PART XI (BAG.4)

2.4K 119 2
                                    

Dan benar saja. Via memarahi Deva. Lebih tepatnya menghilangkan rasa malunya karena pasti sudah ketahuan oleh dua orang yang sedari tadi dia perhatikan.

"Lo kalo mau jahilin gue liat-liat sikon dong Dedep! Sumpah ya lo bikin gue gemes pengen becek-becek lo tau nggak!" marah Via sambil dia mempraktekkan sedang membecek-becek orang sakin gemasnya sama Adik sahabatnya.

Deva melirik kebelakang Via menatap bingung dua orang dimeja makan yang kini sedang memperhatikan kearah mereka sekarang.

"Ngapain lo pake ngintip-ngintip?" tanya Via gemas. Sumpah. Dia pengen terjun dari lantai 15 Hotelnya Rio saking malunya.

"Siapa yang ngintip? Kak Via kali yang ngintip dari tadi berdiri doang disini." Sumpah demi apapun. Adik Ify ini ngeselin apa emang polos sih. Via memejamkan matanya. Sumpah malu banget dia sekarang.

"Lo udah dari tadi disini Vi?" itu suara Cakka. Kini pemuda itu berdiri dibelakangnya dan menatapnya dengan tatapan bertanya. Sumpah Cakka menahan senyumnya dengan susah payah saat melihat wajah Via saat gadis membalikkan tubuhnya.

Via melihat Shilla yang berdiri disamping Cakka dengan tatapan canggung. Sungguh.

Suasananya kok jadi kayak gini sih? Nggak enak banget aduh. Rutuk Via dalam hati.

Cakka mengerutkan keningnya menatap Via aneh. Via terlihat sangat gelisah. Lalu Cakka mengalihkan pandangannya kearah Shilla yang berdiri disampingnya. Gadis itu terlihat lebih tenang. Tapi tetap saja tak bisa menyembunyikan tatapan sendunya saat menatap Via. Cakka menghela napasnya.

Sumpah ya. Cewek kalo lagi galau dan patah hati asli parah banget. Batin Cakka tak percaya. Cakka lalu mengalihkan pandangannya pada Deva yang terlihat bingung menatap dia, Via, dan Shilla bergantian. Cakka meringis lalu geleng-geleng kepala heran.

"Lo mau kemana Dev?" tanya Cakka mencoba menyelamatkan pemuda awal Dewasa itu dari suasana mencekam saat itu.

Deva terlihat bingung menatap Cakka yang menaikkan sebelah alisnya menunggu jawaban Deva.

"Oh. Mau kedapur ambil camilan Kak." Kata Deva setelah mengerti arti tatapan Cakka padanya. Cakka menganggukkan kepalanya.

"Ya udah yuk sama gue! Gue juga laper." Kata Cakka lalu membalikkan badannya dan berjalan kembali menuju dapur yang ada dibelakangnya. Deva yang bingung hanya menatap dua gadis yang masih saling terdiam itu dengan tatapan bingung lalu segera melangkahkan kakinya menyusul Cakka. Kabur lebih tepatnya.

_____

Cakka mengambil sekaleng minuman soda dari dalam kulkas. Dia ingin mendinginkan kepalanya yang terasa mau pecah saking panasnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi antara Kak Via sama Kak Shilla sih Kak?" tanya Deva sambil meletakkan beberapa camilan yang baru saja diambilnya dari lemari penyimpanan diatas meja bar. Cakka menyenderkan badannya bertumpu pada kulkas menghela napasnya berat lalu menatap Deva dengan tatapan serius.

"Kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu Kak?" tanya Deva heran. Cakka menatap Deva sambil berpikir.

"Lo udah pernah liat cewek patah hati belum Dev?" tanya Cakka serius. Deva mengerutkan keningnya heran.

Ngapain coba Kak Cakka tanya kayak gitu sama gue? Bukannya dia tiap hari liat cewek-cewek yang dia putusin patah hati? Tanya Deva heran dalam hati sambil menatap Cakka aneh.

"Bukannya lo tiap hari liat cewek-cewek lo patah hati gara-gara lo putusin ya Kak?" tanya Deva santai. Cakka mendelik menatap Deva.

"Yang bener-bener patah hati." Kata Cakka kesal.

"Emang mantan pacar lo nggak ada yang bener-bener patah hati sama lo Kak? Waaa... tragis." Kata Deva mendramatisir sambil menatap Cakka prihatin .

"Kunyuk! Ngapain lo natap gue kayak gitu!" kata Cakka kesal dengan tatapan Deva. Deva hanya mengangkat bahunya santai lalu membawa nampan yang sudah terisi banyak camilan yang dia siapkan tadi meninggalkan Cakka.

"Yak kunyuk! Balik lo sini!" teriak Cakka kesal.

Deva terkekeh mendengar teriakan Cakka barusan. Dia yakin pasti Cakka sedang mencak-mencak sekarang. Hahahaha....

_____

Iel termenung dikamarnya. Memikirkan apa yang telah dia katakan pada Shilla tadi saat gadis itu datang kekamarnya untuk mengantarkan makan siang. Sesungguhnya Iel tau jika gadis itu sudah berada dirumahnya sejak tadi pagi dan mendengar gadis itu yang sedang bercanda dengan Deva, Ray dan Cakka. Tapi siapa Iel sampai dia tiba-tiba datang menemui gadis itu. Dia merasa dia tak pantas menerima cinta gadis itu. Gadis itu terlalu baik. Dia tak ingin menyakiti gadis itu suatu saat nanti.

Tapi lo udah nyakitin dia Yel. Dengan bilang lo nggak bisa bales perasaannya. Itu udah nyakitin dia. Kata Batin Iel bersuara.

"Apa gue keterlaluan? Gue cuman mau lo jangan melakukan hal itu buat gue lagi Shil. Gue nggak mau jadi beban lo. Lo harusnya bahagia dengan cowok baik diluar sana! Bukannya ngurusin gue yang patah hati gara-gara cewek lain! gue nggak bisa nerima semua kebaikan lo itu Shil!" gumam Iel pelan sambil meremas dadanya.

Sesak. Sungguh sesak rasanya saat mengatakan semua itu pada gadis itu. Terlebih melihat senyum gadis itu. Dia merasa menjadi lelaki paling bejat didunia ini. Sungguh. Dia tak pantas untuk menerima cinta Shilla yang sebesar itu. Iel mengusap wajahnya kasar.

Kenapa masalah datang bertubi-tubi padanya. Cinta pertamanya, sahabatnya, dan gadis itu. Apa yang harus dia lakukan sekarang?

"ARGHHH!!" teriak Iel meluapkan semuanya.

_____

"ARGHHH!!" Cakka langsung tersentak kaget mendengar teriakan itu. Pasalnya saat ini Cakka sedang berada tepat didepan kamar Iel karena akan menuju kamar Deva yang ada disebelah kamar Iel.

"Siapa yang teriak Kak?" tanya Ray begitu keluar dari kamar Deva.

"Bang Iel" pekik Deva saat berpikir bahwa itu adalah suara teriakan Iel. Mendengar seruan Deva membuat mereka saling pandang. Lalu sedetik kemudian mereka langsung bergegas masuk kedalam kamar Iel yang untung saja tak dikunci oleh sang pemilik kamar.

*****

LOVE GREET Seri 2 : You Are My Destiny #Y.A.M.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang