Chapter 48

3.8K 155 2
                                    

[REVISI]

~0*0~

Acara tinggal 7 hari lagi dan Wulan justru berubah menjadi patung selama tiga hari. Tanpa makan dan hanya duduk di atas kasurnya. Yang bergerak hanyalah matanya yang mengatup, tidak lebih.

Flashback on

Wulan sedang di perjalanan pulang, baru saja hari sibuknya selesai dan ia senang karena mulai hari ini ia bisa bebas bertemu dengan Aldi.

Namun, telfon dari Arif lagi-lagi membatalkan perjalanannya. Entah apa lagi yang ingin laki-laki itu bicarakan.

Di taman, di sebuah bangku Wulan sedang menunggunya.

"Hallo, Rif, lu dimana? Jangan lama-lama, gue ada janji soalnya. Buruan!" Telfonnya putus dengan Wulan yang tak sabar. Ia ingin segera menikmati harinya.

Lama menunggu, hampir setengah jam, Arif tak kunjung datang. Wulan ingin pulang dan tepat saat ia beranjak Arif datang.

"Lu lama banget sih, gue udah mau pulang baru datang. Kemana aja sih lu," kesalnya terlampiaskan.

"Sorry, tadi gue harus susun rencana dulu," jawab Arif.

"Susun rencana buat apaan?"

"Buat dapetin lu."

"Ha--"

Bugh!

Semua selesai. Wulan tak sadarkan diri. Rencana ini.

***

"Wulan kamu dimana sayang, hik..." isakan Ketty terdengar. Seluruh keluarga berkumpul, bahkan Liam dan Lili.

Wulan dikabarkan hilang. Seluruh bodyguard telah dikerahkan, bahkan Lia ikut mencari keponakannya meski keberadaanya jauh di sana.

Polisi tidak akan membantu karena ini baru berlangsung selama 5 jam, sedangkan mereka akan memfonis seseorang hilang setelah 24 jam. Fian geram.

Padahal sudah jelas di temukan mobil dan dompet Wulan saja di taman terakhir Wulan terlihat, tapi belum dipastikan hilang bagi para polisi.

Ddrrt.

Hp Aldi bergetar, nama Linda tertera.

"Hallo, Lin," loadspeaker menyala.

"Gue tahu dimana Wulan sekarang."

"Dimana?" Ketegangan menyeruak.

"Di gedung tua belakang perusahaan Arif, dia yang culik Wulan. Ingat satu hal, dia menderita gangguan psikis, jangan gegabah."

Seperti angin lalu, nasihat tidak akan di dengar. Fian, Aldi, dan kawan-kawan melesat, membuat rencana seperti biasa.

Di lain sisi, Wulan tengah sibuk melepas ikatan tali yang ada di tangannya. Menahan rasa rasik yang menyengat, dan disaat itu pula pintu terbuka menampakan dua orang yang Wulan kenali.

"Hai cantik, apa kabar? Kepalamu sakit? Kau butuh sesuatu? Makan, minum, atau yang lain?" tanyanya membuat Wulan diam. Jantungnya tak karuan.

Cahaya yang minim membuat Wulan hanya bisa menerka-nerka dari suaranya.

Tak.

Lampu menyala. "Ini aku sayang, kekasihmu," ujarnya.

"Arif!" Iya, seharusnya dia tahu itu, Wulan melirik ke sebelahnya. "Jo?"

Nerd Metropolitan ✅ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang