PART IX (BAG.3)

2.3K 137 8
                                    

"Apa yang terjadi?" tanya Iel setelah mereka berdua terdiam cukup lama. Alvin mengalihkan pandangannya menatap Iel. Masih dengan tatapan remehnya. Posisi mereka saat ini masih sama. Masih berdiri.

"Gue dijodohin sama cewek yang lo cintai!" kata Alvin tenang dengan pandangan lurus kedepan. Iel mengalihkan pandangannya menatap Alvin tak percaya.

"Dan lo nerima perjodohan itu?" desis Iel. Tanpa dijawabpun dia tau jawabannya setelah melihat dan mendengar secara langsung apa yang terjadi tadi.

Alvin tertawa pelan mendengar pertanyaan basa-basi Iel barusan.

"Menurut lo gue harus gimana?" Ya Tuhan Alvin apa maunya sih? Malah nantangin Iel. Tapi Iel mencoba untuk bersabar dan menahan amarahnya.

"Lo taukan gimana perasaan gue sama Via." Tanya Iel tanpa menatap Alvin.

"Gue tau" jawab Alvin tenang.

"Seharusnya lo tau apa yang harus lo lakuin!" kata Iel membuat Alvin tersenyum miris.

"Tapi gue juga cinta sama dia." Jawab Alvin sambil menerawang jauh kedepan. Iel mengalihkan pandangannya menatap Alvin tak percaya. Iel tak bisa menahannya lagi. Bagaimana bisa Alvin?

"Apa maksud lo?" tanya Iel nggak nyantai. Terbukti Iel langsung kembali mencengkram kerah kemeja Alvin.

Alvin bukannya takut tapi justru membalas tatapan tajam Iel dengan tatapan yang lebih tajam. Dia tidak akan mundur. Saat ini adalah persaingan 2 laki-laki untuk mendapatkan satu gadis. Nggak ada istilah toleransi persahabatan dalam persaingan.

Alvin langsung menyentakkan tangan Iel dari kerah kemejanya. Dan membenarkan tata kerah kemejanya setelah berhasil melepaskan diri dari cengkraman Iel.

"Lo kalah satu langkah dari gue Bro!" kata Alvin tenang. Tapi berdampak sangat untuk Iel. Iel mengepalkan tangannya menahan amarahnya.

"Apa yang lo inginkan?" tanya Iel dengan suara serak.

"Via" jawab Alvin tetap tenang.

"Sialan!" kata Iel langsung melayangkan tinjunya tepat mengenai pipi kanan Alvin. Alvin langsung menyentuh ujung bibir kanannya dan melihat darah dijarinya lalu tersenyum remeh.

"Lo pikir Via barang yang bisa seenaknya lo minta! Hah!" kata Iel masih tak terima dengan ucapan Alvin tadi.

"Ah. Gue lupa. Ngapain gue minta Via dari lo. Dia udah jadi milik gue! Orangtuanya udah nyerahin dia kegue." Kata Alvin diakhiri dengan senyum remehnya. Iel menggertakkan giginya.

"Kenapa lo ngelakuin ini sama gue Vin? Jelas-jelas lo tau gimana perasaan gue sama Via. Kenapa lo nusuk gue dari belakang? KENAPA VIN? LO PENGHIANAT TAU NGGAK!" kata Iel marah dan meluapkannya lewat 2 kalimat terakhirnya.

"Gue nggak pernah ngianatin lo! Via bukan milik lo! Jadi gue nggak pernah ngerebut dia dari lo! Bukan gue yang penghianat. TAPI LO YANG PECUNDANG!" kata Alvin tak kalah keras pada kalimat terakhirnya. Sudah cukup. Dia capek dengan kemunafikan Iel. Untuk apa Iel membuang-buang waktunya selama ini.

"Lo buang-buang waktu lo! Lo punya banyak kesempatan buat dapetin Via tapi lo sia-siain itu! Bukan salah gue kalo akhirnya Via jatuh ketangan gue. Itu karna lo terlalu pengecut buat nyatain perasaan lo ke Via." Kata Alvin tajam. Setajam silet.

Napas Iel memburu. Dia terengah-engah menahan amarahnya yang tak terbendung lagi.

"Lo harusnya nggak ngelakuin itu! Lo harusnya nggak ngerebut dia dari gue! Lo emang temen makan temen ya Vin!" kata Iel lalu kembali melayangkan tinjunya pada Alvin.

Alvin sama sekali tak membalas Iel. Percuma. Karena saat ini Iel sedang kalut. Dia hanya akan menyakiti dirinya sendiri jika dia membalas Iel. Biarkan saja sahabatnya itu meluapkan emosinya sekarang! Dia pantas menerimanya. Dia tau dia salah. Karena itu dia akan menerima pukulan-pukulan yang Iel berikan padanya. Anggap saja itu imbalan untuknya.

_____

"Bener-bener nggak bisa dibiarin lagi!" kata Cakka yang sudah tidak tahan dengan acara adu jotos didepan sana. Lebih tepatnya Iel yang memukul, karena sedari tadi Alvin hanya diam tanpa membalas.

Cakka langsung melangkahkan kakinya menuju kearah dua orang yang masih berdebat dan disertai adu jotos didepan sana. Sungguh Cakka sudah tak tahan melihatnya. Dia harus segera menghentikkannya sebelum semuanya bertambah runyam.

Agni hanya mengikuti langkah Cakka yang dia yakini pasti akan menuju kearah Alvin dan Iel. Sejujurnya Agni juga sudah tidak tahan sejak tadi. Tapi karena malas berdebat dengan Cakka akhirnya dia memilih untuk diam dan menunggu pemuda itu sendiri yang tidak tahan.

And see, dia nggak tahan jugakan lama-lama. Batin Agni sambil tersenyum dalam hati.

"Kalian berdua apa-apaan sih! Kayak anak kecil tau nggak!" kata Cakka sambil menahan tangan Iel yang sudah siap melayangkan pukulannya pada Alvin lagi. Kalo dibiarkan terus-terusan bisa-bisa wajah ganteng Alvin tapi masih kalah ganteng dari Cakka langsung hancur besok pagi. Kasian juga Cakka kalo memikirkankan.

Jadi lebih mencegah daripada mengobati deh. Batin Cakka membenarkan tindakannya.

Iel menatap tajam kearah Cakka yang kini menatapnya tenang dan seolah bertanya 'kenapa?'. Iel menghela napasnya dan langsung menyentakkan tangannya agar terlepas dari cengkraman tangan Cakka yang menahan tahannya.

Cakka mengedikkan bahunya acuh. Tak ambil pusing dengan tindakan Iel barusan. Lalu pandangannya teralih pada Alvin yang sudah terjatuh diatas rerumputan sambil menjulurkan tangannya yang langsung disambut dengan senyum perih oleh Alvin.

Alvin langsung meringis saat merasakan perih diujung bibirnya saat dia ingin tersenyum pada Cakka lalu mengusap ujung bibirnya yang ternyata berdarah lagi. Lalu akhirnya malah senyum perih yang terpatri dibibirnya untuk Cakka. Cakka berdecak.

"Ck. Kenapa nggak lo lawan sih?" tanya Cakka sambil membantu Alvin berdiri. Alvin hanya tersenyum tipis tanpa berniat menjawab pertanyaan Cakka.

"Ag! Lo susulin Via sama Shilla gih!" kata Cakka pada Agni.

"Tapi Kka." Kata Agni ragu sambil menatap Alvin dan Iel bergantian.

"Lo tenang ajha! Biar gue yang urus dua curut ini!" kata Cakka santai setelah mengerti arti tatapan Agni.

Alvin dan Iel langsung mengalihkan pandangan mereka dan menatap Cakka.

Berani-beraninya ni anak ngatain gue curut! Batin Alvin dan Iel sama sambil terus memberikan Cakka tatapan horror dan siap menelan Cakka hidup-hidup.

_____

LOVE GREET Seri 2 : You Are My Destiny #Y.A.M.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang