PART XII (BAG.2)

2.4K 126 10
                                    

Cakka langsung masuk begitu saja kedalam kamar Iel. Deva dan Ray mengikuti dibelakangnya. Mereka bertiga menghentikan langkahnya lalu saling pandang.

Iel menatap kosong keluar jendela. Perlahan dia memutar kepalanya saat mendengar pintu kamarnya terbuka dengan kasar. Lalu sebelah alisnya terangkat heran menatap tiga orang yang berdiri menatapnya dengan tatapan khawatir.

"Kalian ngapain berdiri disitu?" tanya Iel heran. Cakka, Deva dan Ray saling pandang lalu serempak mengalihkan pandangannya kearah Iel, menatap Iel dengan tatapan heran.

"Lo baik-baik ajha Kak?" tanya Cakka sambil melangkah mendekati Iel. Iel mengerutkan keningnya heran.

"Lo tadi teriakkan Bang?" tanya Deva yang penasaran juga. Sepertinya tadi dia mendengar Kakaknya itu teriak frustasi. Tapi kenapa sekarang anteng-anteng ajha?

"Oh. Gue ngagetin kalian ya?" tanya iel setelah mengerti arti tatapan 3 orang itu. Serempak ketiga orang itu mengangguukkan kepalanya.

"Sorry. Gue cuman nggak kuat nahan ajha tadi. Makanya gue lampiasin dengan teriak gitu. Sorry ya bikin kalian khawatir?" kata Iel sambil tersenyum lirih.

"Lo bisa cerita kegue Bro klo lo emang udah nggak kuat nahan semuanya sendirian!" kata Cakka setelah dia berdiri dekat ditempat Iel duduk. Cakka disini dewasa banget sumpah. Iel tersenyum perih sambil menatap Cakka.

"Thanks Kka!" kata Iel lirih.

"Kak Iel." Seru Shilla begitu gadis itu sampai didalam kamar Iel dengan napas terengah-engah. Dia kehabisan oksigen karena berlari menaiki tangga tadi saking paniknya.

Semua mata yang ada dikamar Iel langsung mengalihkan pandangan mereka menatap Shilla dengan tatapan heran. Iel tersenyum pedih melihat kekhawatiran yang jelas terlihat dari mata gadis itu. Senyum pedih Iel langsung memudar saat melihat seorang gadis lain yang baru masuk kedalam kamarnya dan berhenti disamping Shilla.

_____

Setelah suasana kembali tenang tadi Iel langsung menyuruh mereka meninggalkan kamarnya dan menyisakannya bersama gadis ini. Gadis yang sedari tadi duduk disofa kamarnya dan menundukkan kepalanya dalam.

"Ada apa lo kesini?" tanya Iel dingin tanpa menatap gadis itu.

Via mendongakkan kepalanya menatap Iel yang kini menatap kosong kearah lain, bukan menatapnya. Via menundukkan kepalanya sedih. Ingin rasanya dia menangis saat ini juga.

"Lo nyari guekan? Apa yang mau lo katakan?" tanya Iel yakin. Lagi-lagi tak menatap Iel. Terlalu sakit untuk Iel menatap gadis itu. dan dia tau tujuan gadis itu kemari pasti mencarinya. Tak mungkin gadis itu kemari mencari Ify, karena jelas gadis itu tau Ify sedang melakukan perjalanan bulan madu dengan Rio.

"Gue minta maaf Kak." Kata Via susah payah. Iel mengalihkan pandangannya menatap Via dengan tajam. Namun gadis itu masih menundukkan kepalany.

"Maaf karena menyakiti Kak Iel" lanjut Via kini sambil mendongak dan menatap Iel yang masih menatapnya tajam. Via sedikit tersentak melihat tatapan Iel itu, tapi Via berusaha menutupi ketakutannya dan keinginannya untuk menangis saat ini. Iel tersenyum pedih lalu mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Lo minta maaf untuk diri lo sendiri atau untuk Alvin?" tanya Iel membuat Via sukses memelototkan matanya tak percaya.

"Untuk apa lo masih kesini? Lo udah punya Alvinkan?" tanya Iel tajam dan menatap Via dengan tatapan dingin.

"Kak gue...."

"Gue nggak mau Alvin salah paham sama gue! Gue nggak mau Alvin berpikir gue ngerebut Tunangannya. Gue nggak mau Alvin....."

"KAK IEL DENGERIN VIA DULU!" teriak Via dengan napas terengah-engah. Apa-apaan pemuda ini seenaknya sendiri. Via marah. Lebih tepatnya marah pada dirinya sendiri. Iel menatap Via dengan tatapan terkejut dan tak percaya. Kilatan kemarahan jelas terlihat dimata gadis itu.

_____

"KAK IEL DENGERIN VIA DULU!" teriakan Via itu terdengar jelas dari balkon utama lantai atas Kediaman Umari.

Cakka memutar kepalanya kebelakang. Melihat kearah pintu kamar Iel yang tertutup, lalu mengalihkan pandangannya pada gadis yang duduk dikursi disamping tempatnya duduk.

"Apa yang akan lo lakuin seandainya Via nolak perjodohannya dengan Alvin dan memilih untuk memperjuangkan cintanya buat Kak Iel Shil?" tanya Cakka pada Shilla yang sedang fokus pada Ipad yang ada ditangannya. Tapi Cakka yakin fokus Shilla bukan pada Ipadnya. Itu hanya topeng gadis itu.

Shilla mendongakkan kepalanya menatap Cakka lalu pandangannya teralih menatap kedepan sana dengan tatapan menerawang.

"Sama seperti yang gue katakan ke Via tadi. Gue akan mundur dan melupakan perasaan gue." Kata Shilla sambil tersenyum lirih. Cakka tersenyum remeh sambil menatap Shilla dari samping.

"Dan berakhir dengan cinta sepihak seperti gue?" tanya Cakka dengan senyum miringnya. Shilla mengalihkan pandangannya menatap Cakka dengan kening berkerut. Lalu tertawa kecil saat mengerti maksud dari ucapan Cakka dan mengangkat kedua bahunya.

"Yah. Gue rasa kita senasib." Kata Shilla lirih sambil kembali mengalihkan pandangannya menatap kedepan. Cakka menghela napasnya lalu mengikuti Shilla yang memandang kedepan sana.

"Gue harap akhir kisah lo ini lebih baik dari akhir kisah gue dimasa lalu." Kata Cakka dengan tatapan menerawang. Shilla memperhatikan Cakka dari samping dengan tatapan yang sulit artikan.

_____

"Vin" panggil Tasya membuat Alvin yang sedang duduk santai diserambi belakang rumahnya dan terfokus pada ponsel yang ada ditangannya langsung mengalihkan pandangannya pada Kakaknya seolah bertanya 'ada apa?' Tasya tersenyum lalu duduk disamping Ad...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Vin" panggil Tasya membuat Alvin yang sedang duduk santai diserambi belakang rumahnya dan terfokus pada ponsel yang ada ditangannya langsung mengalihkan pandangannya pada Kakaknya seolah bertanya 'ada apa?' Tasya tersenyum lalu duduk disamping Adiknya yang tumben-tumbenan ada dirumah jam segini.

"Lo nggak kerumah sakit?" tanya Tasya yang dijawab gelengan kepala oleh Alvin.

"Gue masih cuti." Jawab Alvin singkat. Dia memang sengaja mengambil cuti beberapa hari dari rumah sakit karena ikut membantu persiapan pernikahan Rio dan Ify kemarin. Dan hari ini adalah hari terakhirnya. Tasya menganggukkan kepalanya mengerti.

"Hubungan lo sama Via gimana? Ini udah 2 bulan sejak keputusan perjodohan kalian." Tanya Tasya, lebih tepatnya mengingatkan Alvin. Alvin mengalihkan pandangannya menatap lurus kedepan dengan tatapan menerawang.

"Gue nggak tau." Jawab Alvin jujr. Dia memang tak tau bagaimana kelanjutan nasib hubungannya dengan Via. Tasya mengalihkan pandangannya menatap Adiknya dengan tatapan heran.

"Kok bisa nggak tau?" tanya Tasya heran. Alvin menatap Kakaknya sambil tersenyum lirih.

_____

LOVE GREET Seri 2 : You Are My Destiny #Y.A.M.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang