Chapter 46

3.9K 154 3
                                    

[REVISI]

~0*0~

Keadaan hening. Wulan sampai di hadapan keduanya, menatap mereka sesekali menunduk seperti menahan sesuatu. Syam dan Ketty mengerti, mereka pergi. Ini urusan anak muda dan ini adalah privasi putrinya.

Ratna menggenggam tangan Fian kuat, dia takut seperti menonton film eksekusi. Keputusan apa yang akan Wulan katakan pada pasangan di hadapannya?

Perlahan Wulan menarik napasnya, mengatur peredaran oksigen yang ia hirup. Jangan sampai terlalu terlihat jika ia merasa sesak. Lalu, ia menatap Aldi.

Aldi yang sekarang hanya bisa ia tatap, tidak bisa ia peluk atau bermanja seperti tiga tahun silam. Semuanya sudah berubah, Aldi sudah memasang dinding di hadapannya. Tak apa, Wulan tahu kalau itu bisa saja terjadi dan Wulan bisa menerima hal itu-setidaknya berusaha.

"Ini, sorry gue gak sempat datang ke acara tunangan kalian dan kasih langsung hadiahnya," ucap Wulan memberi sebuah kotak kecil kepada Laila. Hadiah pertunangan mereka.

Laila menerimanya, tapi tatapan itu seakan terkejut dan takut. "Lan, ini--"

Ucapan Laila tidak genap karena Wulan mengulurkan tangan. "Sebelumnya gue mau minta maaf karena gak bisa hadir di acara pernikahan kalian nanti," ucap Wulan.

Tar!

Bagai petir di siang bolong. Acara pernikahan yang di sembunyikan bahkan tidak memiliki kabar setidaknya sebelum Ketty bertanya tadi ternyata sudah diketahui oleh Wulan. Laila terkejut, sungguh terkejut. Ini di luar dugaannya. Sahabatnya merelakan kekasihnya begitu saja?

"Emang Incess mau kemana?"

"Australia," jawab Wulan.

"Unyu mau ke Australia? Ngapain?" sahut Fian.

"Tante Lia paksa Wulan untuk balik ke Australia ada yang mau di omongin katanya dan kayaknya Wulan bakal balik tinggal di sana, mungkin kalau ada libur aja baru pulang ke sini," jelas Wulan kembali mendapat reaksi terkejut. Beruntung Ketty sudah masuk.

"Bie, kamu mau tinggal di sana, terus mama bagaimana? Abang? Abang gimana? Masa kamu mau tinggalin abang lagi?" mendramatisir Faiz.

Wulan tersenyum tipis. "Wulan udah janji sama tante, abang kalau main ke sana bisa kok, tante pasti ijinin. Udah ya, Wulan mau istirahat. La, sekali lagi gue minta maaf ya, nanti hadiahnya gue titip sama Stevan," ujarnya sekali lagi menatap Laila dan Aldi bergantian lalu pergi ke kamarnya.

Tak!

Pintunya sudah terkunci. Wulan langsung terduduk lemas bersandar di pintunya, sejak tadi dia menahan diri untuk tidak menangis di hadapan Aldi, untuk tidak melepas kendali pada tubuhnya yang ingin memeluk Aldi.

Rindunya menggebu. Sejak ia menatap mata teduh itu di ruang meeting saat itu. Sejak ia melihat penampilan suara khas itu di acara pertunangannya. Sejak ia melihat laki-laki itu mencarinya menembus hujan deras. Sejak ia tidak bisa tidur karena belum memberi obat kepadanya. Sejak pertemuan mereka selalu saja terjadi. Wulan terus melapisi dirinya, meminta bantuan untuk menopang dirinya setiap kali pertemuan itu terjadi.

Dan sekarang adalah titik terlemahnya. Ia tidak bisa berbuat banyak. Tidak ada lagi kebebasan menggenggam tangannya, memeluknya, dan menangis serta bermanja bersamanya. Tidak akan ada lagi.

Nerd Metropolitan ✅ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang