PART XIII. MELEPASKAN (BAG.1)

2.8K 122 0
                                    

Via mengedarkan pandangannya mengelilingi kafe yang baru saja dia masuki. Mencari seseorang yang menelponnya 1 jam yang lalu untuk mengajaknya bertemu dikafe ini. Via tersenyum saat melihat orang itu melambaikan tangannya dan mengisyaratkannya untuk mendekat pada orang itu. Perlahan Via melangkahkan kakinya mendekati orang yang sudah menunggunya itu.

"Maaf Kak telat. Tadi ada kerjaan yang mesti buru-buru dikelarin." Kata Via menyesal sambil duduk dihadapan orang itu. orang itu tersenyum makhlum.

"Iya deh yang Ibu Desainer." Kata orang itu menggoda Via. Membuat Via tersenyum malu.

"Apa deh Kak Zeva bisa ajha." Kata Via sambil menunduk malu. Lalu mendongak menatap Zeva dengan pandangan bertanya.

"Ada apa Kak ngajak Via ketemu?" tanya Via yang mengingat jika Kakak ketemu besarnya itu mengajaknya bertemu karena ada yang hal penting yang ini dia sampaikan. Zeva tersenyum kecil.

"Lo nggak mau pesen dulu?" tanya Zeva sambil melambaikan tangannya memanggil salah satu pelayan Kafe itu agar mendekat kemeja mereka.

Zeva kembali mengalihkan pandangannya menatap Via setelah dia selesai memesan untuknya sendiri dan untuk Via.

"Gue cuman mau pamit sama lo." Via yang baru saja menutup buku menunya langsung mendongak menatap Via dengan kening berkerut.

"Maksud Kakak?" tanya Via bingung. Zeva tersenyum lembut.

"Ini hari terakhir gue di Sindunata Hospital. Dan besok gue akan berangkat ke Jerman. Gue udah mutusin untuk netap disana. Lagian kedua orangtua guekan disana. Nggak enak hidup pisah dari orangtua." Kata Zeva masih dengan senyum lembutnya. Namun masih terlihat gurat kesedihan diwajah cantiknya dan Via melihat itu.

"Kenapa harus pergi kalo bisa tinggal disini?" tanya Via masih tak habis pikir kenapa tiba-tiba saja Zeva memutuskan untuk kembali ke Jerman. Padahal bukankan gadis itu sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus disini? Lagi-lagi Zeva hanya tersenyum menanggapi pertanyaan dari Via. Lalu Zeva menghela napasnya.

"Gue mencintai Alvin." Pernyataan Zeva barusan membuat Via langsung terdiam. Apa-apaan ini? Jadi masalah Iel kemaren bukanlah masalah satu-satunya? Masih ada Zeva? Kenapa ketika dia sudah bisa membuka hatinya untuk Alvin dan ingin bahagia bersama Alvin, harus ada banyak hati yang terluka?

Apa memang gue nggak boleh bahagia bersama Kak Alvin? Tanya Via dalam hati. Zeva yang melihat respon Via hanya tersenyum kecil. Dia bisa pergi dengan tenang sekarang. Setidaknya dia sekarang yakin bahwa Alvin tak akan berjuang sendiri. Cintanya untuk gadis ini terbalaskan. Dan itu membuat Zeva lega.

"Jangan merasa bersalah seperti itu!" kata Zeva sambil tersenyum. Via mendongakkan kepalanya menatap Zeva bingung.

"Gue cinta sama Alvin, tapi itu sebelum gue tau kalo Alvin mencintai gadis lain. Dan ternyata gadis itu juga memiliki perasaan yang sama dengan Alvin. Itu bikin gue lega." Lanjut Zeva sambil menatap Via dengan mata berkaca-kaca. Bukan karena kecewa, tapi karena dia bahagia. Bahagia untuk dua orang yang berarti untuknya.

"Gue mau lo janji sama gue Vi!" kata Zeva sambil meraih tangan kanan Via yang ada diatas meja dan menggenggamnya erat.

"Gue minta lo untuk selalu ada disamping Alvin. Jangan pernah tinggalin dia untuk alasan apapun. Dan lo harus selalu percaya apapun yang dia katakan. Karena gue yakin dia nggak akan pernah membohongi orang yang dicintainya." Kata Zeva dengan tatapan memohon. Via menatap Zeva dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Gue mengatakan ini bukan sebagai seorang wanita yang mencintainya, tapi gue mengatakan ini sebagai sahabatnya. Gue mau sahabat gue selalu bahagia. Lo bisakan janji sama gue?" tanya Zeva kembali dengan tatapan penuh harap. Berharap Via akan menganggukkan kepalanya.

Via menatap Zeva dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia tak tau apa yang harus dia katakan dan harus dia lakukan. Dia terlalu terkejut saat mendengar pernyataan yang tak pernah dia duga akan didengarnya. Tapi melihat tatapan Zeva yang menatapnya penuh harap mau tak mau membuatnya menganggukkan kepalanya pelan.

_____

"Hahhh." Sedari tadi berulang kali Agni menghembuskan napasnya lelah. Fix. Dia bosan. Sudah satu minggu ini sejak dia kembali ke Sunshine untuk beraktivitas seperti biasanya dia hanya bekerja bekerja dan bekerja. Tanpa ketiga sahabatnya. Ify jelas dia masih melakukan perjalanan bulan madu bersama Rio. Mungkin lusa baru kembali, dan menyerahkan segala urusan SunShine padanya dan Chef Adrian. Sedangkan kedua sahabatnya yang lain entah kemana mereka dan apa yang mereka kerjakan Agni tak tau.

"Hahhh" Agni kembali menghela napasnya. Dia mengedarkan pandangannya menyusuri bagian dalan SunShine yang hanya ada beberapa pengunjung, karena memang ini bukanlah jam makan.

Kalo sepi gini berasa banget deh bosennya. Lagian Via sama Shilla juga sok sibuk banget sih nggak pernah kesini. Gerutu Agni dalam hati. Memang benar Via dan Shilla jarang menampakkan batang hidung mereka sejak pernikahan Rio dan Ify minggu lalu.

"Ngelamun ajha lo. Kesambet setan baru nyaho lo!" suara yang sudah lama tak didengarnya itu membuat Agni yang awalnya meletakkan kepalanya diatas meja kasir langsung mendongakkan kepalanya. Mengalihkan pandangannya menatap seorang pemuda yang sudah beberapa hari ini tak dilihatnya dengan muka kesal.

"Ganggu ajha lo!" kata Agni jutek lalu kembali meletakkan kepalanya diatas meja.

Cakka tersenyum kecil melihat gadis itu yang sepertinya terlihat sedang kesal. Memang beberapa hari ini dia disibukkan dengan urusan di Perusahaan Keluarganya yang kini dipimpin oleh Rio. Rio memang memintanya untuk menggantikan pemuda itu selama dia pergi. Cakka yang memang sedikit tau tentang bisnis jadi ya setuju-setuju aja. Toh nggak ada yang bisa dia lakukan di Indonesia. Ya kali harus ngawasin Iel 24jam. Dikata dia pengawal pribadinya Iel apa?

Keluarga Haling memang mengajarkan pelajaran bisnis kepada ketiga Putra mereka. Bukan hanya kepada Rio yang notabennya adalah Putra Mahkota. Karena tak ada yang tau apa yang akan terjadi dimasa depan. Jadi apa salahnya berjaga dari sekarang. Namun meskipun begitu Zeth, Papi mereka tak pernah melarang mereka untuk melakukan apapun yang Putranya mau. Terbukti dengan Cakka yang mengambil kuliah Kulinary dan Ray yang mengambil kuliah Musik. Jika Rio, emang dasarnya tu anak suka bisnis kok. Jadi nggak masalah buat Rio untuk mengambil kuliah Bisnis.

"Mau nemenin gue jalan?" tanya Cakka yang sukses membuat gadis itu kembali mendongakkan kepalanya menatap Cakka. Cakka tersenyum lembut.

"Gue udah bilang sama Chef Adrian kalo gue mau ngajak lo keuar." Lanjut Cakka yang mengerti tatapan Agni.

"Lo pergi ajha Ag! Biar Randy yang handle kasir. Lagian Resto juga lagi sepi. Dan gue rasa lo juga butuh refreshing. Muka lo nggak enak banget dilihat." Agni memberengut kesal mendengar kalimat terakhir Adrian tadi. Lalu dia beranjak dari duduknya.

"Gue ganti baju bentar." Kata Agni lalu melangkah menuju ruang karyawan.

Cakka tersenyum berterima kasih pada Adrian yang kini sedang berada di dapur yang dibalas dengan acungan jempol oleh Chef muda itu.

_____

LOVE GREET Seri 2 : You Are My Destiny #Y.A.M.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang