PART XIII (BAG.3)

2.5K 117 4
                                    

Ify menepati janjinya pada Deva, setelah makan siang mereka berdua langsung keruang santai yang ada piano didalamnya. Dirumah itu memang ada grand piano mengingat dulu mantan Nyonya dan mendiang Putri rumah ini selalu bermain piano.

Tapi untuk Ify. Ini adalah pertama kalinya dia menyentuh piano itu. Sejak kecil dia tak pernah menyentuh piano dirumah itu karena takut dimarahi oleh Bundanya. Tapi sekarang tak ada siapapun yang akan melarangnya menyentuh piano dirumah itu.

Ray juga ikut bergabung bersama mereka. Katanya kan dia sekelas sama Deva, jadi tugasnya pastilah sama. Dan karena Ify sudah menikah dengan Kakaknya yang otomatis Ify juga Kakak Ray sekarang, jadi Ify nggak boleh pilih kasih. Kalo Ify bantu Deva ya berarti dia harus bantu Ray juga.

"Lo apaan deh Ray! Kan gue yang minta tolong sama Teh Ify. Ngapain lo ikutan nimbrung segala? Ganggu ajha sih lo!" gerutu Deva tak terima Ray mengganggu kegiatannya dan Ify.

"Kan Kak Ify Kakak gue juga sekarang. Jadi nggak bisa dong Kak Ify pilih kasih! Kalo Kak Ify bantuin lo berarti Kak Ify juga harus bantuin gue!" kata Ray mutlak. Deva memberengut kesal menyumpahserahi sahabatnya yang super nyebelin itu.

"Kalian berdua tu apa-apaan sih malah rebutan! Udah jelas gue pemilik sahnya Ify. Ngapain masih kalian rebutin coba?" kata Rio yang juga ada diruangan itu dengan sombongnya. Deva dan Ray kompak mendengus sebal. Ify hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah 3 orang itu.

"Berebut apaan ni? Gue juga mau dong!" timbrung Cakka yang baru saja bergabung dengan mereka. Kini dia sudah mengenakan baju santai. Pertemuannya di Perusahaan sudah selesai dan dia kembali tepat sebelum makan siang tadi. Dibelakangnya muncul seorang gadis yang sudah tak asing lagi untuk mereka semua.

Deva dan Ray saling menatap takut. Sedangkan Rio menatap Cakka dengan tajam. Ify geleng-geleng kepala lalu beranjak mendekati gadis yang datang bersama Cakka.

"Shilla.., kangen banget." Kata Ify manja sambil memeluk Shilla. Shilla tersenyum dan membalas pelukan Ify.

"Gue juga kangen sama lo. Gimana?" tanya Shilla dengan tatapan menggoda. Ify mengerutkan keningnya bingung. Lalu tersipu saat mengerti apa yang Shilla maksud. Shilla terkekeh pelan melihat sahabatnya itu tersipu. Sangat manis.

Jadi ceritanya kenapa Shilla bisa datang bersama Cakka, tadi saat Cakka turun dari kamarnya dilantai 2 dia melihat Shilla yang baru datang. Jadilah Cakka mengajak Shilla untuk ikut bergabung dengan penghuni rumah yang ada diruang santai.

"Jadi pada rebutan apaan?" tanya Cakka lagi. Masih penasaran dia. Deva melirik takut kearah Rio yang masih menatap tajam Cakka. Deva meneguk ludahnya lalu kembali menatap Cakka yang masih menunggu jawaban mereka.

"Teh Ify." jawab Deva. Cakka mengerutkan keningnya bingung.

"Kita lagi rebutin Kak Ify Kak." Kata Ray menambahkan. Cakka yang mulai mengerti kenapa suasana disini mendadak gerah lalu meneguk ludahnya sambil perlahan melirik Kakaknya yang baru dia tau ternyata menatapnya tajam seakan ingin menerkamnya. Cakka nyengir sambil menunjukkan 2 jarinya membentuk tanda 'V'. Rio berdecak kesal. Ify dan Shilla saling pandang lalu terkikik pelan.

"Udah sih. Apaan coba!" kata Ify menengahi perdebatan mereka berempat jangan sampai ada pertumpahan darah.

"Kak Rio habis nikah cemburuannya makin parah asli." gumam Shilla pelan namun masih bisa tertangkap oleh pendengaran Rio. Rio mengalihkan pandangannya mendelik pada Shilla. Ify menepuk jidatnya pelan. Shilla ngapain pake ikutan sih?

"Hehhe... peace Kak!" kata Shilla sambil menunjukka 2 jarinya seperti Cakka saat menyadari tatapan Rio padanya.

"Oh. Kalian semua disini?" tanya Iel yang baru saja masuk keruangan itu melihat seluruh penghuni rumah lengkap diruangan itu ditambah satu gadis yang tak asing untuknya. Iel mengerutkan keningnya heran melihat Shilla yang juga ada diantara orang-orang diruangan itu. Namun segera dia menormalkan keningnya dan bersikap normal lalu duduk disofa disamping Rio.

Iel juga sudah kembali dari kantornya saat makan siang tadi. Dia yang memang tau Adiknya pulang pagi itu langsung pulang begitu pekerjaannya selesai dan menyerahkan sisanya kepada Asistennya. Karena ada hal penting yang harus dia bicarakan dengan seluruh penghuni Rumahnya.

"Ify pikir Abang balik lagi ke Kantor." Kata Ify sambil duduk disofa yang ada dihadapan Iel dan Rio. Shilla ikut duduk disamping Ify menatap heran Iel dengan perasaan tak enak. Seperti akan ada terjadi. Cakka juga ikut duduk dipinggiran sofa yang diduduki Shilla karena memang tak ada tempat kosong lagi.

"Ada hal penting yang mau gue bicarain sama kalian." Kata Iel tanpa menjawab pertanyaan Ify. Ah. Itu pernyataan bukan pertanyaan jadi tak perlu jawaban. Cukup memberikan senyum pada Adik perempuannya itu untuk menjawabnya.

Semua yang ada diruangan itu selain Iel saling pandang. Entah mengapa perasaan mereka tidak enak.

_____

Shilla menghela napasnya berulang kali. Setelah pembicaraan mereka diruang santai tadi semuanya langsung berpencar. Sibuk dengan pikiran dan urusan mereka masing-masing.

Ify langsung berlari kekamarnya dan dikejar oleh Rio. Deva dan Ray juga langsung kembali kekamar mereka karena Ify yang tiba-tiba pergi jadi tak mungkin mereka mengerjakan tugas mereka saat itu. Cakka juga langsung pamit pergi entah kemana.

Dan disinilah Shilla. Karena bingung mau kemana akhirnya dia memilih untuk ketaman belakang Kediaman Umari. Karena dia tak yakin pikirannya akan fokus jika dia langsung pulang. Itu sebabnya dia memutuskan untuk menenangkan dirinya terlebih dulu.

Shilla mendongakkan kepalanya saat merasa ada seseorang yang duduk disampingnya. Shilla langsung mengalihkan pandangannya kesamping untuk mengetahui siapa orang itu. Shilla langsung terdiam saat tau siapa orang itu. Namun kemudian Shilla langsung kembali menundukkan kepalanya sedih. Entah mengapa dia tak ingin melihat orang itu sekarang. Mungkin dia kecewa.

"Gue tau lo kecewa sama keputusan yang gue ambil." Kata Iel, orang itu menatap lurus kedepan. Dia sangat tau semua orang disana tadi pasti kecewa dengan keputusan yang telah dia ambil. Tapi bagaimanapun juga Iel tak punya pilihan lain.

Shilla hanya diam tak menjawab apapun. Dia terus menundukkan kepalanya. Menggigit bibir bawahnya menahan airmatanya yang ingin keluar. Dia tidak boleh menangis disini. Apalagi didepan orang ini.

Siapa gue sampe gue berani nangis didepan lo Kak? Batin Shilla berteriak agar dia tak menangis saat ini. Iel mengalihkan pandangannya kesamping saat tak mendengar respon apapun yang dikeluarkan gadis disampingnya. Iel sedikit menundukkan kepalanya karena memang Shilla yang menundukkan kepalanya lalu menghela napas pelan. Dia tau pasti ini yang akan terjadi. Sebenarnya tadi Iel ragu untuk mengatakannya saat melihat gadis itu ada diantara penghuni rumah lainnya. Tapi dia tak bisa menundanya lagi.

"Jangan pernah tunggu gue! Lo harus terus bahagia Shil! Temukan kebahagiaan lo tanpa gue!" setelah mengucapkan itu Iel langsung beranjak dari duduknya yang melangkah meninggalkan Shilla.

Saat itu juga pertahanan Shilla hancur. Gadis itu langsung menangis. Menumpahkan segalanya. Semua rasa sesak didadanya.

"LO JAHAT KAK IEL! LO JAHAT!" teriak Shilla sambil meremas dadanya yang sangat sesak.

Iel menghentikan langkahnya saat mendengar teriakan itu. Dia memejamkan matanya dan menghela napasnya. Perlahan Iel membuka matanya lalu kembali melangkahkan kakinya.

Maaf Shil! Tapi ini demi kebaikan lo. Gue nggak bisa menjanjikan apapun sama lo. Lebih baik lo membenci gue sekarang. Batin Iel sambil tersenyum miris.

_____

maaf karena kemaren sore nggak update.. soalnya entah kenapa koneksi internet mendadak bikin kepala panas.., hehehe.., 

okk cukup disini dlu pagi ini.., happy reading All!! :):):)

LOVE GREET Seri 2 : You Are My Destiny #Y.A.M.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang