PART I (BAG.2)

3.5K 172 0
                                    

"Papa merekrut Dokter baru untuk Departemen Anak. Dia baru menyelesaikan gelar Spesialisnya dari Jerman." Kata seorang pria paruh baya yang terlihat gagah dengan jas formalnya.

Sedangkan pria yang menjadi lawan bicaranya hanya menatap malas kearah Papanya.

"Cuman ngasih taukan nggak minta pendapat?" tanya seorang pria muda yang mengenakan jas Dokter kebanggaannya dengan santai membuat pria yang menyebut dirinya Papa itu langsung menatap tajam kearah Putranya.

"Alvin! Kamu itu calon Penerus Rumah Sakit ini! Bagaimana mungkin kamu bisa tidak peduli seperti itu?" marah Nathan, sang Papa pada Putranya Alvin.

"Kenapa Papa merekrut orang untuk jadi relawan menghibur pasien anak di Departemen Anak Papa nggak minta pendapatku? Apa karena Departemen Anak bukan tempat Alvin?" tanya Alvin marah. Dia memang baru bertemu dengan Papanya saat ini sejak dia bertemu dengan gadis itu. dan dia sangat ingin menanyakan hal itu pada Papanya.

Nathan mengerutkan keningnya berpikir, lalu tak lama kemudian kerutan didahinya menghilang setelah mengerti siapa yang dimaksud oleh Putranya ini.

"Tanyakan pada Omamu itu! Omamu yang meminta gadis itu untuk jadi relawan di Rumah Sakit kita." Kata Nathan tak ingin menjawab pertanyaan Putranya. Alvin mendengus sebal.

"Terserah kalian!" kata Alvin lalu berdiri dan melangkah meninggalkan ruangan Nathan yang menjabat sebagai Presiden Direktur Sindunata Hospital. Sedangkan Nathan hanya memandang Putranya itu dengan tatapan misterius.

_____

Alvin berjalan memasuki IGD lalu seorang Dokter residen langsung menghampirinya.

"Seorang pasien wanita 30 tahun kecelakaan mobil tekanan darah 100/80, keadaan pasien saat ini pingsan." Lapor Dokter residen itu.

Alvin langsung memeriksa pasien yang dilaporkan oleh Dokter residen tadi.

"Lakukan CT-scan pada kepalanya!" perintah Alvin.

"Baik Dok!" jawab Dokter residen itu dan segera berlalu meninggalkan Alvin yang masih memeriksa pasien itu.

"Tolong bersihkan luka pasien ini Sus!" perintah Alvin pada Suster yang saat itu menemaninya memeriksa pasien itu lalu berlalu menuju meja resepsionis IGD untuk mengecek data pasien itu.

"Dokter Kealvin Jo Sindunata memang hebat!" kata seorag Dokter perempuan yang tiba-tiba berdiri disamping Alvin. Alvin yang sedang mengecek data pasien dilayar monitor komputer langsung mengalihkan pandangannya melihat siapa yang telah menyapanya. Alvin mengerutkan keningnya heran melihat Dokter perempuan itu.

Dokter perempuan itu mendengus sebal melihat ekspresi Alvin yang sepertinya lupa siapa dirinya.

"Mentang-mentang udah jadi Dokter Spesialis Bedah terus lupa siapa gue?" tanya Dokter perempuan itu sebal. Alvin tersenyum tipis melihat ekspresi kesal gadis didepannya ini lalu dengan cuek membalikkan badannya kembali pada layar monitor mengacuhkan gadis itu.

"Gue sibuk!" kata Alvin cuek membuat Dokter perempuan itu mendelik tak percaya. Dan dengan ganasnya dia langsung melayangkan tangannya menjitak kepala Alvin tanpa perasaan.

"Yakk!! Zevana Grietta Arga apa yang lo lakuin!" teriak Alvin kesal sambil menatap tajam Dokter perempuan itu yang kini sedang tersenyum penuh kemenangan.

"Baru connect ingatannya Dokter?" tanya Dokter perempuan yang ternyata bernama Zevana atau lebih akrab dipanggil Zeva itu menyindir Alvin. Alvin mendelik kesal pada gadis didepannya ini tak percaya jika dia telah dipermalukan didepan staf Rumah Sakitnya. Lihatlah semua mata kini tengah menatapnya aneh. Sungguh Alvin ingin menceburkan dirinya kelaut saat ini juga.

"Gue kangen sama lo Vin!" kata Zeva sambil tersenyum manis membuat Alvin terdiam menatap Zeva dengan tatapan entahlah.

_____

"Gue seneng banget bisa ketemu sama lo lagi Vin!" kata Zeva setelah beberapa saat mereka berdua hanya terdiam. Saat ini mereka sedang berada di Coffee Shop yang kebetulan ada didalam Rumah Sakit. Alvin hanya memandang Zeva sekilas sambil tersenyum tipis.

"Lo nggak seneng ketemu sama gue?" tanya Zeva kesal. Kesal juga sedari tadi dia diacuhkan oleh Alvin, sahabatnya selama mereka mengambil Kuliah Kedokteran di UGM sebelum mereka harus berpisah untuk mengejar impian gelar Spesialis mereka masing-masing.

"Mau lo?" tanya Alvin cuek. Zeva mendengus. Sahabatnya ini memang tak pernah berubah sejak dulu. Julukan Ice Prince yang disandangnya selama masa kuliah dulu masih terpatri jelas dikepalanya.

"Tau" jawab Zeva kesal sambil membuang muka malas. Alvin tersenyum kecil, sejujurnya dia sangat merindukan sahabatnya ini. Semua ekspresi yang dikeluarkan oleh gadis ini sangat dirindukan oleh Alvin. Alvin sama sekali tak menyangka akan bertemu dengan gadis ini lagi disini. Alvin langsung menatap serius kearah Zeva mengingat pembicaraannya dengan Papanya tadi pagi.

"Sejak kapan lo disini?" tanya Alvin. Zeva langsung mengalihkan pandangannya menatap Alvin senang karena pemuda ini bertanya padanya. Sesuatu yang sangat berharga untuk Zeva ketika pemuda didepannya ini menanyakan sesuatu padanya. Itu artinya pemuda itu tak sepenuhnya mengacuhkannya.

"2 hari ini. Kemaren gue nyariin lo tapi kata Departemen Bedah lo lagi Off." Jawab Zeva antusias.

"Papa gue yang bawa lo kesini?" tanya Alvin lagi yang dijawab anggukan oleh Zeva.

"2 Bulan lalu gue ketemu sama Om Nathan di Rumah Sakit tempat gue kerja di Jerman. Om Nathan nawarin gue untuk masuk Sindunata Hospital kalo gue balik ke Indonesia. Yahh jadilah gue disini sekarang. Sesuai sama janji kita dulu untuk sama-sama kerja di Rumah Sakit yang sama." Jelas Zeva.

Jadi Zeva yang Papa maksud tadi? Tanya Alvin dalam hati. Tapi buat apa Papa bawa Zeva kesini? Alvin kembali bertanya-tanya dalam hati apa maksud Papanya membawa Zeva ke Rumah Sakit mereka. Apa cuman karena Zeva adalah sahabatnya yang memang kenal baik dengan Keluarganya atau karena ada maksud lain? Entahlah hanya Papanya, Author, dan Tuhan yang tau.

_____

duh maaf ngaret.., lagi sibuk + inspirasi mendadak blank..

Happy Reading All!! selanjutnya aku usahain nggak ngaret lagi deh...

LOVE GREET Seri 2 : You Are My Destiny #Y.A.M.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang