PART XII (BAG.3)

2.6K 129 2
                                    

Seorang gadis mengusap tangannya yang terus berkeringat sejak tadi. Menghirup napas dan menghembuskannya berulang kali karena saking gugupnya. Dia sudah bertekad akan menyelesaikan masalah ini secepatnya. Dia tak bisa terus-terusan memendam ini semua. Apapun yang akan terjadi nanti dia sudah menyiapkan dirinya dengan baik.

Gadis itu langsung terdiam saat melihat orang yang telah ditunggunya sedari tadi kini melangkahkan kakinya menuju kearahnya lengkap dengan senyum manis orang itu.

"Apa lo udah nunggu gue dari tadi Zeva?" tanya orang itu masih dengan senyumnya menyapa gadis itu, Zeva. Zeva menggelengkan kepalanya pelan.

"Sorry karena udah ganggu waktu lo Vin." Kata Zeva menyesal. Pasalnya beberapa menit lalu orang itu, Alvin mendapatkan sms mendadak dari Zeva yang meminta mereka untuk bertemu. Dan disinilah mereka sekarang. Diatap Rumah Sakit Sindunata.

Alvin mengangkat bahunya acuh lalu menyandarkan punggungnnya disandaran kursi panjang yang ada disana.

"Ada Dokter Riana yang gantiin kerjaan gue." Kata Alvin santai.

"Ada apa lo mau ketemu gue?" tanya Alvin menanyakan maksud Zeva ingin bertemu dengannya. Zeva tersenyum menggoda.

"Kayaknya Dokter satu ini emang super sibuk deh." Kata Zeva menggoda Alvin. Alvin tersenyum kecil.

"Ada apa? Nggak usah ngalihin pembicaraan deh!" kata Alvin yang tau maksud godaan Zeva. Zeva mendengus sebal karena usahanya tertangkap basah oleh Alvin.

_____

Via melangkahkan kakinya pelan menuju atap Sindunata Hospital. Tadi dia datang ke Departemen Bedah dan kata salah satu Dokter disana Alvin sedang keluar entah kemana. Akhirnya daripada kedatangannya kesini sia-sia Via memutuskan untuk pergi ketaman. Sejak Alvin membawanya kesana dulu entah mengapa Via jadi menyukai atap Rumah Sakit itu.

Saat kedua kalinya dia datang lagi keatap Via baru tau jika ternyata diatap itu juga ada taman kecil. Dan Via sangat menyukai taman kecil itu. taman itu menjadi tempat favoritnya sejak saat itu. Dan setiap kali Via datang ke Rumah Sakit pasti dia menyempatkan diri untuk datang ketaman itu.

Via menghentikan langkahnya saat akan memasuki taman kecil itu. Pandangannya jatuh pada 2 orang yang sedang duduk dikursi panjang yang memang ada disana. Via memutuskan untuk kembali saja dan tak ingin mengganggu 2 orang disana setelah dia tau siapa 2 orang itu.

"Via!" seruan itu membuat Via menghentikan langkahnya.

_____

"Zev. Lo? Lo bercandakan? Lo nggak seriuskan? Lo ngerjain guekan?" tanya Alvin beruntun saking paniknya dengan apa yang baru saja Zeva katakan. Zeva tersenyum kecil. Dia tau Alvin akan seperti ini jika dia memberitahukan yang sebenarnya pada pemuda itu. Zeva mengalihkan pandangannya menatap Alvin masih dengan senyumnya.

"Kenapa? Panik gitu." Zeva malah menggoda Alvin membuat Alvin menghela napasnya lega.

"Lo bercanda. Gue tau itu." kata Alvin lega sambil menundukkan kepalanya. Senyum Zeva memudar. Dia menatap Alvin dengan tatapan sedihnya.

Segitu takutnya lo kalo gue jatuh cinta sama lo Vin? Pikir Zeva sedih. Tadi Zeva mengatakan pada Alvin bahwa dia mencintai Alvin sejak dulu. Sejak mereka masih sama-sama ada dibangku Universitas. Tapi melihat respon Alvin yang sangat panik itu membuat Zeva urung untuk mengungkapkannya. Lebih baik Alvin menganggap pernyataannya tadi hanyalah bercandaan.

"Gue takut banget tau Zev kalo lo beneran jatuh cinta sama gue. Gue nggak akan tau apa yang harus gue lakuin kalo gue sampe nyakitin lo." Kata Alvin penuh kelegaan dan masih tak melihat sinar kesedihan dari mata Zeva yang menatapnya.

Bahkan lo udah nyakitin gue tanpa lo sadari Vin. Batin Zeva sedih. Lalu segera dia mengubah tatapannya menjadi tatapan menggoda.

"Lo bener-bener mencintai Via ya Vin?" tanya Zeva menggoda. Alvin tersenyum, menatap kedepan dengan tatapan menerawang.

"Gue yakin dia takdir gue Zev." Jawab Alvin masih dengan senyum bahagianya. Zeva menatap itu dengan tatapan sedih.

Lo sangat mencintainya Vin. Mata itu. Senyum itu. Semuanya terlalu jelas bahwa lo memang benar-mencintainya. Dia beruntung karena dia dapetin hati lo Vin. Batin Zeva sedih. Zeva mengernyit bingung saat tiba-tiba senyum Alvin memudar dan berganti dengan kemurungan.

"Tapi gue nggak yakin dia akan jadi milik gue." Kata Alvin sedih. Zeva terhenyak. Lalu dia mengangkat tangannya dan menepuk pelan punggung Alvin.

"Gue yakin lo akan dapetin dia kalo lo yakin dia takdir lo." Kata Zeva menyemangati Alvin. Alvin mengalihkan pandangannya menatap Zeva dan tersenyum.

Zeva mengedarkan pandangannya kesekeliling taman kecil itu.

"Taman ini kenapa bisa ada?" tanya Zeva masih menatap takjud taman itu? Taman kecil yang begitu asri dan indah. Juga sangat menenangkan dan nyaman.

"Mama gue yang bangun taman ini. Dia bilang dari sini bisa lihat pemandangan indah kota ini." Kata Alvin menerawang. Zeva tersenyum. Dia sangat penasaran akan sosok Mama Alvin. Alvin selalu menceritakan tentang Mamanya pada Zeva. Dan Zeva selalu senang mendengarnya.

Zeva kembali mengedarkan pandangannya. Tak hentinya dia mengagumi taman kecil ini. Pandangan Zeva terhenti saat berada tepat dipintu masuk taman. Zeva menyipitkan matanya.

"Via!" seru Zeva setelah yakin siapa gadis itu.

Alvin mengalihkan pandangannya saat mendengar seruan Zeva. Lalu mengikuti pandangan gadis itu yang terarah kepintu masuk taman. Alvin terdiam saat melihat gadis itu membalikkan badannya dan tersenyum.

"Sini!" seru Zeva yang kini sudah berdiri sambil melambaikan tangannya, menginterupsi agar gadis itu mendekat kearah mereka.

Via melangkah ragu mendekati Zeva yang kini tersenyum sambil melambaikan tangan padanya dan Alvin yang sedang menundukkan kepalanya. Via menunduk sedih saat melihat Alvin yang sepertinya tak ingin melihatnya. Lalu kembali mendongakkan kepalanya dan menatap Zeva sambil tersenyum. Tak ingin Zeva melihat sinar kesedihan dari wajahnya.

"Lo kok tadi langsung mau balik ajha sih? Lo mau masuk kesinikan?" tanya Zeva menatap Via heran.

"Tadi Via liat kalian kayaknya lagi ngobrol serius. Takut ganggu ajha. Makanya Via langsung mau balik tadi Kak." Kata Via yang tak begitu sukses menutupi nada sedih dari ucapannya. Zeva menautkan alisnya lalu tersenyum.

"Kebetulan lo ada disini Vi." Kata Zeva membuat Via menautkan alisnya dan Alvin menatap Zeva curiga.

"Gue ada panggilan pasien darurat. Lo disini temenin Alvin ya! Ok!" kata Zeva lalu mulai melangkah setelah sebelumnya mengerlingkan matanya pada Alvin yang dibalas pelototan oleh pemuda sipit itu. Haha. Maksa banget melotot. He.

_____


LOVE GREET Seri 2 : You Are My Destiny #Y.A.M.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang