[REVISI]
~0*0~
Hari pertama di mulai. Mereka sampai di pantai yang dimaksud kan. Wulan sudah asik berjalan menelusuri bibir pantai menikmati embusan angin dan lembutnya pasir pantai menyapa kakinya yang tak beralas.
"Kayak anak kecil," gumam Fian di sebrang. Mereka duduk bersantai dengan obrolan yang entah siapa yang memulai.
"Kok gak kebayang ya kalau dia nanti nikah," sahut Ratna memandang objek yang sama.
Fian terkekeh. "Masih lama," serunya.
"Tahu darimana kalau masih lama?"
"Ya tahu lah, aku kan abangnya. Dia gak boleh nikah kalau belum selesai sekolah, lagi pula dia belum punya pacar, bagaimana mau nikah," Fian beralasan, padahal dia tidak ingin menyetujui kenyataan yang mungkin hanya tinggal hitungan tahun saja akan terjadi.
Ratna terkekeh. "Dasar abang protective!" cibirnya kemudian pergi menghampiri Wulan.
"Hai, adik ipar," sapanya semangat.
Wulan berdesis. "Hai, orang yang berharap menjadi kakak ipar, aamiin..."
Mereka terkekeh. "Gimana hubungan lu sama Aldi?"
"Hm?" detik itu juga Wulan berhenti. "Kenapa Nana tanya masalah itu? Emang ada hubungan apa Wulan sama abang Aldi?" langkahnya berlanjut.
"Gak usah ditutupi, toh Fian tahu. So, kalau Fian tahu gue juga tahu, iya kan?" Ratna menggali informasi atau sekadar ingin meledek.
Pasir halus itu ditendang Wulan sedikit. "Wulan gak tahu apa yang diomongin abang Fian sama abang Aldi, yang Wulan tahu," ia menatap Ratna.
"Wulan suka sama abang Aldi," katanya serius. Tatapannya mengatakan hal yang sama. Ratna sampai tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Dia senang?
Langkah mereka berlanjut. "Tadinya Wulan pikir, rasa sukanya cuma sebatas rasa suka yang sama kayak Wulan suka sama abang Fian sebagai kakak. Tapi, ya... gitu," jelasnya kebingungan.
Ratna terkekeh, kepalanya menggeleng-geleng tak karuan. Memang abg itu berbeda.
"Jadi, lu udah yakin kalau lu suka sama Aldi dalam arti gue sama Fian?" Wulan menunduk dengan senyuman. "Yaudah jadian aja kalian berdua."
"Ha?" Penuturan yang tidak masuk akal.
"Kenapa?"
"Gak segampang itu kali," sahut Wulan berdecak.
"Gampang lah, lu suka sama Aldi, Aldi suka sama lu, terus apa yang susah?" tutur Ratna terkesan menuntut.
Wulan mengernyit, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. "Wait, tadi Nana bilang apa? Abang Aldi suka sama Wulan?" tanyanya.
Ratna mengangguk. "Lu bukan cewek polos, lugu, yang hampir sama kayak orang bego kan sampai gak tahu kalau Aldi suka sama lu?"
Dia berpikir, tidak bisa menjawab iya atau tidak. "Dodol garut lu. Udah, gak usah dipikir, gue tahu lu belum makan coklat. Kuy, lah gue traktir," ajak Ratna cepat.
Adik iparnya ini memang kelewat lugu dan polos sampai hampir sama dengan orang bodoh dalam masalah percintaan. Sepolos-polosnya orang dia pasti bisa baca situasi.
Mereka sampai di salah satu kedai penjual es krim. Bukannya tadi bilang mau makan coklat ya? Sudahlah biarkan saja. Wulan memesan rasa Vanilla sedangkan Ratna memesan rasa Strawberry. Mereka perlu mencari tempat duduk. Tapi, baru saja berbalik, Wulan menemukan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd Metropolitan ✅ [REVISI]
Teen Fiction[END😘😘😘] SUDAH TERBIT Silahkan cek di online shop kalian guys. Nerd itu bukan berarti aku harus culun dan menerima semua ejekan orang-orang. Aku tidak suka ditindas. Aku tidak suka diam. Aku tidak suka kebodohan. Aku tidak suka temanku terluka. A...