Chapter 33

3.9K 161 3
                                    

[REVISI]

~0*0~

"Sayang, kenalin, dia Laila. Anaknya teman mama," ujar Ketty memperkenalkan.

Wulan melempar tatapan malas seraya menghela napas bosan. Dia lupa menyebutkan nama orang yang sudah membuatnya merasakan pengkhianatan beberapa bulan yang lalu.

"Udah kenal," jawab Wulan cuek.

"Berarti kalian bisa jadi teman," sahut Syam mengusap puncak kepala Wulan.

Wulan memandang Syam dengan tatapan sulit ditebak.

"Udah yuk, kita ngobrol di ruang tengah aja biar nyaman."

Wulan memilih berjalan di belakang mereka, tidak ada niat untuk berbincang atau bahkan mendengar perbincangan mereka. Haruskah ia bilang sekarang agar Laila terusir dengan perasaan kesal danmalu sebesar-besarnya dari rumah ini?

"Ehh, ada tamu ternyata," pekik Ketty menyaksikan penuhnya ruang tengah mereka.

"Malam om, tante. Iya nih, tadi habis belajar," sapa dan jawab Aldi.

"Hai, abang Aldi," sapaan dari Laila terdengar.

Alhasil Wulan menatapnya dengan tatapan jengah sekaligus kesal. Telinganya seakan panas mendengar suaranya yang sok imut itu menyapa Aldi. Tangannya yang bersedekap dada bahkan sampai mengepal kuat.

"Laila?!" Kejutan. Terkejut karena Laila bisa masuk ke dalam rumah Syam dengan baik. "Kok-bisa sama om dan tante?"

Semua sudah duduk kecuali Wulan yang menjauh, berdiri bersadar di ujung tangga menyaksikan mereka dari jarak tertentu. Wulan bukan bermaksud menimbulkan dendam, namun ia membalas apa yang sudah Laila lakukan padanya. Jika Laila berbuat baik, ia akan berbuat baik bahkan melupakan kejadian di Bandung itu.

"Wulan, kamu gak duduk?" seru Ketty membuat mereka menoleh kearah Wulan. Terutama Aldi.

Menjadi pusat perhatian Wulan memasang senyum terpaksanya. "Gak ma, Wulan di sini aja udah rada ngantuk soalnya," sahut Wulan dengan alasan.

Sejujurnya Wulan pegal, ia ingin duduk tepat di samping Fian. Namun, berhubung obrolan di dominasi oleh Laila, ia memilih berdiri saja, malas mendengar penjelasan pasaran yang dijelaskan oleh Laila kepada semua orang.

Fian, Faiz, Ali, Raka, Ratna, dan Ikbal, fokus dengan obrolan mereka, sedangkan Aldi fokus memerhatikan Wulan. Raut wajah kesal bercampur lelah terlihat dengan jelas di wajah gadis itu. Lalu Laila yang sejak tadi memerhatikan Aldi memasang raut kesal karena tahu siapa yang sedang diperhatikan Aldi. Bukan dirinya.

"Gimana kalau kita makan malam?" ajak Ketty diangguki.

Mereka berjalan menuju ruang makan, sedangkan Wulan masih stay di tempatnya. Lalu Aldi ikut diam di posisinya. Tidak benar jika ia meninggalkan Wulan sendirian.

"Bang Aldi, ayok kita makan."

Seketika Aldi menoleh kearah lengannya yang digenggam oleh Laila. Dilepaskannya dengan cepat.

"Duluan aja, gue mau ke sana sebentar," ucapnya menunjuk kearah Wulan dan dengan segera menghampiri gadis yang dituju. Merasa di tolak, Laila menghentakkan kakinya kesal menuju ruang makan.

"Hei, makan yuk!" ajaknya semangat.

Wulan yang sebelumnya menduduk dengan sumpah serapahnya seketika menoleh disusul helaan napas lelahnya.

"Gak ah," tolak Wulan.

Aldi mengerti, ia ikut bersandar di samping Wulan.

"Makan yuk, dari tadi belum makan kan. Nanti gak bisa tidur loh kalau lapar," bujuknya lagi. Wulan menggeleng.

Nerd Metropolitan ✅ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang