PART XII (BAG.4)

2.6K 129 5
                                    

Mereka berdua hanya duduk terdiam sejak tadi. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing tanpa ada yang mengeluarkan sepatah katapun sejak 15 menit yang lalu.

Alvin menghela napasnya lalu mulai beranjak dari duduknya. Sejujurnya dia bingung dan tak tau apa yang harus dia katakan pada gadis disampingnya itu. Atau lebih tepatnya dia takut jika dia memulai pembicaraan, gadis itu akan mengatakan kata-kata menyakitkan itu lagi. Sejujurnya Alvin sangat merindukan gadis itu. Dia belum bertemu dengan gadis itu sejak kembali dari Haling Hotel beberapa hari yang lalu.

Via mendongakkan kepalanya menatap Alvin yang tiba-tiba berdiri dari duduknya.

"Gue mau meriksa pasien dulu." Kata Alvin lalu melangkahkan kakinya. Via menundukkan kepalanya.

"Tidak bisakah mendengarkanku dulu sebelum pergi?" tanya Via mulai terisak membuat Alvin langsung menghentikan langkahnya tanpa membalikkan badannya.

"Kenapa semua orang seakan nyuruh aku untuk menjauh? Bahkan setelah aku yakin siapa yang ada dihati aku apakah tidak ada kesempatan untukku meskipun hanya mengatakan padanya seperti apa perasaanku? Kenapa kalian mempermainkanku seperti ini?" hancur sudah ketegaran Via selama ini. Via mengatakannya sambil terisak. Dia menutup wajahnya yang kini dibanjiri airmata sambil menundukkan tubuhnya.

Alvin terdiam mendengar uacapan Via. Untuk siapa Via mengatakannya? Apa maksudnya?

"Tidak bisakah Kak Alvin mendengarkanku dulu sebelum pergi?" tanya Via lagi. Dia masih menelungkupkan wajahnya dan terisak.

Cukup sudah. Alvin tidak bisa mendengar isakan gadis itu lebih lama lagi. Alvin langsung membalikkan badannya dan melangkah dengan langkah lebar-lebar mendekati gadis itu. Berhenti tepat didepan Via yang masih menelungkupkan wajahnya pada kedua kakinya.

Alvin berjongkok didepan Via lalu menarik gadis itu kedalam pelukannya. Dia tak peduli apa yang akan gadis itu katakan setelah itu. Meskipun itu akan menyakitkan untuknya tapi yang penting dia tak mendengar gadis ini menangis lagi.

Tangis Via langsung pecah begitu tubuhnya berada dalam pelukan Alvin. Via menumpahkan segalanya. Sungguh dia tak bisa menahannya lebih lama lagi. Via membalas pelukan Alvin. Memeluk pemuda itu dengan erat.

"Jangan suruh aku pergi Kak! Jangan suruh aku menjauh dari Kakak. Via nggak mau Kak!" ucap Via masih terus terisak. Alvin menggelengkan kepalanya.

"Nggak akan. Aku nggak akan pernah nyuruh kamu melakukan itu! Aku janji!" kata Alvin yakin.

_____

"Jadi apa yang ingin kamu katakan?" tanya Alvin lembut sambil membelai rambut Via yang ada dalam rangkulannya.

Setelah Via lebih tenang mereka duduk berdampingan dikursi panjang yang ada disana. Dan Via masih tak mau melepaskan Alvin. Via mendongakkan kepalanya menatap Alvin yang kini juga sedang menatapnya sambil tersenyum lembut.

"Via nerima perjodohan itu Kak. Bisakah kita memulainya dari awal?" tanya Via menatap Alvin penuh harap. Alvin menatap Via tak percaya. Apa yang membuat gadis ini berubah pikiran? Alvin tersenyum lalu mengangguk.

"Tentu" jawab Alvin singkat membuat Via tersenyum senang.

"Tapi apa yang membuatmu berubah pikiran?" tanya Alvin lagi. Ya. Dia memang penasaran. Tak mungkin jika gadis ini berubah begitu sajakan? Pasti ada yang telah terjadi. Dan Alvin ingin tau apa itu.

Via tersenyum sedih sambil menatap lurus kedepan dengan tatapan menerawang.

"Ada seseorang yang membuatku menyadarinya" kata Via pelan masih sambil menerawang.

LOVE GREET Seri 2 : You Are My Destiny #Y.A.M.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang