Chapter 1

11.3K 457 0
                                    

[REVISI]

----- 🎀 -----

Pagi yang cerah untuk memulai aktivitas baru bagi para pendatang baru di Indonesia. Termasuk Wulan. Sang gadis cantik itu sekarang sudah sampai di sekolah milik sang ayah.

"Bang, Wulan keliling sendiri aja, abang masuk kelas biar nggak ketinggalan pelajaran. Oh ya, sekalian minta tolong ke ruang kepsek bilang kalau Wulan lagi di sini, takutnya nanti ditegur guru-guru. Oh satu lagi, nanti kalau udah selesai, Wulan tunggu di kantin ya," ujar Wulan panjang lebar di samping abang tersayangnya. Fian.

"Iya adik abang. Nanti di kantin kalau lapar pesan aja langsung kalau nggak bawa duit, bilang disuruh sama bang Fian, ok?" ucap Fian sambil mengelus puncak kepala adiknya.

"Oke!"

Fian dan Wulan berpisah di lorong tangga, Fian ke kelasnya dan Wulan pergi mengelilingi sekolah yang dari kejauhan sudah Wulan tebak akan menguras tenaganya.

Cukup lama Wulan mengelilingi sekolah yang seluas rumahnya di Australia, sangat luas bagaikan mengelilingi 2 gunug (pencitraan dikit) dan akhirnya dia memutuskan untuk ke kantin saking lelahnya.

Sampai di kantin, perutnya sudah berbunyi. Seluas sekolah ini, kantongnya pun sangat luas. Tak ada apapun di sana.

"Loh dompet gue gak ada, mampus!" ucap Wulan memukul jidatnya sendiri.

Tapi kok bang fian tahu ya kalau gua nggak ada uang? (wajar gak ada uang, dompet aja ga bawa).

"Ah bodo, gue pesan aja lapar." Keputusannya sudah bulat, lagi pula tadi Fian sudah berpesan untuk mengambil makanan secara langsung kan.

"Bu, pesan nasi gorengnya pedas sama es tehnya ya."

Seakan tidak memiliki beban, Wulan menunggu pesanannya datang di salah satu bangku terdekat.

Makan tanpa mau memikirkan masalah uang, toh jika dia ada masalah dia tinggal menghampiri Fian di kelas. Tadi dia sempat melewati kelas Fian saat mengelilingi sekolah ini. Jadi tak usah khawatir.

Selesai makan, dia mengembalikan piring dan gelasnya.

"Ibu, makasih ya, nanti yang bayar abang Fian," ucapnya dengan ramah.

"Iya neng, sama-sama," jawab ibu itu dengan senyuman.

Beruntung Ibu itu baik, coba kalau ibunya galak pasti Wulan langsung disuruh cuci piring.

Sekarang tenaganya sudah kembali dan dia bingung ingin melakukan apa. Mengelilingi sekolah sudah. Lalu dia ingin apa? Jam istirahat masih sangat lama dan dia tidak membawa dompet, dia bahkan tidak membawa hpnya.

Bosan dengan suasana yang menyelimutinya, Wulan memutuskan untuk pulang. Menyudahi kegiatannya hari ini.

Namun, baru saja ia ingin melangkah keluar gerbang, Wulan teriangat alasan kejenuhannya.

"Oh iya lupa! Gue kan datang ke sini bareng bang Fian." Jidatnya kembali menjadi sasaran.

Sekarang bagaimana dia akan pulang?

"Udah lupa bawa dompet." Otak kecilnya berputar, meski bibir kecilnya terus menggerutu.

"Gue naik taksi aja kali ya? Bayar pas sampai rumah nanti. Yaudah lah, naik taksi aja."

Well, lain kali dia harus ingat jika ingin pergi kemana pun. Sendiri atau bersama abang-abangnya. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi.

Sampai. Wulan berlari menaiki tangga menuju kamarnya selepas memberi salam. Tidak akan ada yang menjawab kecuali pelayan yang mendengar, rumahnya sepi. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Nerd Metropolitan ✅ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang