PART I (BAG.3)

3.1K 148 0
                                    

8 tahun yang lalu...

Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Alvin duduk santai disalah satu kursi taman sambil membaca buku tentang anatomi dipangkuannya sambil mendengarkan musik diponselnya lewat headset yang bertengger manis dikedua telinganya.

"Boleh gue duduk disini?" tanya seorang gadis yang tiba-tiba sudah berdiri didepan Alvin. Alvin mendongakkan kepalanya menatap gadis itu lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada buku yang dibacanya tanpa menjawab ucapan gadis itu.

Sedangkan gadis itu hanya tersenyum misterius mendapatkan respon sepert itu dari Alvin, pemuda yang mendapatkan julukan Ice Prince dari teman-teman sekelasnya. Yahh gadis itu adalah salah satu teman sekelas Alvin, mendengar banyak rumor mengenai Alvin yang sangat dingin dan cuek membuat gadis ini penasaran dengan sosok Alvin. Tanpa bertanya kembali gadis itu langsung mendudukkan bokongnya disebelah Alvin. Karena memang Alvin duduk sedikit menepi dikursi taman itu.

Alvin tak memperdulikan gadis yang kini duduk disebelahnya itu dan tetap fokus pada buku yang dibacanya.

"Gue Zevana dan lo bisa panggil gue Zeva" kata gadis yang ternyata bernama Zeva itu. Alvin tetap tak mengalihkan pandangannya dari buku yang dibacanya. Zeva hanya menatap Alvin dari samping. Memperhatikan wajah serius Alvin sambil tersenyum.

"Gue nggak akan tanggungjawab kalo lo kena pesona gue!" kata Alvin tanpa mengalihkan pandangannya pada Zeva. Zeva tersentak kaget. Bagaimana mungkin dia tau gue perhatiin dari tadi? Begitulah pikir Zeva dalam hati.

"Gue nggak keberatan kalopun gue harus kena pesona lo!" kata Zeva yakin. Alvin mengalihkan pandangannya menatap Zeva aneh. Sedangkan Zeva masih mempertahankan senyumnya.

_____

Sejak saat itu Zeva tak pernah berhenti mengganggu Alvin. Dimanapun dia melihat Alvin pasti Zeva akan langsung menghampirinya dan mengganggu apapun yang sedang dilakukan oleh pemuda itu. Dia tak pernah menyerah untuk bisa mendekati pemuda itu.

Awalnya Alvin hanya cuek dan tak peduli dengan Zeva yang entah sejak kapan mulai menjadi penguntitnya. Namun lama kelamaan Alvin mulai terbiasa dengan kehadiran gadis cantik itu.

Pernah suatu hari Zeva tak masuk kelas karena sakit. Alvin jadi uring-uringan bahkan Iel sahabatnya yang kebetulan satu kampus dengannya pun tak lepas menjadi sasaran Alvin.

"Lo kenapa sih daritadi uring-uringan nggak jelas banget! Kayak Emak kucing kehilangan anaknya ajha sih lo!" kata Iel kesal. Pasalnya sejak tadi mereka bertemu di sebuah kafe tempat mereka selalu berkumpul sejak dulu bersama satu sahabat mereka yang lain juga yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Negeri Orang, Alvin tak henti-hentinya menggerutu sambil mengecek ponselnya berulang-ulang. Iel merasa aneh pada sahabatnya yang selama ini dia kenal sangat dingin dan cuek.

"Gue pergi dulu!" kata Alvin langsung meninggalkan Iel tanpa menunggu jawaban dari Iel, membuat Iel menatapnya heran.

Dan disinilah Alvin sekarang. Didepan sebuah bangunan Rumah yang cukup mewah meskipun tak semewah Rumahnya. Entah bagaimana Alvin bisa sampai kesini dia juga sama sekali tak tau. Akhirnya dengan ragu Alvin keluar dari mobilnyadan memasuki pekarangan rumah itu.

"Alvin?" kata Zeva yang baru turun dari lantai atas tempat kamarnya berada merasa heran bagaimana pemuda ini bisa ada dirumahnya sekarang.

Alvin yang sedari tadi duduk disofa ruang tamu rumah itu langsung berdiri begitu mendengar suara yang tak asing untuknya sejak beberapa waktu lalu itu. Menatap gadis yang biasanya selalu terihat ceria da bersemangat kini terlihat sangat pucat dan lemah. Alvin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal bingung harus menjawab seperti apa.

Zeva hanya tersenyum melihat Alvin yang sepertinya bingung, namun dalam hati Zeva sangat bahagia karena ternyata pemuda yang selalu mengacuhkannya itu ternyata peduli dengannya.

_____

Sejak peristiwa itulah Alvin dan Zeva memutuskan untuk bersahabat. Zeva adalah satu-satunya teman yang Alvin miliki dikelasnya. Bukan karena tak ada yang mau berteman dengan Alvin. Hanya saja Alvin memang bukanlah orang yang mudah bergaul seperti sahabat-sahabatnya yang lain, Iel dan Rio.

Zeva juga adalah satu-satunya gadis yang pernah Alvin bawa kerumahnya. Jadi wajar saja jika Kakak perempuan Alvin, Tasya menganggap bahwa Zeva adalah kekasih Adiknya. Karena memang selama ini yang Tasya tau teman Alvin hanya Iel dan Rio.

"Gue mau nanti kita kerja di Rumah Sakit yang sama Vin! Gue akan masuk Sindunata Hospital gimanapun caranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue mau nanti kita kerja di Rumah Sakit yang sama Vin! Gue akan masuk Sindunata Hospital gimanapun caranya." Tekad Zeva. Saat ini dia dan Alvin sedang ada dihalaman belakang Kediaman Sindunata.

"Kenapa Rumah Sakit Keluarga gue?" tanya Alvin heran.

"Karena lo akan disana setelah lo selesai study lo. Jadi gue akan ikutin lo masuk sana!" kata Zeva penuh keyakinan sambil menatap langit malam ini.

"Kalo lo nggak diterima masuk sana gimana?" tanya Alvin meremehkan. Zeva memandang Alvin kesal.

"Lo ngeraguin kemampuan gue?" tanya Zeva yang diangguki oleh Alvin dengan santai.

"Gue nggak peduli. Lagian gue punya koneksi tertinggi disana. Jadi gue yakin seratus persen gue akan masuk sana!" kata Zeva yakin. Alvin menatap Zeva dengan kening berkerut.

"Apa gunanya gue punya sahabat calon Penerus Sindunata Hospital kalo gue nggak bisa masuk sana?" tanya Zeva dengan santai membuat Alvin mendelik.

"Yakk!!! Gue nggak akan pernah masukin lo ke Rumah Sakit gue lewat koneksi gue!!" kata Alvin kesal.

"Gue masih punya Om Nathan! Wleee." Kata Zeva sambil menjulurkan lidahnya dan mulai berlari menjauhi Alvin sebelum Alvin mengejarnya. Alvin hanya tersenyum kecil melihat tingkah sahabat perempuannya itu yang terkadang seperti anak kecil.

_____


Okk part bagian ini spesial Alvin-Zevana.

HAPPY READING ALL!!

LOVE GREET Seri 2 : You Are My Destiny #Y.A.M.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang