Chapter 2

9.7K 386 7
                                    

[REVISI]

----- 🎀 -----
"

Hallo, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Unyu dimana? Nyasar? Main ke rumah teman? Dimana Nyu, biar abang jemput. Kalau nggak tahu alamatnya tanya sama orang-orang dipinggir jalan," ucap Fian bertubi-tubi. Tidak ada jeda untuk menjawab.

"Wulan di rumah bang, tadi Wulan pulang soalnya bosan di sana. Habisnya Wulan gak bawa dompet, trus pas Wulan pulang, Wulan ketiduran. Lupa deh mau bilang. Sorry..."

Mendapat jawaban tenang dari adiknya, Fian menghela napas lega. Keberadaannyapun jelas. Tidak ada lagi alasan Fian untuk khawatir.

"Alhamdulillah, abang kira Unyu hilang atau diculik. Lain kali kalau mau pulang telfon dulu atau ke kelas abang gitu, jangan bikin abang serangan jantung. Ngerti?"

"Iya abangku yang ganteng dan tersayang udah ya, kayaknya tadi Wulan dengar udah bel deh. Masuk gih ke kelas, nanti dihukum lho."

"Yaudah, hati-hati ya di rumah jangan kemana-mana, tunggu abang sama yang lain pulang, oke?" pesan Fian untuk yang terakhir kali.

"Oke, titip salam buat bang Faiz sama bang Ali. Assalamu'alaikum."

"Iya, Wa'alaikumussalam," jawabnya dan sambungan pun terputus.

"Gimana, Yan? Bie baik-baik aja kan? Nggak di culik atau nyasar kan?" tanya Faiz langsung saat dia melihat Fian mematikan telfonnya.

"Gak, dia gak apa-apa. Dia di rumah, katanya bosan di sini soalnya gak bawa dompet. Jadi dia pulang, trus ke tiduran lupa mau ngabarin," jelas Fian kembali menghela napas lega disusul yang lain.

"Alhamdulillah..." ucap mereka berlima (Faiz, Ali, Raka, Ikbal dan Aldi).

"Gimana kalau kita main ke rumah Fian? Buat mastiin adik lu baik-baik aja, sekalian gue mau kenalan dong," ucap Ikbal sambil terkekeh. Mengambil kesempatan dalam peluang. Wkwkw. Apaan sih.

"Yaudah, nanti pulang sekolah kumpul di parkiran." Final. Mereka bubar karena bel menggema tadi.

~0*0~

"Haaaa... seger banget udah selesai mandi. Duh kok gue lapar lagi ya? Jam berapa sih sekarang?"

Penampilan Wulan terlihat segar. Setelah mendapat telfon dari Fian, dia memutuskan untuk mandi dan sekarang sudah jam 3 sore.

"Perasaan gue kalau lapar nanti malam deh, udahlah biarin! Gue lapar, mau diapain, mending gue makan."

Satu persatu anak tangga dipijak untuknya turun. Menuju ruang makan yang tak jauh dari ujung tangga.

"Bi... bi... bi Rini!" pekik Wulan seperti nada bermain.

"Iya non, ada apa? Mau makan ya non?" tanya Bi Rini yang seketika menyodorkan makanan di depan Wulan. Padahal belum ada 60 detik Wulan memanggil, tapi Bibi Rini sudah sigap.

"Makasih ya bi, bibi baik deh," pujinya sebentar sebelum larut dalam kegiatan makan siang kedua. Lapar memang tidak bisa ditahan.

Bibi Rini kembali ke dapur untuk melanjutkan tugasnya meninggalkan Wulan sendiri di meja makan.

Selesai makan, Wulan pergi ke taman belakang yang dibuat khusus oleh Syam saat dia masih kecil. Ayunan yang selalu dinaiki Wulan saat itu masih berada di sana tanpa ada yang berbeda sedikit pun.

 Ayunan yang selalu dinaiki Wulan saat itu masih berada di sana tanpa ada yang berbeda sedikit pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nerd Metropolitan ✅ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang