Serpihan 17
Mendekatlah padaku dan peluk aku. Biarkan kesunyian ini yang berbicara tentang kesakitan kita. –Unknown-
***
“Aku—ehem…“ Taeyeon membasahi tenggorokannya yang seketika kering. Jemarinya bergerak menyusuri mulut cangkir kopi di depannya tanpa sadar. “Sebenarnya aku—“ ia lanjutkan kembali ucapannya. Yang rasa-rasanya begitu sulit untuk meluncur dengan lancarnya.
“Aku dan Baekhyun berencana menikah.”
Gerakan menyuap bubur abalone yang Mei-mei lakukan, untuk sejenak terhenti. Gadis yang semula menunduk itu, perlahan mendongak. Menatap Taeyeon dengan abu-abu. Sulit digambarkan dengan kata-kata secara gamblang mengenai apa yang dipikirkannya.
“Kita akan mengadakan upacara pernikahan sebentar lagi.” Lanjut Taeyeon terbata. Matanya berlarian ke sana kemari, menghindari tatapan gadis di depannya.
“Bukan pesta yang besar…” Taeyeon menggigit bibir bawahnya pelan. “Kami hanya akan merayakan pesta privat yang dihadiri keluarga inti saja.”
Ia menarik nafas panjang. Sedikit berguna menetralkan degub jantungnya yang entah sejak kapan bagai lari marathon. Mei-mei masih bertahan memandanginya. Dengan tatap yang sama. Abu-abu.
“Tidak ada tujuan khusus aku mem—beritahukan ini padamu. Hanya—“ Gigitan ada bibir bawahnya semakin kuat saja. “—karena kau orang yang penting di hidup Baekhyun… Kau—kau itu—“
“—Baekhyun sasaeng?”
Dan untuk pertama kali –sejak pembicaraan berat itu terjalin- Taeyeon mendongak beradu tatap dengannya. “Kau itu…bagian dari hidup Baekhyun. Seseorang yang mendapat ruang tersendiri di hatinya.” Taeyeon memberi penyanggahan atas pilihan kata yang Mei-mei pilih sebelumnya.
“Dan juga… aku sangat menyukaimu—“ Tatapan Taeyeon kembali menunduk. Dan ia memilih memusatkan tatapannya ke cangkir kopi tadi. “—aku rasa, memberitahumu adalah hal yang perlu.”
Setelah itu, semuanya hening. Tepat saat Taeyeon menandaskan apa yang ingin ia ucapkan, keadaan langsung hening. Keduanya diam, tenggelam dengan pikirannya masing-masing. Hingga, gumaman lirih yang lolos dari bibir Mei-mei, memecah kecanggungan yang ada.
“Cukkhae-yo…”
Lagi, Taeyeon mendongak. Beda dengan yang beberapa menit yang lalu, ada sedikit titik terang cahaya yang memancar dari matanya.
“Aku menunggu keponakan yang lucu dari kalian.” Tambah Mei-mei seraya melanjutkan acara sarapan paginya.
Titik itu makin melebar. Hingga binar di mata Taeyeon semakin besar. Begitu pula dengan lengkungan di bibirnya. “Syukurlah…” gumamnya.
“Melihat kau baik-baik saja dengan berita ini, itu sudah lebih daripada cukup.” Tambahnya kembali. Diangkatnya perlahan cangkir yang tadi sempat jadi pusat perhatiannya. Kemudian meneguknya perlahan.
“Penggemar mana yang baik-baik saja melihat ‘oppa’ nya hendak menikahi wanita lain?”
Sebuah suara dingin itu, mampu membuat Taeyeon terpana. Lantas terdengar bunyi ‘tuk’ yang berasal benturan cangkir dan meja kaca akibat keterpanaan Taeyeon tadi.
“Seorang fans dengan lapang dada menerima fakta bahwa oppa nya jadi milik orang lain? Such a big bullshit, right?” Mei-mei terkekeh pelan.
Semangkuk bubur abalone yang isinya terkuras setengahnya, Mei-mei tinggalkan begitu saja. Kedua tangannya kini beralih menyangga kepalanya, serasa menatapi wanita di hadapannya –yang menghindari tatapannya- lekat. “Kita—“
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasaeng Fans [2]
Hayran KurguKetika sang bintang terkenal sudah vakum dari dunia entertainer-nya. Ketika mereka yang dulunya lelaki, kini berubah jadi pria sejati. Ketika pernyataan tentang "aku menyukaimu" kini berubah jadi "menikahlah denganku". Apakah Sasaeng masih bertebar...