Serpihan 6

4.5K 336 23
                                    

Serpihan 6

Dia pun akhirnya akan pergi, meski dia berjanji ribuan kali tak akan pergi. -Park Chanyeol-

***

Beijing - 16.38

Pandangannya kosong ke depan. Menatap kursi yang penghuninya sudah pergi beberapa waktu yang lalu. Semua tuduhan gadis itu setelah percakapan singkatnya tadi, kini berputar-putar di atas kepalanya.

'Apa kau masih terjebak masa lalu?' Begitulah singkatnya, kalimat kematian yang langsung membuat Luhan bungkam. Kemudian mulai menghitung dalam hati. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam.

'Kalau begitu kencan buta ini seperti tidak ada gunanya. Semua kau lakukan sebagai suatu perintah dari sang Ibu bagimu.'

Dan setelahnya, dia pergi. Kursi di hadapannya selalu berakhir kosong. Semua kencan butanya berakhir sama. Ia ditinggalkan. Sama seperti hidangan di atas meja itu, perlahan mendingin, dan ia sudah tidak lagi lapar.

Sebuah getaran di saku celananya membuat Luhan beralih. Fokusnya bukan lagi pada ratapan nasib kencan butanya yang kandas. Tapi layar ponsel yang kini menampilkan sebuah pesan dari sosok lain yang secara tak kasat mata selalu hadir dalam setiap kencan buta Luhan.

Luhan mengulum senyum lebar melihat potret seorang bocah kecil yang tengah dipeluk seorang wanita cantik tersenyum ke arah kamera. Dirinya lantas mendesah panjang setelah membaca pesan yang datang bersamaan dengan gambar itu.

Senyuman lebar dari Seungyoonie untuk Paman Luhan. ♥

Satu kesimpulan tiba-tiba menghampiri benaknya. Cintanya pada gadis yang terproyeksi dalam potret tersebut, sama dengan hidangan dingin tadi.

***

Seoul - 15.48

-Chingu-yaaa... Aku sedang ada di Korea.-

Sehun menyunggingkan senyum tipis setelah membaca pesan singkat dari rekan seperjuangannya dulu, Kris. "Lalu aku peduli?" gumamnya pelan sambil menggeleng geli atas emoticon hati berdegub yang Kris bubuhkan untuknya.

Ia simpan kembali ponselnya ke dalam saku. Kemudian, melangkah santai memasuki butik mewah dua lantai milik kakak perempuannya yang tak terdeteksi. Baru beberapa langkah dirinya masuk ke dalam gedung nuansa hitam-putih itu, seorang lelaki dengan perawakan centil langsung menyapanya ramah.

"Tuan Sehun, akhirnya anda datang juga." Kepalanya yang plontos terlihat menyilaukan diterpa cahaya lampu putih yang berpendar di tengah ruangan. Sehun hanya menyunggingkan senyum tipis pada seorang yang dikenalnya sebagai desainer terkenal tersebut. Yang kiprahnya dalam dunia mode sudah diakui bahkan sampai ke Jepang dan Thailand.

"Via?"

"Dia sudah di atas dari tadi."

Tanpa perlu bertanya panjang lebar, lelaki gemulai tapi jenius itu sudah tahu maksud kedatangan si wakil CEO super sibuk ke sini. Dan serasa tak ingin membuang waktu, lelaki itu membawa Sehun menuju lantai dua. Tempat dimana Han Yoora bermain-main dengan idenya.

"Sudah sejak setengah jam lalu dia menjajal gaun-gaun rancangan Yoora." Lelaki itu berceloteh pelan, "Kakakmu itu terlihat semangat sekali kali ini. Dia sampai merancang 3 gaun sekaligus."

"Oh ya?" Sehun menggeleng takjub. Tak menyangka Yoora bisa se-lebay itu. "Kuharap dia membuat gaun yang tidak ecek-ecek."

"Semuanya sebuah mahakarya kalau boleh kubilang." Desainer gemulai di depannya langsung melontarkan penilaian padanya yang hendak meremehkan kinerja kakak perempuannya itu. Meski tanpa sanggahan pun, Sehun sudah tahu pasti bahwa style Yoora tidak pernah murahan.

Sasaeng Fans [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang