PART XIII (BAG.2)

2.6K 122 0
                                    

Alvin melangkahkan kakinya pelan mengikuti gadis yang berjalan lebih dulu didepannya sambil menyeret koper milik gadis itu. Yap. Alvin mengantarkan Zeva ke Bandara. Bukan karena permintaan siapapun. Pure karena keinginannya sendiri. Dan kebetulan dia juga sedang off bekerja.

Alvin baru mengetahui kepergian Zeva tadi malam. Via menelponnya dan mengatakan jika Zeva akan berangkat ke Jerman pagi ini. Dan pagi tadi Alvin langsung datang ke Apartemen sahabatnya itu dan meminta penjelasan darinya. Setelahnya Alvin memaksa akan mengantar Zeva ke Bandara. Awalnya Zeva kekeh menolaknya. Tapi setelah Alvin mengancamnya tak akan menghubungi gadis itu lagi akhirnya Zeva luluh juga. Dan disinilah mereka sekarang. Sebenarnya Via juga ingin ikut mengantar Zeva. Tapi karena ada pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan akhirnya dia pasrah dan melepaskan kepergian Zeva begitu saja.

Alvin menatap punggung Zeva yang berjalan didepannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Sepertinya dia belum puas dengan penjelasan gadis itu tadi mengenai alasan kepergiannya. Alvin merasa jika ada sesuatu yang disembunyikan oleh Zeva darinya. Tapi apa itu Alvin juga tak tau. Zeva memutar tubuhnya lalu tersenyum manis pada Alvin.

Ah. Gue akan sangat merindukan senyum itu Zev. Batin Alvin sambil tersenyum membalas senyum Zeva.

"Udah sampai. Dan lo nggak bisa masuk." Kata Zeva pelan. Alvin mengerutkan keningnya lalu mengalihkan pandangannya kebelakang Zeva beberapa meter lalu kembali mengalihkan pandangannya menatap Zeva yang kini mendongak menatapnya sedih. Alvin mengacak pelan rambut Zeva.

"Nggak usah sok mellow lo!" kata Alvin sambil mengacak asal rambut Zeva membuat gadis itu memberengut kesal sambil kembali merapikan rambutnya yang berantakan akibat ulah Alvin. Lalu kembali mendongakkan kepalanya menatap Alvin. Zeva terhenyak saat melihat tatapan Alvin yang menatapnya sendu.

"Vin" panggil Zeva ragu. Alvin tersenyum lirih lalu melepaskan genggaman tangannya pada koper dan beralih merengkuh gadis itu dalam pelukannya. Zeva terdiam. Dia tak menyangka Alvin akan memeluknya. Zeva merasakan pelukan Alvin yang mengerat.

"Gue kira 4 tahun yang lalu itu adalah perpisahan kita yang pertama dan terakhir. Gue nggak pernah membayangkan akan ada perpisahan lain setelah itu." kata Alvin sedih. Zeva terdiam mendengar penuturan Alvin barusan. Tangannya terangkat membalas pelukan Alvin.

"Gue nggak pernah berharap untuk berpisah lagi sama lo Zev." Kata Alvin lagi.

"Tapi gue selalu berharap pilihan lo ini adalah kebahagiaan buat lo." Kata Alvin lagi yang kini sudah melepaskan pelukannya dan menatap Zeva sambil tersenyum. Tanpa terasa Zeva menitikkan airmatanya. Ah. Kenapa perpisahan selalu sesakit ini? Zeva membalas senyuman Alvin sambil medongak menatap pemuda itu lembut.

"Gue tunggu kabar baik lo ya!" kata Zeva tulus. Alvin tersenyum lalu mengangguk setelah mengerti apa maksud dari sahabatnya ini. Kabar pernikahannya dengan Via.

"Lo harus datang!" perintah Alvin.

"Tentu." Kata Zeva yakin sambil tersenyum.

Akhirnya melepaskanmulah hal terbaik yang bisa kulakukan untukmu Alvin. Aku harap kamu akan selalu bahagia dalam hidupmu. Aku akan selalu menyayangimu sahabatku, Kealvin Jo Sindunata. Batin Zeva sambil tersenyum dan melambaikan tangannya meninggalkan Alvin yang juga tersenyum sedih menatap kepergiannya.

_____

Rio dan Ify sudah kembali dari perjalanan bulan madu mereka. Pagi tadi mereka dijemput oleh Deva dan Ray karena Cakka yang harus menghadiri pertemuan di Perusahaan menggantikan Rio dan Iel yang sudah mulai bisa mengikhlaskan semuanya setelah bertemu dan berbicara dengan kedua orang yang membuatnya seperti itu sudah kembali bekerja meskipun tak sekeras dulu. Karena tak bisa dipungkiri terkadang perasaan sakit dan sesak itu masih menghinggapi hatinya.

Saat ini Rio dan Ify ada di Kediaman Umari. Mereka memutuskan untuk sementara tinggal disana. Ify merengek pada Rio meminta Rio agar mau tinggal di rumah Ayahnya. Karena Ify tak mungkin meninggalkan Iel dengan keadaan Iel yang terpuruk seperti saat ini. Bagaimanapun juga dia ingin ada disamping Iel seperti Iel yang dulu selalu disampingnya saat dia terpuruk karena kehilangan Zahra.

"Teteh" panggil Deva merajuk pada Kakak perempuannya yang kini sibuk dengan acara memasaknya didapur. Ceritanya Ify sedang menyiapkan makan siang untuk penghuni rumah. Rio yang sedang duduk dikursi mengawasi Ify sambil mengecek email di Ipadnya hanya mengerutkan keningnya heran mendengar nada Deva memanggil Istrinya.

"Hm." Dehem Ify tanpa mengalihkan pandangannya pada Deva. Deva yang sadar ditatap oleh Kakak Iparnya hanya nyengir sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya. Rio menggeleng-gelengkan kepalanya lalu kembali tenggelam dengan Ipadnya.

"Teteh" panggil Deva lagi. Kini Ify mengalihkan perhatiannya pada Deva menatap Adiknya itu dengan tatapan bertanya 'ada apa?' Deva tersenyum manis. Ify menatapnya curiga.

Ini anak pasti ada maunya deh. Batin Ify menatap Deva curiga.

"Tadi gue dapet email dari temen gue yang di Kampus. Dia bilang adha tugas cipta lagu romance dari Dosen. Lo mau ya Teh bantuin gue? Please!!" pinta Deva dengan tatapan memohon. Deva tau betul bakat Kakaknya dibidang musik. Hidup bersama dengan Ify selama 10 tahun membuatnya sangat mengenal Kakak perempuannya itu. Dan dia tau Ify sudah menciptakan banyak lagu selama tinggal dengannya di UK. Tepatnya sebelum Kakaknya itu mengubur dalam-dalam semua mimpinya.

Rio tersenyum kecil tanpa mengalihkan pandangannya dari Ipadnya. Sedangkan Ify terdiam mendengar permintaan Deva barusan. Jujur saja sejak 4 tahun yang lalu dia tak pernah menciptakan lagu lagi. Bahkan memainkan alat musikpun sangat jarang dia melakukannya lagi. Tapi semuanya sudah berubah sekarang. Dia bisa melakukannya lagi. Dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan sekarang. Terlebih dia yakin Rio juga akan sangat mendukungnya.

Rio mendongakkan kepalanya setelah lama tak mendengar respon dari Istrinya dan tak mendengar suara Deva lagi. Rio menatap Istrinya yang masih terdiam dengan senyum kecil.

"Kamu bisa melakukannya Dear!" kata Rio lembut membawa Ify kembali kedunia nyata. Ify mengalihkan pandangannya menatap Rio yang kini tersenyum lembut padanya. Ify membalas senyum Rio lalu mengalihkan pandangannya kembali pada Deva yang masih menunggu jawabannya dengan tatapan memohon. Ify tersenyum kecil lalu menganggukkan kepalanya.

"Setelah kita makan siang Oke!" kata Ify membuat Deva langsung melompat kegirangan.

"Yeyyy.., makasih Teteh." Kata Deva lalu melangkah mendekati dan menghadiahi kecupan hangat dipipi Kakaknya lalu segera melangkah meninggalkan dapur dengan bersenandung kecil. Ify tersenyum melihat keceriaan Deva yang selalu membuatnya merindukan Adik kecilnya itu. Lalu Ify mengalihkan pandangannya pada Suaminya yang sedang menatapnya seolah-olah sedang marah. Ify tak bisa menahan senyumnya.

"Cemburu eh?" goda Ify membuat Rio mengangkat bahunya acuh.

"Ngapain cemburu sama Adik Ipar. Rugi." Kata Rio lalu kembali fokus pada Ipadnya. Ify tersenyum bahagia. Dia sangat bersyukur memiliki suami seperti Rio. Dia yakin dia sudah membuat banyak wanita diluar sana merasa iri padanya.

_____

RiFy yeyyyy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RiFy yeyyyy..., hm. ;););)

LOVE GREET Seri 2 : You Are My Destiny #Y.A.M.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang