Chapter 6

7.2K 273 5
                                    

[REVISI]

----- 🎀 -----

Wulan sampai di rumah jam 8:00 pagi.

Untuk beberapa alasan, Wulan memaksa Ketty agar meninggalkan rumah sakit hari ini. Dia benci rumah sakit, dia tidak suka bau obat yang menyengat.

Dan untuk beberapa hal, Ketty membawa satu suster sebagai perawat Wulan. Sakitnya belum sembuh, tidak mungkin Ketty bersedia membawa Wulan pulang kalau tidak dengan pengawasan dokter.

Sampai di rumah Wulan langsung dibantu oleh suster dan Ketty menuju kamar tak lupa Infus selalu menemaninya. Berbaring dengan nyaman, lebih baik di kamarnya dari pada di rumah sakit, sebagus apapun rumah sakit itu tetap saja tidak nyaman.

"Ma," panggil Wulan.

"Kenapa sayang?"

"Wulan lapar."

"Yaudah nanti ya, mama bilang ke bibi dulu," kata Ketty yang hendak keluar tapi Wulan segera menambah sesuatu.

"Tapi Wulan maunya makan bubur sumsum sama bubur kacang ijo," timpalnya. Ngidam.

"Yaudah mama beli di luar, tunggu di sini jangan kemana-mana. Kalau mau apa-apa ada bibi sama suster," pesan Ketty.

"Siap bos!"

Mendapat jawaban yang bisa dipercaya, Ketty pergi. Rasa cemas tentu saja ada, dia tidak ingin meninggalkan putrinya dalam keadaan seperti itu. Tapi yasudah.

Jadilah Wulan hanya ditemani Bibi Rini dan suster. Beberapa kali Bibi Rini bertanya tentang kondisi Wulan dan Wulan akan menjawab dengan senyuman saja.

Sedikit yang Wulan tahu, dia bukan terkena demam biasa dan melihat beberapa gejalanya, Wulan dengan ragu menyimpulkan bahwa dia terkena Tipes. Walau Ketty tidak memberitahunya, gejala ini bisa ia kenali dari beberapa info di internet kan.

~0*0~

"Bang! Bang Fian!" panggil Jen berlari kearah Fian dan gengnya yang sedang berjalan santai menuju kelas. Tak lupa Nurul yang selalu setia bersama Jen.

Merasa namanya dipanggil oleh seseorang yang sudah sangat dikenalnya, Fian berhenti dan menoleh.

"Ehhh Jen, Nurul, kenapa?"

"Mau tanya kondisi Ulan. Dia udah sadar apa belum? Udah baikan? Kapan kita boleh jenguk dia?" tanya Jen bertubi-tubi.

"Kita mau tanya langsung tadinya, tapi lupa tukeran contact," sahut Nurul.

Fian menghela napas pelan. Wanita ya seperti itu. Harus sabar ya.

"Gue juga belum tahu. Bentar, biar gue coba telfon dulu," ucap Fian berjalan sedikit menjauh.

"Halo... assalamu'alaikum."

Suara Wulan terdengar di sebrang. Cukup terkejut mendengar adiknya yang menjawab, dia pikir Wulan belum sadar.

"Wa'alaikumussalam. Unyu gimana kondisinya? Udah baikan?" tanya Fian.

"Bang Fian jawab dulu pertanyaan Wulan. Wulan sakit apa?"

"Demam." Fian menjawab sama seperti jawaban Ketty. Disebrang hening. Tidak ada sahutan lagi selama beberapa detik.

"Yaudah kalau gitu. Wulan udah sembuh!"

Nerd Metropolitan ✅ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang