanya -lagi-. "Tanda tangan? Foto? Aku akan memberikannya padamu..."

Kini, gantian wanita itu yang tersenyum tipis. Menjadi pengakhir keterdiamannya selama menit berlalu.

"Kau tak mengenalku?" Wanita itu bertanya pelan, tapi penuh percaya diri.

Lelaki yang terbalut coat mahal buatan Gucci yang ia pesan langsung dari desainernya dari Eropa, yang hanya ada 3 di dunia itu, mengernyit heran. Apa gadis ini punya penyakit delusional tinggi? gumam Tao jengah. Untuk apa pula seorang Tao harus mengenalnya?

"Ini aku... Wei Jia." dengan cepat wanita itu buka suara. Menyadari sifat arogansi lelaki itu mulai muncul ke permukaan.

"Wei Jia?" Bola mata Tao juling ke atas. Ia mencoba mengingat nama yang terasa tak asing itu.

Wanita itu mengangguk pelan. "Iya.. Ini aku Wei Jia. Teman masa kecilmu sekaligus... ehem-cinta pertamamu..."

Tao seketika terdiam. Lantas, memori akan masa lalu yang manis -juga pahit- mulai menyeruak ke permukaan. Cerita lalu yang sudah ia pendam di lubuk hatinya paling dalam, kini memaksa keluar.

Sasaeng Fans [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang