Chapter 39 (2)

3.6K 146 2
                                    

[REVISI]

~0*0~

"Lan, bisa gak sih otak lu di share it ke gue. Bisa - bisanya lu punya perusahaan diumur semuda ini," Jen mendramatisir. Mereka baru saja selesai melihat semuanya.

"Papa sama mama gak marah kan?" tanya Wulan takut-takut, ia bahkan mencoba bersembunyi dibalik lengan Aldi.

Syam menghela napas pelan. Putrinya tidak bisa di sembunyikan lagi. "Papa gak marah, itu uang kamu dan hak kamu. Keahlian kamu juga tidak bisa papa larang kan, papa justru bangga kamu bisa sukses dalam waktu singkat seperti ini," ujar Syam mengerti dengan baik. Wulan tersenyum senang. Reaksi positif dari ayahnya sudah sangat bagus untuk membuatnya maju dan percaya diri kedepannya.

"Unyu dapat uang sebanyak ini dari mana? Bukannya uang jajan dari mama gak cukup buat bangun perusahaan?" Fian mengeluarkan semua sisi keponya.

"Bukannya gak bisa, sebenarnya bisa asal tahu caranya. Cuma ya, emang sih kalau dilihat dari sudut waktunya, duit jajan dari mama emang gak cukup, tapi kan Wulan punya uang jajan dari tante Lia," tutur Wulan santai.

"Tante Lia kirim uang jajan buat kamu juga?" tanya Ketty cukup terkejut akan hal itu.

"Iya. Wulan pikir karena sudah tinggal sama mama tante Lia berhenti kasih uang jajan buat Wulan, tapi ternyata gak. Jadi ya gitu, cukup lah buat bangun perusahaan."

Aldi terkekeh. Pacar kecilnya ini terlewat pintar. Dia sampai dibuat gemas.

"Bie, kalau punya banyak uang harusnya bagi-bagi sama abang," Faiz berseru selaku abang terboros.

"Itu sih maunya lu!" sahut Fian dan Ali berbarengan.

"Boleh, nih kalau mau ambil aja," ujar Wulan mengeluarkan isi dompet yang dibawa Linda. Itu dompetnya.

Faiz, Ikbal, Raka, Ratna, Nurul, dan Jen menganga tak percaya menatap kartu ATM bertebaran di atas selimut yang menutupi kaki Wulan itu. Ada sekitar 10 ATM dan 5 kartu khusus yang diberikan Lia untuknya.

"Terus, katanya kamu mau bangun sekolah. Udah dibangun?" tanya Syam.

Wulan berdecak pasrah, bahunya melemas. "Udah, sedang dalam tahap pembangunan," jawab Wulan pasrah.

"Hei, pacar kakak kok frustasi banget sih cuma karena uang. Bagaimana kalau kamu sumbang dibeberapa tempat pengajian, untuk yang kurang mampu naik haji atau umrah," saran Aldi mengusap puncak kepala Wulan.

"Itu sudah kak Aldi pacarku yang tampan, dan Allah justru menambah rezeki Wulan sampai berlipat-lipat," ucap Wulan penuh rasa syukur.

Aldi mengangguk-anggukan kepalanya. "Berarti tunggu Allah kasih jalan lagi. Sekarang rapi kan ATM-nya, di luar masih banyak yang membutuhkan." Wulan mengangguk.

"Gaji karyawan kamu--"

"Sebelumnya maaf tante, untuk pengeluaran gaji dan tunjangan karyawan, Wulan sudah mempersiapkan yang lain. Semua isi ATM Wulan sudah bersih," Linda angkat suara.

Ketty tersenyum bangga dan senang. Ia memeluk putrinya. Begitu pintar dan peduli.

"Belum lagi-" ucap jessi terpotong karena Wulan menatapnya, memberi sebuah isyarat agar tidak mengatakan apapun.

Nerd Metropolitan ✅ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang