Serpihan 25

2.8K 244 51
                                    

Serpihan 25

Kalau kau bilang takdir itu sesuatu yang sudah ditentukan, kau salah besar! Jika takdir benar-benar sudah ditentukan, lalu untuk apa manusia berusaha? –Unknown-

***

Seoul – 15.21

Yang diinginkan kakekmu hanyalah… membuat rumor itu jadi nyata.’

Kalimat itu terus terngiang selama belasan menit di otak Sehun. Terus dan terus bagai sistem komputer yang sudah rusak dan tak dapat dihentikan begitu saja. Membuatnya hanya terdiam menatap teh nya yang mulai mendingin.

Berbeda dengan Sehun, Hayoung nampak biasa saja setelah membongkar semuanya. Ia dengan santai menikmati satu persatu jamuan minum teh di siang menjelang sore itu.

Dering penanda pesan masuk, membuat pikiran Sehun teralih sejenak. Dengan cepat ia membuka pesan dari nomor yang tak dikenalnya itu. Matanya seketika melotot setelah ia membacanya habis.

Dirinya beranjak. Lantas berjalan keluar tanpa menghiraukan tatapan bingung yang Hayoung lontarkan. Jemarinya sibuk melakukan panggilan pada nomor tak dikenal itu. Sembari menunggu deringnya diangkat, ia berjalan keluar tak sabaran.

Hallo…’ Suara perempuan yang pertama kali menyapanya.

Seharusnya Sehun terheran mendengar suara wanita, tapi tak ada waktu untuk itu. Tak ada lagi waktu untuk berbasa-basi. “Apa maksud pesan singkat darimu?” tanyanya tak sabaran.

Istri anda baru saja menemui saya. Saya adalah dokter yang merawatnya waktu itu.

Kalimat singkat yang tanpa diperinci lebih jelas, membuat Sehun dengan cepat menyadari sesuatu. Sembari berlari menuju mobilnya, indera pendengarnya siap siaga menerima penjelasan sang dokter wanita itu.

Sekarang istri anda sudah tahu semuanya.. Ekspresinya begitu terpukul.’ Sehun menghela nafas berat. Damn! Umpatnya dalam hati.

Anda tak perlu khawatir. Karena yang dibutuhkannya sekarang hanyalah sebuah penghiburan..

Bisikan lembut dari seberang sana, membuat Sehun berhenti melangkah. Tubuhnya kaku. Tatapannya lurus ke depan.

Saya tahu jika Oh Sehun bisa menghadapi segalanya… Semangat, oppa!’

Bisikan itu berubah, menjadi teriakan semangat dari seorang fangirl untuk oppa-nya. Lantas… dirinya teringat akan satu hal. Dokter wanita itu pernah mengaku sebagai penggemarnya sejak dulu. Dan ia akan membantu apapun demi Oppa-nya bahagia.

***

Seoul – 16.25

Oppa…”

Sekyung kembali menoleh saat Via memanggilnya dengan nada yang rapuh nan terluka. Via melempar senyum, saat perhatian lelaki pengidap Down Syndrome itu tertuju padanya lagi.

“Ayo main denganku…” bisiknya serak, begitu lirih.

Lama, Sekyung menatapinya dalam diam. Tak ada kata yang terlontar. Atau pun gerak berarti darinya. Hingga tak lama lelaki itu melontarkan suatu kalimat –yang bagai tak pada tempatnya-.

“Aku tidak menyukaimu…”

Via tahu seharusnya ia tak marah. Ia terlalu tahu jika lelaki itu tak mungkin tahu yang mana namanya menjaga perasaan. Karena lelaki itu punya dunia berbeda. Ia punya dunianya sendiri.

Tapi, entah perasaannya yang tengah rapuh atau pikirannya yang begitu sensitif, hatinya tersayat mendengar kalimat bernada penolakan itu.

Dan perlahan… Via mulai menitihkan air mata.

Sasaeng Fans [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang