Chapter 23

4.4K 168 1
                                    

[REVISI]

~0*0~

Sampai di hotel, mereka hanya memesan tiga kamar saja. Dengan pembagian kamar sesuai intruksi Fian.

Kamar 1 : Fian, Faiz, Ali, dan Wulan (berhubung mereka adik-kakak jadi tak apa jika mereka satu kamar)
Kamar 2 : Aldi, Ikbal, Raka, dan Arif
Kamar 3 : Ratna, Nurul dan Jen

Ditengah malam gelap gulita, lebih tepatnya jam 12 malam. Tepat saat mereka semua sedang tertidur Lelap-atau bisa dibilang hanya Wulan yang sedang tertidur sangat lelap- harus rela bangun karena suara alarm yang sangat berisik itu.

Setengah sadar dia bangkit dan mematikan alarm, masih dengan kegiatannya mengucek mata.

"Siapa sih yang nyalain alaram malam-malam gini?! Ganggu tidur gue aja. Bang Fian, bang Ali, bang Faiz? siapa yang nyetel alarm malam-malam gini?" ocehnya sembari menyalakan lampu.

Ketika lampu menyala, Wulan terkejut karena 3 abangnya itu sama sekali tidak ada di tempat. Tapi seketika pertanyaan itu dialihkan karena dia meliht sebuah note disamping alarm yang berhasil mengganggu tidurnya itu.

Unyu buka deh jendelanya trus berdiri di balkon ~Fian~

tulisan itu membuat tingkat penasaran dan kebingungan Wulan semakin menjadi, tapi sebagai adik yang baik dia mengikuti perintah abangnya.

Tepat saat dia keluar dan berdiri di balkon. Petasan yang sungguh indah meluncur dengan bebasnya, menunjukan warna yang benar-bear indah memenuhi langit malam beriringan dengan 2 helikopter yang datang dengan spanduk bertulislkan.

~Happy brithday Wulan~

{HBD inces, HBD unyu, HBD barbie, HBD sahabat kita yang cantik, HBD wulan}

Wulan hanya bisa menunjukan senyumnya yang tak tertahan sama sekali, bersamaan dengan air matanya yang entah kapan menetes begitu saja.

"Happy brithday Wulan~" Tiba-tiba suara pekikan bahagia itu terdengar dari belakang Wulan sampai membuatnya berbalik dan kembali tersenyum dengan air mata yang tiada hentinya.

Sahabatnya, temanya, dan abang-abangnya datang bersama senyum lebar milik mereka, bersama satu kue dengan strawberry sebagai hiasannya-lilinnya bahkan dibuat dari buah strawberry. Mungkin itu adalah buah strawberry yang mereka petik tadi.


Fian menghampiri adiknya yang masih terus tersenyum dengan berlinang air mata.

"Cengeng," gumamnya menghapus air mata itu. Wulan menahan kekehannya lantas bersembunyi di balik pelukan Fian.

"Udah-udah, adik dan kakak yang satu ini kalau udah masalah kayak gini pasti lama. Kapan mau potong kuenya nih?" canda Ikbal melerai aksi mello-mello itu. Wkwkwkw

Kekehan kecil terdengar sebelum akhirnya Wulan memotong kue, tapi sebelum itu dia harus meniup lilinnya dulu. Wkwk.

"Thanks, gue aja lupa sama ulang tahun gue sendiri," ujar Wulan dengan segala rasa terima kasihnya.

"Santai aja. Lagian udah jadi tanggung jawab kita sebagai sahabat ngingetin lu yang udah tua, haha..." tawa Nurul dan Jen pecah.

"Apaan sih lu. Awas lu ya.. sini lu... " bagai kucing dan tikus, mereka bermain kejar-kejaran disana, karena Wulan tak terima dibilang seperti itu.

Nerd Metropolitan ✅ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang