Chapter 8

7.1K 261 6
                                    

[REVISI]

----- 🎀 -----

Bosan menjadi penonton, Wulan berpikir mengenai langkah selanjutnya. Keempat laki-laki itu sudah tidak bertengkar lagi, mereka sibuk mengerjakan tugas dengan tv yang sudah dimatikan.

Well, belajar butuh cemilan. Begitulah yang dipikirkan Wulan sehingga gadis kecil itu datang dengan nampan berisi orange jus plus cemilan yang ia buat.

"Hai bang, nih cemilannya," ucapnya bersama nampan yang berhasil mendarat mulus di meja penuh alat-alat tulis juga dua buah laptop.

"Wih! Dapat cemilan kita, makasih ya, Lan," ucap Raka mengambil potongan pertama cemilan itu.

Wulan hanya memasang senyum manisnya lalu pergi ke kamar sebelum mendapat omelan dari Fian karena dia muncul di sini. Padahal beberapa jam yang lalu Fian sudah menyuruhnya ke kamar.

"Subhanallah... ini kue atau apa, Yan?! Enak banget bro. Buat gue aja lah!" Pekik Raka merampas toples kue yang Wulan bawa tadi ke dalam tasnya.

"Eh enak aja. Gak boleh!" protes Ikbal kembali merampas toples itu dan ikut memakan isinya. "Makanan enak itu harus dibagi-bagi," katanya.

"Ini buatan siapa, Yan? Tante?" tanya Aldi kurang peka. Jelas yang membawa kue tadi Wulan. Well, siapa yang bisa menebak kalau gadis itu ternyata pandai memasak.

"Bukan, nyokap gue belum pulang," jawab Fian ikut mencicipi meski tidak mengalihkan pandangannya.

"Trus siapa dong yang buat?" Aldi penasaran.

"Ya Wulan lah, kan tadi dia yang bawa. Udah lanjutin tugasnya, nanti keburu malam."

Mau tak mah mereka melanjutkan tugas mereka. Walaupun ketiga laki-laki itu masih bergumam mengenai cemilan itu. Fian memilih diam saja, membiarkan mereka memuji kue butan adiknya yang memang enak.

Terus berlanjut sampai jam menunjukan pukul 7 malam. Ketty pulang.

"Assalamu'alaikum," salam Ketty memasuki rumah.

Mereka sontak menyudahi segala kegiatan dan menyambut Ketty layaknya menyambut Ibu mereka sendiri.

"Wa'alaikumussalam," jawab mereka serempak kemudian mencium punggung tangan Ketty.

"Kalian di sini. Kerjain tugas atau main nih?" tanya Ketty dengan senyum hangatnya.

"Kerjain tugas tante," jawab Aldi mewakili.

"Mama~" pekikan Wulan dari lantai atas menggema. Dia berlari kecil menuruni tangga untuk memberi pelukan hangat pada Ketty yang baru saja pulang.

Ketty menerima pelukan itu dengan senang hati. Rasa lelahnya hilang begitu saja. Dengan sayang Ketty mencium kening putrinya itu. Seandainya ia menerima pelukan seperti ini sejak 10 tahun yang lalu, mungkin harinya akan terasa sangat cepat.

"Kamu belum tidur? Biasanya jam segini udah tidur, kenapa hm? Ada apa? Bang Fian sama teman-temannya berisik ya? Kalau berisik biar mama hukum sekarang," ujar Ketty cepat.

"Gak kok ma, Wulan emang belum ngantuk. Sekalian mau makan malam sama mama," jawab Wulan kembali memeluk Ketty. Wangi parfum Ketty membuat Wulan betah berlama-lama di dalam dekapan Ibunya.

"Wihh, makan nih, boleh kali ikutan," seru Raka dengan tingkahnya.

"Yaudah ayok kita makan sama-sama. Oh ya, Ali sama Faiz mana?"

"Tadi papa telfon, katanya bang Ali sama bang Faiz suruh susul papa ke sana," jelas Wulan.

Ketty mengangguk. "Bentar ya, tante masak dulu."

Nerd Metropolitan ✅ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang