Chapter 7

6.2K 227 2
                                    

[REVISI]

----- 🎀 -----

"Sayang, kamu gak bareng bang Fian?" tanya Ketty yang melihat tindakan putrinya, Wulan.

Gadis itu tidak masuk ke dalam mobil Fian atau mobil Ali atau bahkan naik motor Faiz. Ia malah melengos begitu saja.

"Gak ma, Wulan naik angkot aja. Assalamu'alaikum, ma," salam Wulan cepat-cepat berlari keluar dari gerbang.

Fyi. Wulan kesal karena kebohongan abangnya. Meski ia tahu kalau Ketty yang melarang untuk memberi tahu penyakitnya kemarin, Wulan tidak akan menyalahkan Ketty karena beliau adalah Ibu yang sangat berharga baginya. Dan ya, kesalahan itu dilimpahkan pada ketiga abangnya itu. Makanya dia tidak berbicara atau melihat ketiga abangnya sejak tadi.

Naik angkot adalah hal yang dilakukan Wulan sekarang. Dan saat di angkot adalah saat-saat paling menyebalkan menurut Wulan. Mengalahkan hewan kecil yang membawa rumah.

"Bang, bisa nyetir gak sih? Atau gak punya bensin? Jalan kayak keong lemot banget. Keong mah mending lemot tapi lancar jalannya, ini udah lemot ngadet-ngadet lagi! Banyak anak sekolah nih bang, kalau telat gimana?" kesal Wulan, bagaimana tidak kesal. Jelas angkotnya sangat lambat sekali.

Mendengar kekesalan Wulan, siswa/i di bangku belakang melirik menyetujui penuturan Wulan yang duduk di samping supir.

Dan bagai diserang seluruh masyarakat, supir itu menginjak gasnya dengan kecepatan rata-rata. Berhenti sesekali jika ada penumpang yang ingin turun atau naik.

Wulan sampai tepat pada waktu biasa dia datang.

"Morning my bestfriends~" sapanya selalu saja semangat. Tapi kali ini ada yang berbeda.

Wulan mendapat pelukan lebih dulu sebelum ia memeluk kedua sahabatnya itu. Rindu kah? Ya, sepertinya.

"Kangen~" seru mereka serempak.

"Haha... kalian baru juga ditinggal 2 hari, udah kangen?"

"Iya dong, secara lu kan sahabat kita..." ucap mereka kembali berbarengan.

Wulan manggut-manggut. "Udah ah, duduk. Capek gue. Gue harus hemat tenaga, sebelum kakak cabe datang."

Iya, harus berjaga-jaga. Belajar dari pengalaman. Wulan harus bersiap kalau-kalau Erika datang dan membalas juga membahas tentang hal yang sama berulang-ulang kali. Namanya juga cinta buta.

Tett!!

Bel istirahat yang ditunggu. Sampai saat ini masih aman, langkah mereka mulus menuju kantin, memesan makanan dan terakhir menjadi tempat untuk mereka duduk.

Terlalu ramai.

"Eh Jen, Nurul," sapa seseorang yang berhenti di hadapan mereka. Mengalihkan tatapan ketiganya yang sedang beredar mencari bangku kosong. Dia Aldi.

"Eh, ada Wulan juga. Ulan udah sembuh?"

Karena Wulan berdirinya di belakang, Aldi baru bisa melihat gadis kecil culun itu setelah Wulan sendiri yang memunculkan diri karena sapaanya tadi.

"Udah kok bang," jawab Wulan dengan senyumannya.

"Alhamdulillah..." Sejenak Aldi menunduk. "Belum dapat tempat duduk kan? Duduk bareng kita aja yuk!" ajaknya langsung saja menarik Wulan bersamanya.

Ia menyapa Jen dan Nurul, berbicara dengan mereka, tapi Wulan yang ia genggam tangannya untuk menghampiri meja yang sangat dihindari. Harus dihindari.

Nerd Metropolitan ✅ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang